Aku anak pertama dari lima bersaudara. Usiaku menginjak 16 tahun manakala orangtuaku harus pindah tugas dari kota K ke kota P. Alhasil waktu itu aku baru dua bulan masuk kelas 1 SMA sayang jika harus pindah, apalagi sekolahku adalah sekolah swasta yang membutuhkan biaya banyak. Atas kebijakan orangtuaku, aku harus kos. Maka aku diantar oleh kedua orangtuaku dan keempat adik-adikku menempati kos baru. Rumah kosku sangat besar, dengan model kuno khas ukiran Jepara. Berbentuk letter L dengan halaman luas, terdapat sepasang pohon mangga. Ruang tamu yang memanjang kebelakang yang bersekat dimana terdapat empat kamar di bagian tengahnya yang berhadapan langsung dengan ruang makan. Semuanya berjumlah sepuluh kamar.
Aku sendiri berada di kamar terakhir di bagian letter L-nya. Empat kamar termasuk kamarku berakses langsung keluar melalui pintu samping dengan halaman kecil di tanami pohon mangga kecil. Dipisahkan oleh tembok belakang sebuah rumah. Teman-teman kosku waktu itu bernama Mbak Mamiek, Mbak Mur, Mas Prayitno, Mbak Srini, Indarto, Sularno dan pemilik Kos. Rumah bagian depan yang tepat membatasi kamarku memiliki dua anak perempuan, Sulasmi kelas tiga SMP dan Sutarmi SD ke las 6. Ukuran tubuhku biasa-biasa saja 168, berat 60 dengan tahi lalat di dagu sebelah kanan dan rahang sebelah kiri yang kata mbak Srini menarik dan sekaligus membuatku manis kata mbak Srini, padahal aku laki-laki tulen hal ini nanti aku ceritakan. Ukuran penisku juga normal, tegak lonjong keatas tanpa membengkok. Setiap pagi semenjak duduk di SD aku selalu merendam dengan teh basi selama 10 menit–tanpa diberi gula loh (entar di krubut semut, bisa berabe he.. he..), lalu pelan-pelan di kocok-kocok, diremas jangan sampe keluar mani (seringnya sih keluar, abis enak sih). Itu kata anak-anak kos sebelah rumahku dahulu, entah benar atau tidak. Manfaatnya? Itu juga aku belum tahu. Hari-hari berlalu, aku sudah mulai terbiasa dengan lingkunganku yang baru, aku sering keluar dengan teman-temanku yang baru. Terutama mas Prayit sering meminta menemaniku untuk menemui pacarnya, sebel juga habis jadi obat nyamuk sih. Saat kami pulang sering kami berjumpa dengan Sulasmi. Kami berhenti dan mas Prayit sering menggoda cewek itu, orangnya sih khas cewek K, radak item dibilang cantik juga enggak, manis juga enggak. Lalu apa dong, yah kayak gitu lah. Lama kelamaan aku juga iseng-iseng ikut menggodanya. Dia pulang jam 12.45 sedangkan aku pulang jam 13.30 dan Cuma aku yang masih sekolah teman-teman kosku sudah bekerja semua, paling cepat jam 17 mereka baru pulang praktis cuman aku yang pulang awal. "Duh, lagi santai ya Mi," begitulah kalau aku memanggilnya. "Baru pulang mas?" Aku mendekat, dia hanya mengenakan celana pendek olahraganya dan berkaos tanpa lengan sedang membaca sebuah novel. Lumayan, tidak hitam-hitam amat demikian pikirku manakala ekor mataku menelusuri kakinya. Begitulah, sering aku menggodanya dan nampaknya dia suka. Naluri laki-lakiku mengatakan kalau dia sebenarnya ada hati kepadaku. Atas dasar keisengan, aku membuat sebuah surat di atas kertas surat berwarna pink dan harum dengan ukuran tulisan agak besar. Sangat singkat, "Lasmi, I love u" kemudian pada malam harinya aku sisipkan di jendela kamarnya, dari luar aku dengar dia sedang bersenandung kecil menyanyikan lagu dangdut kesukaanya. Dengan cepat kertasku tertarik masuk, hatiku terkesiap takut kalau-kalau bukan Lasmi yang menariknya. Tidak beberapa lama lampu dimatikan dan jendela terbuka, ah Lasmi melongokkan kepalanya keluar. Ketika dia melihatku dia tersenyum lalu melambai supaya aku mendekat. Kemudian aku mendekat. Ketika aku mendekat tiba-tiba "Cuupp…!" Lasmi