tag:blogger.com,1999:blog-87588597766979671042024-03-18T13:03:26.256+07:00Cerita DewasaBlog khusus mengenai cerita dewasa dan cerita seru seputar Cerita Dewasa, Cerita Panas, Cerita Mesum yang diperuntukkan hanya untuk 17 tahun keatasSayanhttp://www.blogger.com/profile/05848885852258227008noreply@blogger.comBlogger137125tag:blogger.com,1999:blog-8758859776697967104.post-12276840238001097602009-11-17T12:24:00.004+07:002009-11-17T12:24:44.155+07:00Pengalaman dengan Tante Murni 02Oh, terus terang saja, meskipun aku secara naluri sudah bangkit birahi, tetapi tak pernah kubayangkan bahwa aku akan melangkah sejauh ini dalam bidang seksual apalagi di usiaku yang belum sampai sepuluh tahun itu. Aku agak ragu juga melepaskan mainan yang begitu nikmat di payudara Tante Murni, tetapi perintah Tante Murni membuatku merubah posisi badanku dan dengan ragu-ragu kudekatkan wajahku ke bukit cembung yang ada bulu keritingnya itu. Merasakan keraguanku, Tante Murni tanpa basa basi langsung menekan kepalaku sehingga bibir dan hidungku menempel di bulu-bulu keriting yang halus itu. Karena tadi aku disuruh menggigiti payudara, maka kali ini akupun juga mulai menggigiti bukit cembung itu. Namun kudengar Tante Murni berteriak lirih, "Jangan keras keras gigitnya Mas, sakit!". Ketidaktahuanku benar-benar konyol, aku kira bukit cembung itu sama seperti <a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">payudara</a>, tetapi karena bidangnya kecil, tanganku tak mungkin untuk meremasnya, sebagai sasaran lain aku jadi meremas paha Tante Murni serta juga pantatnya. Ketika Tante Murni membisiki agar ciumanku lebih turun lagi ke depan, aku agak bingung juga.<br />
<a name='more'></a><br />
Nah ketika aku maju ke depan barulah aku melihat celah sempit yang berbentuk bibir dan saat itu sudah basah. Warnanya sungguh menarik merah muda dan bibirnya seperti berlipat lipat. Seperti biasa aku menciumi bagian ini dengan penuh semangat. "Jilat saja Mas, nikmat lho!", bisikan Tante Murni membuatku merubah lagi permainanku. Entah kenapa di tengah asyiknya aku menjilati celah basah yang asin dan agak amis itu, Tante Murni mengerang dan menjambak rambutku sambil menjepitnya dengan kedua pahanya. Aku tak bisa bernafas dan aku segera berontak melepaskan diri.<br />
<br />
Tante Murni melepaskan dasternya yang tadi masih bergulung di atas dadanya sehingga dia sekarang jadi telanjang bulat. Dengan suara serak disuruhnya aku berbaring telentang, dengan telanjang bulat Tante Murni memegang burungku yang masih tegang itu, karena waktu itu aku belum dikhitan, tanteku menceletkan kulup penisku yang terasa sangat geli bagiku kemudian dengan tiba-tiba Tante Murni mengangkangi burungku dia menurunkan pantatnya, dan dituntunnya burungku memasuki celah sempit yang tadi aku jilati itu. Dilakukannya semua ini dengan pelan-pelan sampai akhirnya aku merasakan kehangatan jepitan kemaluan tanteku yang ternyata telah sangat basah. Aku tak mengerti apa yang dilakukan tanteku ini, tetapi terasa geli, ngilu di sekitar kemaluanku, juga ada rasa perih. Tanteku hanya diam saja setelah menelan burungku, dia malah mendekatkan dadanya ke wajahku sehingga aku mulai lagi menyedot puting susunya itu. Tanteku kembali mendesis-desis, dan terasa dia memutar-mutar pantatnya membuat burungku seperti dikocok-kocok oleh tangan tanteku yang lembut itu, nikmat sekali.<br />
<br />
Tanteku terus saja menggoyangkan pantatnya ke kanan-kiri, putar sehingga ada rasa yang lebih nikmat di sekitar kemaluanku. Rasa geli yang ditimbulkan membuat aku makin ganas menciumi bahkan juga menggigit daging montok yang bergantung di depanku itu. Ketika Tante Murni mengangkat pantatnya, aku merasa kalau batang burungku yang sekarang penuh lendir dari dalam celah Tante Murni itu menjadi gatal dan geli, ternyata rasanya jauh lebih menyenangkan daripada diremas dengan tangan Tante Murni, apalagi dengan tanganku sendiri.<br />
<br />
Tidak lama aku merasakan ada lendir yang meleleh di pangkal burungku, yang berasal dari lubang Tante Murni itu. Ketika kutanyakan apakah Tante Murni pipis, dia tak menjawab, melainkan memejamkan matanya serta mendesis dengan keras sekali. Pantatnya ditekan keras-keras ke tubuhku sehingga terasa pangkal kemaluanku menyentuh bibir vaginanya yang hangat. Kurasakan tubuhnya menegang dan berdenyut-denyut pada bagian kemaluannya, membuat burung kecilku seperti diurut dan dipilin oleh tangan yang lembut. Oh.., sungguh kurasakan nikmat yang sungguh luar biasa. Bayangkan.., aku yang baru SD kelas 3 telah merasakan tubuh tanteku yang notabene beberapa tahun lebih tua, yang mungkin maniak seks (terakhir kutemukan koleksi gambar gambar porno di balik tumpukan pakaiannya. Jujur saja Mbak, akupun tak tahu apakah sebelum itu tanteku sudah pernah berhubungan seks, tetapi kukira dia sudah pernah melakukannya, mungkin dengan temannya ketika di K.<br />
<br />
Mbak pengalaman ini sangat membekas di hatiku, setelah kejadian itu setiap ada kesempatan aku selalu melakukan hal itu bersama tanteku, bahkan pada suatu saat Mbak Suli diajak melakukan bersama kami bertiga (nanti lain waktu aku cerita lagi tentang hal ini).<br />
<br />