mengecup bibirku, aku terperanjat atas perlakuan itu. Belum lagi keterkejutanku hilang Lasmi mengulangi perbuatannya. Kali ini dengan sigap aku rengkuh pundaknya, aku lumat bibirnya. Gantian Lasmi yang terkejut, dia hanya ingin menjawab suratku dengan kecupan kilat justru aku tidak kalah cepat. Lidahku meliuk-liuk dalam mulutnya yang menganga karena terkejut, tampak sekali dia belum pernah melakukan ciuman. "Mmmppphh..." Lalu tubuhnya mengejang, rona wajahnya memerah desiran panas napas kami mulai memburu. Lasmi memejamkan matanya pelan dia mulai mengikuti lidahku yang menjelajah rongga mulutnya dan dia melenguh pelan tertahan manakala lidah-lidahku menaut lembut lidahnya. Refleks tangan kirinya merengkuh tengkukku, menarik lembut kepalaku dan tangan kirinya bertopang pada tepian daun jendela. Dalam suasana gelap, pelan aku turunkan telapak tangan kananku dan meraih gundukan payudaran sebelah kirinya. "Ah..!" Lasmi melenguh lirih dan terkejut, menepis pelan tanganku. "Sudah malam, besok yah?" Bisiknya lirih, memberiku satu kecupan dan menutup daun jendela. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam. Aku kembali kekamarku, tidak kuasa menolak desakan birahi aku lepas semua pakaianku. Dengan tidur terlentang jemari telunjut dan ibu jariku menjepit erat batang kontolku dan aku tegakkan membuat kepala kontolku dan otot-ototnya merah membesar. Telapak tangan kiriku menggosok-gosok pelan, sementara cairan bening sudah keluar dari kepala kontol yang memerah. Mataku terpejam, aku pentang kedua kakiku lebar-lebar dan membayangkan Lasmi yang sempat aku pegang payudaranya yang kecil lembut tadi. "Ah...!" "Ssstt..." Kepalaku berdenyut-denyut dan tubuhku terasa melayang tanpa terasa kocokanku semakin cepat seiring desah napasku yang mulai memburu. "Ahhhh... hhh...!” "Croot... croott... croottt...!" Airmaniku menyembur dengan dasyat, kali ini cukup banyak mengingat kali pertama aku berciuman dan meremas milik perempuan. Paginya seperti biasa aku siap-siap hendak berangkat, aku biasa naik angkutan umum toh motor juga ada tapi enggak seru. Kebetulan angkutan kosku pangkalan kedua angkutan jadi belum banyak penumpangnya dan aku bisa memilih tempat duduk. Nah, serunya pas pangkalan ke tiga sudah mulai penuh anak-anak sekolah apalagi jalurnya melewati tiga SMA dan 1 SMP, bayangkan deh pas penuh-penuhnya lumayan dapat senggolan susu, he... he... Sulasmi sudah menunggu di samping rumahnya di balik kerindangan pohon Mahkotadewa. Aku berangkatnya agak siang, soalnya sekolahku masuk pukul 7.15, maklum banyak atlit Pelatnas yang bersekolah disekolahku dan biasanya Lasmi sudah berangkat, pasti dia menungguku toh semenjak malam itu aku resmi jadi pacarnya. Aku menengok kekanan dan kekiri, kedua orangtua yang seorang guru dan adiknya sudah berangkat semenjak tadi, Lasmi biasa menggunakan sepeda. "Maaf tadi malam, marah?" Senyuman dan guratan giginya semakin tampak putih dipadu rona wajahnya yang coklat kehitaman. "Tidak tuh," seraya aku menghampirinya di kerimbunan. Entah mengapa dia juga beranjak semakin masuk ke lorong samping rumahnya dan tentunya kami semakin tidak tampak dari luar. "Habis surat kamu sudah malam sih." Aku raih tangannya dan pelan aku rapatkan tubuhku kearahnya dan aku cium bibirnya ah.. dingin-dingin empuk. Lidah-lidah kami bertautan, matanya terpejam. Jarum jam menunjukkan pukul 6.35 jadi masih ada waktu buat bercinta! Berlahan aku lingkarkan kedua tanganku kepinggangnya, dia hanya terdiam sambil memejamkan matanya dengan kedua tangannya tergerai kebawah. Akankah aku ditolak? Demikian pikirku manakala pelan aku julurkan telapak tangan kananku kearah dadanya. "Jangan disini," kemudian menarik tanganku menuju ke belakang gudang. Disitu terdapat sebuah dipan (tempat tidur kecil) dari bambu dan kami duduk bersebelahan lalu aku rengkuh pundaknya tanpa di komando bibir kami beradu dan saling bertautan, kali ini bagaikan kuda liar terlepas dari kandangnya Lasmi memeluk erat pinggangku. Matanya terpejam rapat manakala bibirku merayap turun kelahernya. Kali ini tangan kananku dibiarkannya menelusuri payudaranya yang terbungkus baju seragam SMPnya. "Ehh..." Lasmi melenguh lirih manakala aku dengan lembut meremas payudaranya, kecil dan tampak kenyal. Dan sementara bibirku terus meliuk-liuk di sekitar lehernya dan dengan naluri laki-laki bibirku bermain di telinganya sehiingga membuat bulu kuduknya merinding. Lasmi semakin merapatkan kedua kakinya dan sementara tubuhnya bersandar erat ke tubuhku. Lasmi merenggangkan dadanya, memberi jarak agar tanganku leluasa bermain-main di payudaranya dan sementara kepalanya sedikit meliuk-liuk mengikuti gerak wajahku dan di seputar lehernya dan bulu kuduknya sesekali meremang. Baju seragam Lasmi bagian depan sudah awut-awutan padahal ini adalah hari senin. "Hhh...." "Hhhh…hhh..." Hanya desah napas kami yang terdengar. Dan berlahan Lasmi semakin menekuk tubuhnya dan terlentang keatas dipan bambu. Pelan aku mendekatkan bibirku ke bibirnya, Lasmi membalasnya penuh gairah. Jemari tanganku membuka satu persatu kancing bajunya seiring dengan berjalannya waktu dari menit ke menit. Aku menindih pelan seraya membuka resletting celana seragam SMAku yang berwarna abu-abu. Aku menjatuhkan kecupan lembut dibibirnya, refleks Lasmi membuka mulutnya memberi jalan untuk lidahku menjelajahi rongga mulutnya. Sementara tanganku telah menurunkan celana seragam dan celana dalamku sampai batas pantatku, kini kontolku telah terbebas. Aku raih tangan Lasmi yang sedikit terentang keatas, aku tuntun kearah kontolku. "Uhh..." Tubuhnya bergetar, payudara yang terhimpit tangannya menyembul kecoklatan berkilatan saat dengan bimbinganku Lasmi meremas batang kontolku. Karena belum terbiasa dan untuk pertama kalinya dia memegang maka genggamannya sedikit kencang dan tidak ada reaksi selain menggenggam. Toh aku juga tidak pernah tahu karena ini juga baru pertama kalinya aku memperlakukan lawan jenisku sampai jauh. "Mmmpp..." "Hhh... Hhhh...” Ciumanku merayap turun ke payudaranya dan tanganku mulai meraba-raba gundukan diatas selangkangannya. "Hhhmmmpp..." Aku serasa melayang ketika tangan lembut yang menggenggam batang kontolku sedikit naik meraup kepala kontolku. Tegang dan keras sekali. "Sayang..." Demikian bisiknya lirih di telingaku ketika tanganku pelan menyibakkan rok seragam biru milikya sedikit naik. Lasmi mengangkat sedikit pantatnya sehingga dengan bebas roknya tersibak keatas. Ketika aku menoleh kebawah Lasmi seketika menysupkan kepalanya kedadaku, malu tapi mau dan suka. Celana dalam warna pink menyembunyikan gundukan kecil diatasnya tampak jelas sekali bagian bawahnya telah basah kuyup. Lasmi membiarkan tanganku menyusup kebalik celana dalamnya, serasa gundukan belum ditumbuhi banyak bulu, masih ada satu dua dan sangat halus. "Basah" dalam benakku saat telapak tanganku merayap diatas permukaan tempiknya, Lasmi semakin berani memberiku kesempatan dengan sedikit membuka himpitan pahanya. Naluriah, demikian istilahnya. Jari telunjuk dan jari manisku pelan menggosok samping kanan dan kiri tempiknya sementara jari tengahku menemukan sebuah biji kacang klentit miliknya. Semakin basah saat aku pelan menggosok-gosok tanganku dengan kaku, maklum belum biasa sih. Telapak tanganku penuh dengan cairan kental dan lembab. Aku terus menggosok-gosokkan