Kalau dulu kami masih berpura-pura, maka sekarang kami sudah pintar saling merangsang, dan yang paling kunikmati adalah saat spermaku memancar keluar, itulah puncak dari segala kenikmatan, geli, dan nikmat bercampur menjadi satu. Kami sama sama menyukai permainan ini sehingga sering dalam satu hari kami melakukannya tiga empat kali, sering juga tanteku pindah ke kamarku malam-malam dan kami melakukan hubungan seks ini dengan pintu terkunci. Tante Murni juga senang mengulum burungku, bahkan seringkali juga aku muncrat di dalam mulutnya. Semua kegiatan ini kulakukan kira-kira sampai kurang lebih 2 tahun sampai akhirnya tanteku pulang ke K. dan selanjutnya menikah di sana.<br />
<br />
Mbak Yuri, disaat aku sudah berkeluarga keinginan untuk mengulang persetubuhan avonturir dengan tanteku sering muncul, yang aku bayangkan hanya betapa sekarang aku akan lebih pintar membuat tanteku merasa nikmat, dan akupun pasti juga akan lebih menghayati dalam merasakan kelembutan tanteku itu. Semua keinginanku itu baru dapat terulang 15 tahun kemudian, ketika adikku yang paling kecil menikah di K.<br />
<br />
Malam itu setelah acara resepsi pernikahan selesai kami kembali ke rumah kira-kira pukul 1 pagi, dan karena banyak saudara yang datang maka kami juga menyewa beberapa kamar hotel melati yang letaknya tidak jauh dari rumah (kira kira 200 meter), kebetulan waktu itu aku satu rombongan dengan Tante Murni bersama dua orang anaknya (10 thn dan 7 thn), suaminya tidak ikut, karena ada tugas kantornya yang tak bisa ditinggalkan. Tanteku tidur di ranjang bersama kedua anaknya, aku tidur di lantai dengan kasur extra. Mungkin karena terlalu lelah kedua anaknya langsung tertidur tak lama setelah lampu kamar dipadamkan.<br />
<br />
Walaupun lelah aku tak bisa memejamkan mata, karena mengingat-ingat kejadian beberapa belas tahun lalu bersama tante yang sekarang sedang terbaring di atas tempat tidur. Ternyata hal ini juga dialami oleh tante, aku merasakan ia gelisah bolak balik.<br />
"Nggak bisa tidur Mas?".<br />
"Iya nich, sumuk".<br />
Sambil melongok tante tersenyum kepada yang ada dibawahnya. Sambil turun dari ranjang dia bilang, "Eh boleh nggak aku tidur di sini?, sumuk di atas, di sinikan anyep".<br />
<br />
Aku menggeser ke tepi memberi tempat untuk tante. Jantung ini serasa berpacu cepat ketika tubuh tante yang hangat menempel ke sisi tubuhku. Aku merasa 'adikku' sudah mulai bereaksi walaupun belum tegak benar (aku waktu itu hanya mengenakan kaos oblong dan sarung saja, tidak mengenakan CD). Aku semakin tidak tahan ketika tanteku memiringkan tubuhnya ke arahku sehingga sekarang dadanya menempel pada lenganku. Semakin nggak karuan nich rasanya. ternyata tante tidak mengenakan BH, hanya daster terusan saja, yach payudaranya cukuplah, kira-kira 34B tapi terasa sudah sangat kencang di lenganku. Aku semakin berani, kuraih pinggang tante dan aku rapatkan pada tubuhku. Tiba-tiba, tidak tahu siapa yang mulai kami telah saling berpagutan. Lidah tanteku dengan lincah menyelinap ke dalam mulutku yang segera kubelit dengan lidahku sendiri.<br />
<br />
Mbak Yuri, selama itu aku hanya pernah berhubungan seks dengan isteriku sendiri, dan selama itu juga trauma hubungan seksku dengan Tante Murni membuat aku selalu beranggapan bahwa Tante Murni "lebih nikmat" dari isteriku. Bagiku inilah saatnya untuk membuktikan kebenaran memori masa lalu itu.<br />
<br />
Tangan Tante Murni mulai meraba dadaku terus ke bawah sampai di selangkanganku dan menemukan 'adikku' yang sudah mengacung keras. Perlahan tangan Tante Murni mulai membelai-belai, mengocok-ngocok. Aku tak mau ketinggalan dengan ganas merogoh ke arah selangkangannya sambil mulut ini tak henti hentinya bergantian menghisap puting yang telah menegang. Clitoris Tante Murni kubelai dengan sedikit kasar membuatnya mengelinjang tidak keruan. Ketika aku bermaksud akan menggunakan lidah untuk membuat sensasi yang lain, tanteku mencegahnya, "Jangan Mas, tante nggak tahan gelinya", katanya. Aku mengurungkan niatku dan dengan pandangan matanya aku mengerti bahwa tante sudah tidak tahan ingin disetubuhi maka aku mengambil posisi untuk menindihnya, perlahan aku gesekan dulu 'adikku' ke seputar belahan dan permukaan liang tanteku itu, ia terlihat mengelinjang dan berusaha meraih penisku, dibimbingnya menuju lembah kehangatannya.<br />
<br />
Begitu ujung adikku sudah terselip diantara kedua bibir vaginanya, dengan berbisik tante menyuruhku untuk menekan! Perlahan kuturunkan pantatku, oh.., ternyata kurang lebih sama dengan rasa istri aku tapi agak lebih hangat rasanya. Mulai aku naik turunkan dengan perlahan membuat sensasi yang semakin lama semakin kupercepat irama kocokanku, sayangnya tante Munrni sama sekali tidak memberi reaksi apa-apa, dia hanya diam saja, sambil tangannya terus mencakar-cakar punggungku. Rupanya tante sangat terpengaruh oleh suasana yang menegangkan ini, sehingga sulit untuk memberikan respon. Namun kira-kira pada menit ke 5 aku merasakan otot-otot vaginanya mulai berkontraksi menandakan sudah waktunya bagi tante. Aku mempercepat kocokan dan membenamkan sedalam dalamnya sampai kurasakan dasar kewanitaannya, Kudengar tante menjerit tertahan karena segera dia letakkan bantal ke wajahnya untuk meredam suara yang timbul. Bagian vitalku terasa ada yang mencengkram lembut tapi ketat sekali, otot-otot vagina tanteku serasa memijat-mijat.<br />
<br />
Mbak Yuri.., terus terang rasanya lebih nikmat dari yang selama ini aku pernah dapat dari isteriku, barang isteriku tidak bisa mencengkeram, meskipun sebenarnya lebih sempit dan kering dibanding kepunyaan tante yang terasa lebih longgar dan agak licin itu.<br />
<br />