tangannku, hangat, lembab dan licin. Sementara Lasmi tidak melepaskan genggaman tangannya di kontolku, kalau tadi di bagian kepala sekarang di bagian pangkalnya yang berbulu. Aku menurunkan celana dalamnya sampai kebatas lutunya dan dengan kakiku aku lepaskan. Aku menindihnya dimana sebelumnya tangan Lasmi yang menggenggam kontolku aku terlentangkan, membuat sepasang payudaranya yang sempat tertutup sedikit kaosnya membusung. Lasmi seolah-olah mengiyakan apa yang akan aku lakukan, berarti sungguh dia mencintaiku. Pernyataan cinta yang secara iseng aku lontarkan ternyata mendapat sambutan yang sedemikian dasyatnya. Sungguh dia kini pasrah terlentang di bawahku. Sementara aku, hanya nafsu yang berputar-putar didalam otakku. Ulangan Fisika pada jam pertama dengan pak Anton sang guru killer dimana tak ada ampun bagi yang tidak masuk pelajarannya tanpa surat keterangan apalagi saat ulangan sudah tidak aku pikirkan. Aku rentangkan lutut Lasmi biar pinggulku sedikit leluasa menindih tubuhnya. Lasmi hanya menurut saja. Aku genggam batang kontolku, aku arahkan kelobang vaginanya. Naluri laki-lakiku seolah-olah secara otomatis bekerja. Saat bagian kepala menempel di bagian lembut dan basah aku menarik napas untuk mengurangi keteganggan. "Sreet..." Terasa kepala kontolku menyibak sesuatu ketika pinggulku aku tekan sedikit. Lasmi sedikit mengrenyitkan dahinya tanda ada sesuatu yang aneh. "Sreet..." Kembali seperti menyobek sesuatu. Kini Lasmi menggigit bibir bagian bawahnya, wajahnya sedikit tegang sementara wajahku pun demikian, genggaman tanganku sedikit gemetar ketika aku dorong pantatku kebawah. "Sreet... sreeettt..." "Mpphhh..." Erangan lirih dari mulut Lasmi katika separuh kontolku sudah menghujam masuk. Tetesan darah perawan menetes, bagaikan aliran sungai Mahakam menetes disela-sela dipan bambu yang kami pakai untuk bergelut. Menetes kebawah, berjatuhan tetes demi tetes keatas tanah yang berdebu. Aku menarik keatas pantatku dan dengan pelan aku tekan kembali kebawah, kali ini tanganku sudah tidak menggenggam berganti menopang tubuhku yang merapat diatas tubuh Lasmi. "Sreettt..." "Aaahhhh...!" Lasmi menjepit pantatku dengan kedua pahanya yang sedikit terangkat menahan perih saat semua kontolku untuk pertama kalinya menembus vaginannya. Dan kini semua batang kontolku sudah menghujam kedalam liang surgawi tempiknya. Tangannya menggenggam erat, pahanya menjepit kuat pantatku dan wajahnya semakin terpejam. Aku berikan kecupan lembut kebibirnya lalu dia mulai menangis. Dan memeluk tubuhku dengan erat dengan tidak melepaskan jepitan pahanya di pantatku justri kakinya yang terangkat di letakkan diatas betisku. Berlahan pantatku aku mainkan naik-turun, untuk menenangkannya aku membisikkan sesuatu ketelinganya, "Sakit...?" "Aku tahan, aku sayang kamu..." Suara berderit pada dipan bambu menahan tubuh kami saat kontolku aku maju-mundurkan, Lasmi tidak melepaskan pelukannya dan kedua kakinya tetap berada diatas betisku dan kali ini jepitan pahanya di pantatku sedikit mengendor. "Plak... plak... plak..." Kelamin kemi mengeluarkan bunyi khas saat saling bergesekan dan suara itu merupakan pertama kalinya kami dengar. Dua puluh menit berlalu dari aku berhasil memerawani Lasmi, aku terus memainkan kontolku maklum masih jejaka jadi maju-mundur, maju-mundur terus tanpa ada variasi. Toh dengan demikian lambat laun rasa perih pada Lasmi mulai hilang, aku pun demikian. Lasmi mulai mencari-cari bibirku dan aku menyambutnya dengan mengulum lidahnya dan memilinnya dengan lembut. "Hhhmmppp..." "Hhhhhhh..." "Sayang..." Sepuluh menit kemudian Lasmi mengencangkan pelukannya dan kembali pelan menguatkan jepitannya. "Plak... plakk... plakkk..." Aku terus menghujaninya dengan goyangan kontolku, sesekali aku berlahan untuk menarik napas. Lumayan pegel juga ternyata, palagi rambut kontolku yang sudah mulai lebat lenyodok-nyodok vaginanya yang belum berambut membuat rasa perih padanya menjadi suatu sensasi mengenakkan, menggugah birahi yang sedikit berkurang akibat rasa perih. "Hhggghh..." "Aahhhhh..." Lasmi mengejang, rona wajahnya memerah, napasnya tertahan manakala birahinya menanjak menghantam ubun-ubun dan bagaikan suatu hempasan gelombang menerjang apa saja lalu padam terkulai. Lemas. Banyak energi yang telah dikeluarkan. Aku terus menggenjot saat Lasmi sudah jatuh terlentang, kedua kakinya terkulai mengkangkang. Aku topang badanku dengan kedua tanganku kali ini pantatku bebas naik turun. Lesatan kontolku di dalam vaginanya bagaikan terpedo yang diluncurkan dari sebuah kapal selam. Seperti ada sesuatu yang akan keluar aku percepat gerakan pantatku naik-turun. Dan... "Ahhhhhh..." "Crott.. croot.. crooot..." Bersamaan dengan aku semprotkan air maniku tiba-tiba, "Gubraaak..." Dipan yang kami pakai rubuh karena beban goyangan yang aku lakukan. "Ah!" "Aduhh..." Kami jatuh berguling, Lasmi tetap aku peluk sehingga dia menindih tubuhku. Kontolku terlepas dari tempiknya, spermaku muncrat kemana-mana. Akibatnya, kontolku yang masih "ereksi" tertimpa pantatnya Lasmi. "Dipan sialan," demikian umpatku. "Sudah keropos." Lalu kami berdiri, Lasmi memandangku saat aku meringis menahan ngilu di kontolku yang tertimpa pantatnya. "Sakit?" "He-eh" Sambil berdiri dimana aku masih telanjang bulat, Lasmi mengulurkan tangannya, memegang kontolku yang sudah terkulai seraya memberikan pijitan-pijitan lembut. Aku tumpangkan kedua tanganku keatas pundaknya. "Hari ini kita bolos ya?" Aku hanya tersenyum, aku biarkan tubuhku bugil dihadapannya. Lasmi sambil membersihkan dengan tangan kirinya badanku yang sedikit berdebu memandangku mesra, duh bening mata itu menusuk lekat ke dalam kalbuku. "Padahal aku jam pertama ada ulangan fisika." "O ya?" "Biar saja," sambil aku belai rambutnya yang tergerai. "Masih sakit?" "Sedikit." "Enakan sekarang?" "He-eh" Lasmi mengocok berlahan-lahan dan kontolku seperti diurut tangan lembut, berlahan kontolku mulai tegak kembali. Aku belai payudaranya yang tertutup kaos dan seragamnya sudah tersibak tidak karuan. Aku cium kembali bibirnya sementara Lasmi terus dan terus mengurut-urut kontolku. "Mmmpphhh..." "Di kamar yuk?" Lasmi meraih seragamku dan menggandeng tanganku masuk melalui pintu belakang dimana dia memegang anak kunci. Setiap dia pulang duluan selalu melalui pintu belakang sedangkan adiknya pulang bersama orangtuanya. Lasmi langsung melepas seragam putih birunya yang sudah awut-awutan, sebercak darah perawan masih sedikit meleleh di selangkangannya, Lasmi langsung merebahkan diri keatas ranjang. Dan aku pelan menempatkan diri keatas tubuhnya, pantatku berada ditengah-tengah selangkangannya. "Bleesss..." Kontolku langsung menyusup ke dalam vaginannya. Aku ciumi wajahnya dan melumat bibirnya. Sontak Lasmi merengkuh tengkukku dan aku meremas payudaranya. Sepasang anak manusia bertelanjang bulat saling memagut, memadu cinta, membakar api birahi. Pikiranku lepas terbang, sudah tidak ada batas sama sekali diantara kami padahal baru semalam aku mengatakan cinta, itupun hanya kesiengan belaka. Ah, setelah ini semua begitu kejam dan jahatkah aku? En tahlah, itu urusan belakang saat ini kontolku tertanam didalam vaginannya. "Ahh-hh..." Lasmi menggeliat saat aku mulai kembali aksi kontolku naik turun. Perih dan pedih berganti kenikmatan, bagaikan sebuah gada dengan kepala membesar membuat