Aku sendiri belum keluar saat itu, kulihat tanteku terkulai kelelahan, kubersihkan sisa-sisa air mani serta juga cairan dari dalam vaginanya dengan menggunakan handuk kecil yang ada di dekat situ. Setelah kurasakan kering, dengan perlahan kumasukkan lagi burungku yang masih tegang dan kugenjot lagi. Aku menggigit bibir tanteku ketika kurasakan gesekan penisku dengan dinding vagina tante yang kesat dan kering itu, rasanya luar biasa.<br />
<br />
Tante tiba tiba berbisik, "Mas, jangan digoyang dulu ya, biar tante yang goyangin". Aku menurut saja, dan mulailah tanteku meletakkan kedua kakinya di pantatku, lalu mulai bergoyang, pertama memutar ke kiri dan ke kanan, kadang-kadang disodoknya ke atas. Aku hanya memejamkan mata merasakan kenikmatan yang tak pernah aku dapat ini, "Enak mana punya tante sama Asri, Mas?". Aku tak menjawab pertanyaan tante ini, karena jujur saja Mbak Yuri, punya tanteku lebih nikmat dari vagina Asri isteriku. Tak tahan dengan putarannya, apalagi tanteku terus membisikkan kata-kata yang membuatku makin terangsang, akupun ikut-ikutan menggerakkan burungku maju mundur. Sementara buah dada tanteku sudah rata kuciumi dan kugigiti, tadinya aku takut untuk membuat cupangan didadanya, tetapi justru Tante Murni yang menyuruhku.<br />
<br />
Beberapa saat kemudian aku rasakan sesuatu seakan mendesak untuk dikeluarkan. Kutekan sedalam-dalamnya dan meledaklah semua kenikmatan di dasar kewanitaannya. Tanteku tersenyum dalam kegelapan melihat aku mencapai kepuasan itu. "Mas, ini baru komplit ya"!, bisiknya.<br />
<br />
Setelah merasakan tuntasnya semprotan spermaku, Tante Murni mendorong tubuhku ke samping, dan dengan lembut dikulumnya burungku, aku menolak karena terasa geli sekali membuat sakit di batang burungku, tetapi tante tak mempedulikanku, terus saja dia menjilati sehingga burungku hingga bersih.<br />
<br />
Sampai sekarang aku selalu merindukan <a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">persetubuhan dengan Tante Murni</a> ini. Seringkali aku melamun dan menganalisis apa yang menyebabkan begitu nikmatnya rasa persetubuhan dengan dia. Jawabnya hanya satu, suasana yang penuh resiko, membuat rangsangan yang berbeda dan membuat aku menjadi penuh gairah.Sayanhttp://www.blogger.com/profile/05848885852258227008noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8758859776697967104.post-66905965519792891322009-11-17T12:23:00.000+07:002009-11-17T12:23:36.330+07:00Pengalaman dengan Tante Murni 01Ibuku adalah 7 bersaudara, dan beliau adalah anak tertua kedua, kemudian adik-adiknya ada 4 orang, berturut-turut perempuan dan yang bungsu laki laki, adik perempuan yang terkecil tinggal bersama kami sejak aku masih kecil.<br />
<br />
Sejak aku usia 8 tahun (kira kira kelas 3 SD), tanteku itu mulai ikut tinggal di rumah kami, sebut saja Tante Murni. Tante Murni terpaut sekitar 6 tahun denganku, jadi waktu itu usianya 14 thn. Setelah lulus SMP di K, Tante Murni tidak mau meneruskan ke SMA dan memilih ikut kakaknya di Jakarta, katanya mau tahu Jakarta. Wajah Tante Murni sangat menarik, bulat, cukup cantik, kulit sawo matang, dengan tinggi seperti anak perempuan usia 14 tahun, tetapi dalam pandanganku sepertinya tubuh Tante Murni lebih montok dibanding teman seusianya yang lain. Sebagai gadis remaja yang sedang mekar tubuhnya, tanteku ini juga agak sedikit genit. Dia senang berlama-lama jika sedang merias dirinya di depan cermin, aku sering menggodanya dan Tante Murni selalu tertawa saja.<br />
<a name='more'></a><br />
Aku sendiri anak tertua dari tiga bersaudara (semua saudaraku perempuan). Rumahku waktu itu hanya mempunyai 3 kamar, satu kamar orang tuaku dan dua untuk anak anak. Kedua adikku tidur dalam satu kamar, dan aku menempati kamar lain yang lebih kecil. Sejak Tante Murni tinggal dengan kami, tante tidur dengan kedua adikku ini.<br />
<br />
Pergaulan Tante Murni dengan tetangga sekitar juga sangat baik, ia cepat akrab dengan anak remaja sebayanya, antara lain tetangga kami Suli. Usianya tak jauh beda dengan tanteku kira-kira 15 tahun, tapi berbeda dengan tanteku, Suli berkulit putih bersih dan jauh lebih tinggi (kata orang bongsor), wajahnya ayu, rambutnya selalu disisir poni, murah senyum dan baik hati. Ia sangat baik terhadap semua saudaraku terlebih terhadapku, mungkin karena ia anak tunggal dan sangat mendambakan seorang adik laki-laki seperti yang sering dikatakannya kepadaku. Mbak Suli sering bermain di rumah kami, bahkan beberapa kali ikut tidur di rumah kami bila hari libur, oh ya Mbak Suli ini kelas 2 SMEA.<br />
<br />
Sekitar dua bulan setelah Tante Murni tinggal di rumahku, suatu saat Ibu dan almarhum ayahku harus meninggalkan kami karena suatu urusan di Jawa Tengah (almarhum berasal dari sana) katanya urusan warisan atau apalah waktu itu aku tidak begitu paham. Adikku yang kecil (2,5 thn.) diajak serta, sedangkan kami dititipkan pada tetangga sebelah rumah (kami saling dekat dengan tetangga kiri-kanan) dan tentu saja pada Tante Murni.<br />
<br />
Tante Murni orangnya sangat telaten mengurus para keponakan, mungkin karena di desa dulu memang tanteku itu orang yang "prigel" dalam pekerjaan rumah tangga. Setiap hari Tante Murni bersama adikku selalu mengantarku sekolah yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan rumah. Lalu ia pulang dan menjemputku lagi pada jam pulang sekolah (kira-kira pukul 10:30). Aku sangat senang dijemput Tante Murni, karena aku punya kesempatan untuk menggandengnya dan menepuk pantatnya yang montok itu. Entah mengapa meskipun aku saat itu masih kecil, tetapi kemontokan dada Tante Murni serta juga pinggulnya yang menonjol itu membuat aku selalu berusaha menyentuhnya terutama secara "pura pura" tidak sengaja. Semuanya itu aku lakukan secara intuitif saja, tanpa ada siapapun yang mengajari.<br />