sensasi nikmat saat bergesekan. Kali ini aku tidak perlu kuatir ranjangnya akan ambruk, ranjang berderit-derit saat aku menggoyangkan pinggulku. Seperti tadi Lasmi memelukku dengan erat dan sepasang kakinya mengait kali ini tidak diatas betisku melainkan lebih naik keatas pantatku. Desah napasnya semakin memburu di dekat telingaku dan kali ini tidak memerlukan waktu lama Lasmi sudah mulai mengejang dan walaupun dia mencoba menahan tapi desakan biologisnya lebih kuat. "Aahhh..." Tanpa sadar Lasmi melenguh dengan kerasnya ketika sampai dipuncak birahinya dan dalam hitungan detik pula aku mengikuti. "Aakkhhh...." "Croottt... crooottt... crooottt..." aku semburkan airmaniku kedalam rahimnya, entah apa yang akan terjadi sudah tidak aku pikirkan. Aku biarkan kontolku masih menancap di vaginanya dan "pluppp..." terlepas dan terkulai lemas. Jam 10 aku kembali kekamar kosku dibelakang rumahnya setelah sebelumnya untuk yang ketiga kalinya aku menidurinya. Uh, pegal semua badanku. Terutama kontolku langsung bekerja keras. Aku langsung mandi untuk menyegarkan badan, kosku masih sepi karena semua masih kerja sampai jam 17 kecuali mbak Srini seorang guru SD paling jam 1 sudah pulang, bapak kosku juga pergi biasanya ke pasar untuk mancari hiburan bermain catur, maklum pensiunan. Dan akhirnya aku tertidur sampa sore hari. Praktis semenjak kejadian itu antara aku dan Lasmi sudah tidak ada batas apapun, kedua orangtua dan adiknya selalu berangkat jam 6.30 sehingga memberiku keleluasaan untuk bercinta dengannya. "Hai pah," demikian Lasmi menyebutku Pah. Lucu juga kedengarannya tapi asyik juga tapi satu hal hingga kini aku tidak mencintainya. Ah, sayang, aku memang jahat sekali. Padahal dia mencintaiku dengan tulus. "Hai," sapaku pula ketika melewati kamarnya, dia hanya mengenakan kaos oblong sehingga beha warna kuning yang dia pakai terlihat. Sedangkan dia hanya mengenakan celana dalam warna pink dengan sedikit tersipu dia meraih rok seragam biru yang tergolek di ranjang dan menutup bagian depannya. Barusan aku dengar suara motor orang tuanya berangkat ke sekolah. Lalu dia seperti biasa memberiku kode melalui pintu belakang, sebentar aku menoleh dan tidak ada orang. Teman-teman kosku masih pada tidur kecuali mbak Srini seornag guru SD teman kosku juga sudah berangkat. Aku langsung mengunci pintu dan memeluknya sambil melumat bibirnya, "20 menit," pintanya tegas. "Oke" 20 menit bagiku sudah cukup, maklum dia masuk jam 6.55 sedangkan aku jam 7.15. Tanpa perlu komando kami langsung naik keatas ranjang sementara Lasmi terlihat pasrah dengan dada membusung dibalik kaos oblongnya dan celana dalam warna pink. Tanganku meraih kaos yang diekanakannya dan menariknya keatas bersamaan dengan behanya, akupun demikian membuka baju seragamku hingga aku bugil. So, kontolku sudah nafsu langsung ereksi. Ups...! Dingin empuk manakala Lasmi meremas kontolku saat aku hendak menindih sedikit tubuhnya sambil meremas payudaranya. "Hmmmppp..." Payudaranya bergetar saat aku merabanya dengan lembut, mengeras saat aku meremasnya, menggelinjang saat putingnya aku pilin dengan jemariku dan, "Paaahh..." merintih saat aku susupkan wajahku diantara sepasang gunung kembarnya dam memberikan gigitan mesra yang meninggalkan tanda merah kebiruan di kulitnya yang kecoklatan. Aku menurunkan ciumanku keatas perutnya, berputar-putar diatas pusarnya, "Aahhh..." Lasmi merintih geli, refleks genggamannya terlepas dari kontolku dan mesra mengusap kepalaku dengan tangan kirinya sementara tangan kananya tersibak keatas. Cewek usia 14 tahun tentunya di kelaminya belum ditumbuhi rambut lebat, beberapa tipis dan baru mulai tumbuh tampak saat aku