<br />
Pada hari keempat sejak ditinggal pergi kedua orang tuaku (hari Sabtu), Sepulang sekolah, kami bermain di ruang depan sambil nonton televisi. Aku, adikku, Tante Murni dan Mbak Suli. Orang tua Mbak Suli inilah yang dititipi oleh orang tuaku. Masa kecilku memang lebih banyak dihabiskan di dalam rumah, jarang aku bermain di luar rumah kecuali bila sekolah, dan pergaulanku juga lebih banyak dengan adikku, atau beberapa anak sebaya tetangga terdekat, itupun kebanyakan mereka perempuan.<br />
<br />
Kami biasanya bermain mobil-mobilan atau sesekali bermain dokter-dokteran, aku jadi dokter lalu Tante Murni dan Mbak Suli menjadi pasien. Kadang-kadang bila aku sedang berpura-pura memeriksa dengan stetoskop mainanku secara mencuri-curi aku menyenggol payudara Mbak Suli atau tanteku, tapi mereka tidak marah hanya tersenyum sambil berkata, "Eh, koq dokternya nakal, ya". sambil tertawa, terkadang membalas dengan cubitan ke pipi atau lenganku, yang selalu kuhindari. Memang mulanya aku tak sengaja tapi sepertinya asyik juga menyenggol payudara mereka, maka hal itu menjadi kebiasaanku, setiap kali permainan itu. Terasa sekali payudara mereka kenyal dan empuk, setelah aku besar baru aku menyadari bahwa saat itu mereka pasti tak memakai beha, karena tak terasa ada sesuatu yang menghalangi sentuhan jariku pada daging montok itu kecuali lapisan baju mereka. Setiap kali tanganku menyentuh meremas atau menowel bukit empuk itu, aku merasakan ada getaran aneh terutama di sekitar kemaluanku, tak jarang membuatnya menegang, walaupun waktu itu masih kecil dan belum sunat. Sering aku mengkhayalkan memegang payudara mereka bila sedang sendirian di kamarku sambil memegang burung kecilku, hingga tegang walaupun tak sampai mengeluarkan sperma, hanya cairan bening, seperti cairan lem uhu tapi tidak seperti lem lengketnya.<br />
<br />
Siang itu setelah adikku tertidur kami kembali bermain dokter-dokteran dan hal itu kulakukan lagi. Untuk diperiksa kuminta Tante Murni untuk berbaring di lantai, dia menurut saja. Yang pertama kuperiksa adalah dahinya lalu aku langsung meletakkan stetoskopku di dadanya, namun aku sengaja memposisikan tanganku sedemikian rupa sehingga tanganku berhasil menempel di dada Tante Murni, kurasakan empuk sekali dan seiring dengan napasnya, tangankupun ikut naik turun pelan-pelan. Tante Murni hanya tertawa saja, sementara Mbak Suli memperhatikan sambil tertawa, rupanya mereka geli atas kekurangajaranku ini, sepertinya Tante Murni keenakan dengan tingkahku ini, tanganku tak hanya memeriksa di satu tempat tetapi terus bergeser, dan aku tak pernah mengangkat tanganku dari gundukan kenyal itu.<br />
<br />
Sampai tiba-tiba Tante Murni memegang tanganku dan menggosok-gosokannya di dadanya. Aku merasa senang sekali, apalagi Tante Murni juga tiba-tiba merangkul dan menciumiku dengan gemas, tapi ya cuma begitu saja. Karena selanjutnya Mbak Suli yang minta diperiksa, Mbak Suli malahan lebih gila lagi, dia sengaja membuka kancing blus-nya sehingga aku bisa melihat gundukan daging yang putih itu. Tanganku gemetar ketika meletakkan stetoskop plastikku di tepi gundukan dadanya, apalagi ketika dengan suara nyaring Mbak Suli berkata, "Mas.. (dia biasa memanggilku Mas seperti adik adikku, begitu juga Tante Murni), dingin stetoskopmu!". Tanpa mempedulikan ucapannya, stetoskopku terus bergeser sehingga tersingkaplah bajunya dan mataku terbelalak melihat <a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">puting susu</a>nya yang kecil dan berwarna coklat muda itu.<br />
<br />
Saat itulah Mbak Suli menepis tanganku sambil tertawa, "Sudah sudah, geli!". Mereka berdua langsung berdiri dan meninggalkanku sambil berbisik-bisik, aku merengek agar mereka tetap menemaniku bermain, tetapi mereka terus keluar sambil tertawa. Aku merasakan kalau penisku kaku sekali dan juga celanaku jadi basah, entah mengapa aku jadi penasaran sekali dengan semua ini, aku bertekad kalau besok main dokter-dokteran lagi, akan aku singkap baju Tante Murni atau Mbak Suli biar aku bisa melihat lebih jelas puting susu yang menonjol bulat itu.<br />
<br />
Malamnya sebelum tidur aku kembali membayangkan kejadian siang itu, kurasakan penis kecilku meregang sehingga kubuka celana pendekku dan kukeluarkan penisku yang sudah tegak ke atas itu. Kupegang dan kuremas pelan-pelan, sambil memejamkan mata kubayangkan kekenyalan dada Tante Murni, puting susu Mbak Suli, terasa nikmat sekali melamun sambil merasakan sesuatu yang gatal dan nikmat di sekitar penisku itu. "Hayo., lagi ngapain!, Aku jadi kaget dan terlonjak serta membuka mataku. Di depanku kulihat Tante Murni sambil tersenyum memandang bagian bawah tubuhku yang terbuka itu. Mukaku terasa panas, mungkin merah padam mukaku, sambil membetulkan celana yang hanya kupelorotkan sampai dengkul aku segera memeluk guling tanpa berkata apa apa lagi dan membelakangi tanteku.<br />
<br />
Sambil terus tertawa tanteku ikut naik ke ranjangku dan memelukku dari belakang dan menciumku sambil berbisik, "Nggak apa apa Mas.". Jantungku deg-deg, apalagi ketika dengan lembut tanteku membelai rambutku terus tubuhku sambil berbisi, "Ehh, jangan malu, kamu senang ya pegangin burung, sini tante pegangin". Mulanya aku ragu, takut kalau tanteku hanya memancing reaksiku saja, tetapi ketika rabaannya turun ke arah selangkanganku aku jadi berubah senang. Kuberanikan diri untuk menolehnya dan kudapati wajah tanteku yang tersenyum manis sekali membuat hatiku berbunga bunga. Burungku yang tadinya sudah mengecil itu mendadak meregang lagi dan mendesak celanaku.<br />
<br />
Tanteku kemudian menciumi wajahku dengan kasih sayang, tangannya mulai meraba lagi bagian sensitifku dari bagian luar celanaku, aku yakin tanteku bisa merasakan penisku yang meregang dan keras itu, elusan tanteku terasa kurang nikmat, aku berpikir seandainya tanteku memegang langsung burungku, tentu lebih nikmat. Belum habis aku berpikir, tiba-tiba saja Tante Murni memelorotkan celana pendekku sampai terlepas, sehingga burungku yang sudah tegang itu bebas mengacung diudara terbuka. Dengan kelima jarinya tanteku menggenggam burungku dan meremasnya pelan. Aku merasa gatal dan geli serta nikmat yang tak kumengerti tapi membuat aku merasa seperti melayang dan menggeliat serta merintih pelan.<br />
<br />
Dengan memandang tajam mataku, remasan jari lentik Tante Murni di burungku menjadi semakin cepat bahkan juga dikocoknya naik turun kadang-kadang juga dielusnya buah pelirku. Aku semakin meringis merasakan kenikmatan ini, secara naluriah aku berusaha merangkul tanteku agar rasa geli itu makin terasa nikmat. Aku juga berusaha menempelkan wajahku ke wajah Tante Murni yang kulihat juga merah padam dan bibirnya gemetar, nafas Tante Murni semakin memburu dan dia makin merapatkan tubuhnya ke tubuh kecilku, tanganku diraihnya lalu dituntun ke dadanya yang montok dan kenyal itu.<br />
<br />
Tanganku terasa menempel di puting susu Tante Murni yang terasa keras seperti kelereng itu, aku meremasnya dengan agak sulit, karena telapak tanganku yang kecil itu tak bisa meremas keseluruhan permukaan dada Tante Murni yang lebar dan keras itu Kuperhatikan tanteku saat itu mengenakan daster kaos yang tipis tanpa mengenakan apa apa lagi dibaliknya. Merasa kurang puas hanya meremas dari luar, akupun menyelusupkan tanganku ke lubang tangan daster Tante Murni sehingga tanganku secara langsung bersentuhan dengan dada yang telah lama aku kangeni itu, hangat dan licin sekali. Kalau tadinya tanteku yang asyik meremas-remas burungku, sekarang justru aku yang beringas meremas-remas payudara tanteku bahkan tanganku yang lain juga ikut ikutan meremas payudara Tante Murni yang satunya. Tante Murni hanya memejamkan matanya rapat rapat sambil menggigit bibirnya.<br />
<br />
Aku tak mempedulikan apapun sikap Tante Murni, bagiku kesempatan emas ini harus benar-benar dinikmati dan peduli dengan tanteku. Tanganku bukan hanya meremas, tetapi juga memelintir puting susu tanteku yang kecil dan keras itu, lucu sekali melihat kedua tanganku menelinap dan bergerak-gerak di dalam daster tanteku. Kurasakan tangan tanteku sudah tak mengocok penisku, tetapi hanya kadang kadang saja dia meremasnya dengan keras membuat aku kesakitan. Dari luar dadanya yang berdaster mulutku ikut ikutan menciumi dada tanteku itu, rasanya bila memungkinkan aku ingin memanfaatkan seluruh tubuhku untuk menikmati kekenyalan dada Tante Murni ini.<br />
<br />
Tak kusadari nafas tanteku makin lama makin memburu, rupanya dia juga sangat menikmati kekasaran tanganku ini. Tiba-tiba saja Tante Murni mengangkat dasternya sehingga dadanya tersibak, baru saat itu aku bisa melihat kemontokan payudara tanteku ini, tanganku hanya dapat menutupi sebagian ujung atas payudaranya, sedangkan bagian yang lain masih belum tersentuh oleh remasanku. Dada yang montok itu dipenuhi oleh barut-barut merah bekas remasanku. Setelah dadanya terbuka dengan gemetar Tante Murni berbisik, " Mas, isep pentilnya pelan-pelan ya". Tak perlu diperintah dua kali, aku segera melumat puting susu tanteku dan mengenyotnya sekuatku, Tante Murni mendesis desis dan menekan kepalaku kuat kuat kedadanya, aku memeluk pinggangnya dan kutindih badan Tante Murni dengan tubuhku yang telanjang bawah itu. Terasa burungku yang kaku itu menghunjam di tubuh mulus tanteku yang hanya dilapisi celana dalam itu. Tanteku makin kencang memeluk tubuhku, bahkan ia menyuruh aku untuk menjilati juga putingnya. Kulakukan semua itu dengan penuh semangat, entah apa pengaruh kepatuhanku ini pada Tante Murni, yang jelas aku sangat menikmatinya, penisku yang menggeser-geser diperut Tante Murni terasa mengeluarkan cairan yang membasahi perut Tante Murni. Saat itu Tante Murni sudah tak mempedulikan penisku lagi, dia asyik menikmati kepatuhanku itu.<br />
<br />
Mungkin karena sudah tak tahan dengan semua itu, tiba-tiba saja Tante Murni juga melepaskan celana dalamnya. Selama ini aku hanya bernafsu pada buah dadanya saja, aku tak pernah berpikiran lebih dari itu. Ketika dengan berbisik ia menyuruhku memindahkan ciumanku, aku agak bingung juga. " Mas, ayo sekarang ciumi selangkangan Mbak ya, nanti punya kamu juga Mbak ciumi". Aku menghentikan kesibukanku di dada Tante Murni dan memandang ke selangkangannya. Aku takjub sekali melihat <a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">selangkangan Tante Murni</a> itu karena ada rambut keriting yang tumbuh di ujung selangkangannya yang cembung itu, ini adalah pemandangan yang sama sekali baru bagiku, selama ini aku hanya pernah melihat selangkangan adikku yang aku tahu tak ada burungnya seperti aku. Namun selangkangan wanita yang berbulu, ya baru kepunyaan Tante Murni ini!Sayanhttp://www.blogger.com/profile/05848885852258227008noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8758859776697967104.post-78100494927056606992009-11-17T12:21:00.000+07:002009-11-17T12:21:27.040+07:00Pengalaman Masa KecilkuSaat itu saya baru kelas 3 SD, jadi belum tahu apa-apa tentang <a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">seks</a>. Apalagi berhubungan badan. Umur saya waktu itu kira-kira masih 9 atau 10 tahun. Jadi saya rasa pembaca sekalian pun mengerti kalau di saat-saat usia seperti itu boleh dibilang kita tidak tahu apa-apa. Betul tidak? Sewaktu saya kecil seperti itu, saya tinggal di desa SB dengan kakek dan nenek saya. Memang dari umur 1 sampai kira-kira 12 tahun saya tidak pernah tinggal bersama orang tua saya. Boleh dikatakan di sana saya hidup tanpa teman, soalnya desa saya dulunya mayoritas penduduk pribumi, sedangkan saya non pribumi. Jadi hanya sebagian yang mau berteman dengan saya.<br />
<a name='more'></a><br />
Karena apabila pulang sekolah saya tidak ada teman bermain, saya sering bermain sendiri atau kadang-kadang pergi ke rumah tetangga sebelah bermain-main. Tetangga sebelah saya juga mempunyai seorang anak dan jarang bergaul. Jadi kami selalu bermain bersama. Oh ya saya lupa, anak tetangga sebelah saya itu adalah seorang cewek manis dengan rambut panjang dan memiliki tinggi lebih dari saya. Dan satu lagi, umur dia lebih tua dari saya 2 tahun. Jadi pada saat itu, dia masih berumur kira-kira 13 tahun. Memang benar kata guru Biologi saya bahwa umumnya cewek lebih cepat dewasa ketimbang pria.<br />
<br />
Hampir setiap hari saya main ke sebelah, dan orang tuanya juga baik kepada saya. Ya mungkin juga gara-gara anaknya jarang bergaul. Jadi mereka selalu senang kalau melihat saya bermain-main dengannya. Cewek teman saya bermain ini, kita sebut saja bernama Siska. Sering ditinggal sendiri di rumah, karena ibunya adalah seorang bidan yang setiap hari jarang di rumah. Sedangkan ayahnya adalah seorang pekerja. Jadi otomatis kalau ibunya pergi dia tinggal sendirian di rumah. Karena dia sering sendiri, kadang-kadang dia datang ke rumah saya untuk mengajak saya bermain di rumahnya. Terang saja saya mau, soalnya di rumahnya selain banyak permainan, juga bebas karena tidak ada orang yang melarang. Karena keseringan saya bersamanya, kami sudah tidak ada perasaan malu satu sama lain. Kami juga sering menonton acara TV berdua dan seingat saya waktu itu masih belum ada banyak saluran. Hanya ada TVRI saja. Bila di rumah sedang kosong, kami habiskan waktu dengan bermain-main, seperti main catur, main rumah-rumahan dan bila sudah bosan kami duduk berdampingan nonton TV bersama. Apabila nonton film horor saya sangat senang karena apabila dia ketakutan kami sering berpelukan. Karena dia lebih tua dari saya, tak jarang saya mendapat pelajaran tentang apa saja darinya.<br />
<br />
Saya ingat pada suatu siang karena kecapaian bermain, saya tertidur di kamarnya. Mungkin karena dia juga kecapaian dia tidur juga di samping saya dan ketika saya bangun saya merasakan tangan saya sudah memegang sesuatu yang lembut dari tubuhnya dan ketika saya lihat ke samping ternyata tangan saya sedang memegang dadanya yang pada saat itu masih belum membesar tapi sudah lumayan untuk dinikmati. Karena belum mengerti apa-apa saya menggerakkan tangan saya untuk menggeser agar tidak mengganggu tidurnya, namun tangannya yang lembut tiba-tiba menangkap tangan saya agar tetap berada di dadanya. Sambil menggerak-gerakkan tangannya yang menangkap tangan saya di dadanya, saya lihat dia sepertinya keenakan. Dan walaupun saya waktu itu belum mengerti tentang yang begituan, tapi naluri saya mengatakan untuk terus melanjutkan kegiatan itu tanpa dikomando. Saya pun meletakkan tangan saya satu lagi ke payudaranya dan meremas-remasnya perlahan. Walaupun dia masih dalam keadaan tidur dan berpakaian lengkap. Namun sensasi yang saya rasakan waktu itu begitu indah. Bahkan kemaluan saya bisa berdiri sangat tegang.<br />
<br />
Dia yang sudah merasakan bahwa tangan saya telah bergerak sendiri pun mulai melepaskan genggamannya pada tanganku dan membiarkan tangan saya bergerak sendiri. Kemudian tangannya bergerak menuju ke batang kemaluan saya yang sudah berdiri tegak tetapi karena waktu itu saya masih kecil, jadi batang kemaluan saya juga kecil dan masih botak. Saya terang saja kaget, karena dia tiba-tiba mengeluarkan kemaluan saya dan menggenggamnya. Saya waktu itu tidak mengerti apa maunya dan tidak pernah mengerti soal bagituan. Namun semakin lama saya semakin merasakan nikmat yang susah dilukiskan dengan kata-kata. Saya melihat dia telah membuka matanya dan melihat dia tersenyum melihat wajah polos saya yang tidak mengerti soal begituan. Dia kemudian dengan tangan satunya lagi mengangkat kaosnya ke atas dan sekarang hanya tinggal kaos kutangnya saja. Tangan saya yang kembali diam ditariknya kembali ke perutnya yang telanjang dan mengusap-usapkannya. Saya pun mulai mengusap-usap perutnya yang berkulit halus dan putih itu, karena saya merasakan bahwa kulitnya sangat enak dielus.<br />
<br />