merayap turun dari perutnya kebawah pangkal selangkanagnnya. Aku geser posisiku dengan menarik keatas pinggulku, dengan posisi itu Lasmi mulai memberanikan diri mengusap kontolku sambil memandang lekat-lekat kontolku. "Besar" pikirnya, itu aku tahu kemudian dari buku hariannya yang aku ambil saat dia kekamar mandi. Aku belum berpengalaman dalam session ini, maka langsung aku julurkan lidahku menjilati langsung klentit dan semuanya dan menghisap menggunakan mulutku. "Hhmmppphh..." "Akkhhh...!" Tidak dinyana Lasmi terkejut dengan apa yang aku lakukan, refleks dia mengatupkan pahanya sehingga kepalaku terjepit. Refleks juga genggamannya di kontolku mengencang, tapi dia tidak memejamkan matanya. Dipandangnya kontolku yang sudah mengeluarkan cairan bening tanda birahi dari ujung kepala kontolku. "Masukin pah, sudah siang," pintanya sambil menggeser tubuhku darinya. Aku merebahkan tubuhku keatasnya, Lasmi membuka kedua kakinya, memberiku keleluasaan mengarahkan kontolku dan, "Blesss..." Kontolku melesat masuk kedalam liang vaginanya yang sudah basah langsung sampai kedasarnya, hangat, lembut dan kenyal. Kontolku seperti diremas oleh kelembutan dan kehangatan, dipilin oleh cairan birahi dan kami pagi itu menyatu dengan tubuh bugil. Lasmi memelukku dan kembali seperti sebelumnya mengaitkan kedua kakinya keatas pinggulku dan aku memacu, melesatkan berulangkali kontolku kedalam tempiknya. Saling menderu napas kami berkejar-kejaran, sesekali Lasmi tersipu malu saat dia membuka kelopak matanya dan aku sangat dekat diatasnya memandang tajam kearahnya, tersipu dengan rona wajah memerah dan menyembunyikannya kebawah pundakku. Aku terus menayunkan pinggulku naik turun, suara-suara yang akhirnya terbiasa di telinga kami mengiringi derit ranjang yang terdengar pelan karena goyangan kami. "Paahhh..." "Sayanggg..." Hentakan birahi merayap keujung kontolku, dengan sekuat tenaga aku berusaha menahannya. Sementara dengan tegang memelukku erat dan mengapitkan kedua pahanya kuat-kuat di pinggulku. Dinginnya udara pagi dengan jendela berkaca nako menyebabkan kami semakin birahi. "Ahhh..." Lasmi melenguh, mengejang, bergetar dan jepitan vaginanya meremas-remas kontolku saat aku hentakkan-hentakkan hingga dasar vaginanya dimana rambut kelaminku menggesek-gesek klentitnya saat beradu. Dalam hitungan detik, akupun mengejang, sambil menggigit belakang telinganya dan tangan meremas payudaranya aku hujamkan kuat-kuat kontolku. "Ak-akkk-akkhhh...!" "Croot... serrr... croot, croot... crooot..." Kami terdiam, Lasmi sudah terkulai lemas dengan bersimbah peluh dan aku biarkan kontolku terjepit vaginanya yang berdenyut-denyut lembut. Aku memeluknya dan desah napas kami yang semula menderu-deru berlahan-lahan mulai teratur. "Pah, dah siang loh, aku tidak mau bolos lagi," Lasmi mengingatkanku sambil tersenyum. Lalu aku kecup bibirnya dan tampak di leher belakang telinganya membekas gigitanku. Saat kami berpakaian tampak hampir sekujur tubuhnya penuh dengan "cupang"-an dan gigitan mesraku. Payudara kirinya membekas jemari kananku tadi saat aku akan orgasme. Lasmi tersenyum saat aku memandang tubuhnya, "Hasil karyamu pah," seraya memakai kembali behanya. "Karya abstrak mah," lalu aku hampiri dia dan aku belai kelaminya yang masih melelehkan spermaku. "Tidak dicuci dahulu mah" "Enggak ah, biarin aku tetap merasakan milikmu pah." Jam menunjukkan pukul 7.50 saat Lasmi mengayuh sepedanya dan aku berjalan ke jalan besar untuk menunggu angkutan umum. Biasa, buat cari senggolan apalagi jam mendekati waktu masuk. Pernah suatu ketika aku mewakili sekolahku dalam ajang lomba menggambar, lumayan aku memiliki bakat menggambar. Sebelum