Dia yang tahu kalau saya sejak kecil tidak pernah tinggal bersama orang tua kemudian bertanya, "Tango, apakah kamu pernah minum ASI?" saya hanya menggeleng dan terus menikmati usapan tangan saya dan genggaman tangannya di batang saya. "Apakah kamu mau mencoba?" saya mengangguk dengan cepat, karena seumur-umur saya tidak pernah merasakan. Dia pun kemudian membuka kaos kutangnya dan terlihat olehku sepasang bukit yang tidak begitu tinggi mencuat ke atas. Kemudian dia menghentikan aktifitasnya dan duduk bersila bersandar di dinding. Dengan bertelanjang dada dia kemudian mengambil kepala saya dengan lembut dan ditariknya agar rebah di pangkuannya dan setelah saya rebah dengan kepala tepat berada di pangkuannya. Dia kemudian memegang payudaranya yang sebelah kanan dan menyodorkannya ke mulut saya. Saya kemudian pun menghisap-hisap payudaranya. Dia tertawa kegelian dan kembali menangkap batang kemaluan saya dan mempermainkannya kembali.<br />
<br />
"Kak, kok nggak ada susunya", protes saya waktu itu.<br />
"Kita kan sekarang lagi main rumah-rumahan, jadi kita ecek-ecek aja."<br />
Saya pun mengangguk dan kembali menghisap payudaranya yang masih berwarna merah muda itu.<br />
"Nah, sekarang saya berperan jadi mama, dan kamu anak mama yang masih kecil jadi kamu harus nurut", katanya lagi dan saya tetap setuju walau saya kurang mengerti arah permainannya.<br />
<br />
Tapi saya tidak perduli karena sepertinya permainan rumah-rumahan seperti begini yang baru pertama kali kami mainkan sepertinya sangat menarik dan mengasyikkan. Karena batang kemaluan saya terus dipermainkan dengan tangannya, tiba-tiba saya merasakan seperti ingin kencing. "Siska, eh, mama saya mau kencing." Dia pun menghentikan kegiatannya dan kemudian mengangkat kepala saya kemudian berkata, "Oke.. sekarang mama bawa kamu ke kamar mandi dan sekalian mandi yah." Saya kembali mengangguk. Sesampai di depan pintu kamar mandi, dengan masih bertelanjang dada dia kemudian membuka semua pakaian saya. Saya hanya menurut, dan kini saya tanpa sehelai benang pun yang menutup ditariknya tangan saya ke kamar mandi, dia pun kemudian menutup pintu dan mulai membuka celananya plus CD-nya. Kini untuk pertama kalinya saya melihat dia telanjang bulat di depan saya. Entah kenapa kemaluan saya yang tadi sempat turun, kembali naik setelah melihat dia jongkok untuk pipis sehingga kemaluannya yang sudah mulai ditumbuhi bulu-bulu halus terlihat jelas.<br />
<br />
Liang kemaluannya yang kemerah-merahan membuat saya terbengong. "Lho, katanya mau kencing?" katanya sambil tersenyum dan kembali memandang junior saya yang sudah naik tinggi. Saya pun kemudian berjalan menuju klosetnya dan kencing di sana, tapi kencing saya sedikit saja. Setelah selesai bahu saya kemudian dipegangnya dan kemudian dia membalikkan tubuh saya dan kembali terlihat oleh saya teman bermain saya yang kini berperan sebagai ibu dengan rambut diikatnya ke atas dengan tanpa busana. Kemudian dia pun mulai memandikanku seperti seorang ibu memandikan anaknya atau bila boleh dikata memandikan suaminya, sebab dia selalu saja memegang kemaluan saya.<br />
<br />
Setelah selesai memandikan saya, saya dimintanya untuk menunggu sebentar dan duduk di kloset karena dia bilang kalau sekarang giliran mama yang mandi. Saya hanya duduk dan melihat dia mandi. Setelah ia selesai membersihkan badannya. Dia kemudian berjalan menuju saya dan berkata, "Sstt.. sekarang ceritanya kamu sudah besar dan sedang mandi dengan istrimu", kemudian dengan sikap jongkok dia kembali sekali lagi menggenggam batang kemaluan saya dan kali ini dia masukkan ke mulutnya yang mungil, sambil dikocok-kocok dan mengulumnya. Saya merasakan geli dan nikmat menjadi satu. Kemudian entah naluri dari mana tangan saya berusaha menggapai payudaranya. Melihat tangan saya bergerak dan berusaha menggapai payudaranya tapi tidak sampai karena Siska sedang berjongkok, dia pun kemudian naik dan membungkuk dengan mulut tak lepas dari batang kemaluanku dengan maksud agar tanganku sampai ke dadanya.<br />
<br />
Setelah sampai saya pun meremas-remas dadanya. Setelah lama bermain dengan gaya begitu, dia kemudian berdiri, dan menyuruh saya agar ikut berdiri. Saya kembali hanya mengikutinya karena saya menganggap permainannya kali ini sangat menarik. Dia kemudian menyandarkan saya ke dinding kemudian saya lihat wajahnya sangat dekat ke wajah saya. Saya sering melihat adegan berciuman di TV, maka saya pun ingin merasakan berciuman dan saya rasa dia juga demikian. Maka sedetik kemudian kami sudah saling mengulum walaupun pada saat itu kami tidak mengerti caranya. Kami hanya saling mengisap dan mengulum. Karena saya waktu itu lebih rendah beberapa centi darinya. Jadi sewaktu ia menciumku, tubuhnya sangat rapat dan saya dapat merasakan payudaranya menekan ke dada saya, sedangkan di bawah saya merasakan kalau pinggulnya bergerak maju mundur, sebab saya waktu itu bisa merasakan kalau batang saya yang sudah tegak itu bergesekan dengan selangkangannya yang maju mundur.<br />
<br />
Setelah <a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">puas berciuman</a> tanpa bicara dia kemudian memegang kemaluan saya dan mengarahkan ke liang kemaluannya. Namun pada saat itu saya rasa dia telah mengerti soal keperawanan sedangkan saya tidak tahu apa-apa (yang penting enak) dia hanya memasukkan sedikit batang kemaluan saya ke liang kemaluannya. Hanya kira-kira 1/3 dari panjangnya dia genggam dan masukkan ke lubang kemaluannya. Kemudian setelah dia taksir tepat, dia pun mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur sehingga tepat 1/3 bagian yang masuk ke lubangnya. Waktu itu saya melihat dia seperti merasakan kenikmatan yang luar biasa karena berkali-kali dia mendesah dan mendesis.<br />
<br />
Setelah beberapa menit saya merasakan ada cairan hangat membasahi batang kemaluan saya dan saya melihat dia berhenti dari aktifitasnya sesaat dan kemudian mencabut kemaluan saya. Dia kemudian mencolek sedikit cairan yang keluar dari lubang kemaluannya dan menciumnya. "Ini apa yah? kok bisa keluar dari memekku?" tanyanya kepada saya. Terang saja saya tidak tahu dan saya pun ikut mencolek sedikit dari kemaluannya. Sewaktu jari saya mencolek kemaluannya saya melihat dia mengejang sedikit, mungkin saat itu saya menyentuh klitorisnya. Dan saya pun menciumnya, "Nggak tahu yah, kok kental gini. Memangnya sebelumnya nggak pernah keluar?" dia hanya menggeleng. "Sudah dech, nggak pa-pa, entar juga tahu sendiri", katanya santai.<br />
<br />
Kemudian dia pun membersihkan kemaluannya. Melihat saya masih terbengong dia pun kemudian menarik saya dan membersihkan batang kemaluan saya. Pada saat dia membersihkan, dia seperti mengocok-ngocok kemaluan saya dan kemudian menyiramnya dengan air, namun tak lama kemudian saya kembali merasakan mau kencing, "Siska, saya mau kencing nih."<br />
"Ah.. kamu kan tadi baru kencing masa kencing lagi", jawabnya dengan tangan tetap membersihkan kelamin saya.<br />
"Sis, udah nggak tahan nih, udah mau keluar", ucap saya sambil menahan sesuatu yang akan keluar.<br />
"Keluarkan aja kalau memang ada", tantangnya.<br />
Dan curr.. akhirnya saya tidak dapat menahannya dan kami berdua kembali terkejut dan saling memandang satu sama lain setelah apa yang tadi saya keluarkan habis. Sejenak saya bagai terbang ke awang-awang.<br />
<br />
"Lho, kok kencing kamu warnanya lain?" tanyanya kepada saya.<br />
Saya hanya mengangkat bahu.<br />
"Sama seperti tadi, eh, kok ini kamu mengecil?" tanyanya lagi sambi menunjuk ke kemaluanku.<br />
Saya kembali mengangkat bahu dan menjawab, "Nggak tahu yah.. tapi waktu tadi yang putih-putih itu keluar rasanya kok enak sekali", kali ini saya memberi respon.<br />
"Iya, saya tadi juga merasakan kayak gitu", katanya.<br />
"Mungkin ini sebabnya orang dewasa suka kayak gitu", sambungnya memberi alasan.<br />
"Maksudnya?" tanyaku tak mengerti.<br />
"Iya soalnya waktu tante saya datang dari Medan, waktu malam saya nggak sengaja liat tante sama suaminya sedang memasukkan kelaminnya seperti yang kita lakukan tadi, terus setelah saya intip lama, kemudian tante sama paman sama-sama bilang, Ahh.. dan kemudian mencabutnya, mungkin itu rasa nikmat karena cairan kayak gini keluar", Siska menjelaskan panjang lebar.<br />
"Ooo.. tapi rasanya enak lho, lain kali kita main kayak gini lagi mau?" ajak saya.<br />
"Ok, tapi kata mama saya, saya nggak boleh masukkan sesuatu ke memek saya dalam-dalam, katanya entar bisa berdarah, jadi saya takut. Tapi lain kali kita mainnya kayak tadi aja yah?"<br />
Kali ini saya setuju dan mengangguk cepat.<br />
<br />
Kemudian kami mandi sekali lagi dan berpakaian kembali.<br />
"Eh, Tango lu jangan bilang siapa-siapa yah tentang yang kita lakukan tadi, entar kita bisa dimarahin", larangnya.<br />
"Ok dech, tenang aja.. habis mandi enaknya ngapain yah?"<br />
"Yuk kita nonton TV aja, sambil nunggu mamaku pulang."<br />
Dan kami pun menonton acara kartun di TV yang pada saat itu sedang menayangkan kartun Kura-Kura Ninja. Setelah kartunnya habis, tak lama kemudian mama Siska pulang, dan saya pun mau pulang untuk belajar. Karena rumah saya hanya di sebelah dan hanya dibatasi pagar batu rendah, saya pun biasa pulang dengan memanjat pagar itu. Setelah sampai di atas pagar saya dengar Siska berteriak, "Tango, besok-besok kita main rumah-rumahan lagi yah?" Saya kemudian mengangguk dan mengacungkan jempolku kepadanya.<br />
<br />
Nah, setelah kejadian itu saya semakin sering ke rumahnya, namun karena mamanya sekarang jarang keluar siang, jadi kami jarang bermain, dan seingat saya, saya hanya sempat bermain seperti itu empat kali dengannya dan selama kami bermain rumah-rumahan, keperawanannya tetap terjaga. Karena waktu saya umur 13 tahun, nenek saya dipanggil Tuhan. Dan saya pun dibawa kembali bersama orang tua saya dan melanjutkan sekolah saya di kota M, dan sampai sekarang saya jarang pulang ke desa SB dan bila saya ke sana saya sudah tidak pernah berjumpa Siska. Kata keluarganya dia ikut tantenya keluar kota. Dan pernah suatu kali saya pulang ke SB dan bertemu dengannya, kami hanya senyum-senyum tanpa berbicara, sebab kami berdua sepertinya malu kalau mengingat kejadian sewaktu kami belum mengerti apa-apa.Sayanhttp://www.blogger.com/profile/05848885852258227008noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8758859776697967104.post-65048606170990788702009-11-17T12:20:00.000+07:002009-11-17T12:20:09.474+07:00Pengalaman Masa Mudaku 02Aku malah semakin semangat seluruh payudaranya aku jilatin aku kulum-kulum aku emut-emut.. dia semakin gelisah dan tangannya yang tadi mengocok-ngocok burungku kini berhenti bergerak dan hanya meremas burungku dengan kencang sekali.. agak sakit juga rasanya tapi aku biarin aja..Supaya lebih enak akhirnya aku buka baju atasnya aku ciummi lehernya, bahunya yang putih.. dan aku buka seluruh celanaku..sehingga dia bebas memegang burungku dan telurku bergantian..<br />
Adegan ini cukup lama juga berlangsung hampir sejam.. kali aku liat jam diding sudah jam 10.30..<br