jam 1 aku sudah kembali, aku longokkan kepalaku tampak Lasmi sedang mengerjakan PR-nya. Melihatku dia beranjak keluar melalui pintu belakang. Darah mudaku seketika bergelora, aku hampiri dan aku lumat bibirnya. "Hampir jam 1 pah," demikian dia mengingatkan, berarti 30 menit lagi orangtuanya pulang. Sontak aku minta dia nungging dengan kedua tangan diatas dipan bambu (sudah diganti dengan yang baru) lalu aku sibakkan rok yang dipakainya, celana dalamnya aku plorotkan dan lidahku dengan cepat menjilati tempiknya. Ups, he... he... sedikit pesing, sebodo amat. Lalu aku arahkan kontolku ke vaginanya dan, "Sleeebbb... bleeesss..." "Ahhhh..." Lasmi terkejut dan sedikit meringis menahan perih tapi hanya sebentar dan napasnya sudah mulai tidak beraturan. Berselang lima menit dengan mencengkeram tepian dipan bambu sambil "mekangkang" Lasmi menggeliat seraya melenguh kuat. "Aahhhh..." Aku pegang pantatnya dengan kedua tanganku, aku sodokkan kedepan dan kebelakang pantatku sehingga kontolku leluasa melesak keluar dan kedalam. Lalu aku remas dengan mencengkeram pantatnya manakala kontolku memuntahkan spermaku. "Ahhhh... hh... ahhh..." "Serrr... serrr... serrr..." Cairan kental putih muncrat didalam vaginanya seraya menimbulkan bunyi "ceplak-ceplak-ceplak", belum puas aku teruskan genjotanku sampai-sampai Lasmi hampir jatuh terkulai kalau saja tidak aku topang pinggulnya dengan kedua tanganku. Semangat mudaku menggelora, aku terus memacu dan memacu. Kontolku yang semula terasa ngilu karena sudah melontarkan airmaniku berlahan kembali mendapatkan kekuatannya. Aku mati-matian agar kontolku setelah mengeluarkan airmani tidak terkulai. Aku paksa semangatku agar cepat meraih birahi kembali. Lasmi hanya menggigit bibirnya, lemas sekali. Sendi-sendinya serasa mau lepas, napasnya tersengal-sengal. Rasa pening menghantam kepalanya tapi tempiknya ternyata tidakmau kompromi, berlahan cairan birahi membasahi gesekan kontol dan tempiknya. Lasmi tidak kuasa menahan hentakan birahi yang berlahan mulai merambat naik ke ubun-ubunnya. Merayap ke semua ujung syarafnya, jantungnya berdegup dengan kencang, matanya terbelalak dengan semua otot diwajahnya menyembul menyebabkan rona wajahnya memerah. "Akkk... hhhhhh...!" "Crooot... crooot... crooot..." "Ah..." Bersamaan kami dihempas oleh puncak birahi, bersamaan kami dihantam oleh kenikmatan surgawi dan bersamaan kami jatuh terjerembab keatas dipan bambu dan seolah-olah dunia terasa melayang. Lasmi jatuh tanpa daya keatas dipan menyisakan lelehan sperma di selangkangannya dibawah tonjolan pantatnya, ternyata dia pingsan! Disekolah aku termasuk siswa yang biasa-biasa saja, sedangkan Lasmi termasuk kategori siswa kelompok "dodol" alias "bego" dan kategori cewek "non nominasi" pantes saja aku radak "GR" langsung main tancep pedang aja. Hebatnya aku tidak puas hanya sekali, paling sedikit dua kali, inikah manfaat akibat rendaman air teh basi? Mungkin kali ya ha... ha... Sudah tiga bulan aku setubuhi Sulasmi, selama itu pula dia tidak hamil. Luar biasa, membuat aku ketagihan. Sungguh tidak ada waktu lowong aku dengan dia untuk tidak bermain sex. Terus terang dan terang terus, aku memperlakukan Lasmi sebagai obyek dan bukan sebagai subyek, duh memang aku sadari aku betul-betul jahat. Tidak jarang Lasmi sekitar jam 2 siang menyusup masuk ke kamarku, meminta jatah disaat kedua orangtuanya istirahat siang. Ternyata apa yang kami lakukan disiang itu tidak lepas dari mbak Srini teman kosku yang seorang guru SD, nanti aku ceritakan pada bagian tersendiri supaya cerita ini tidak terlalu panjang.
Sulasmi
Labels:
Daun-Muda
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar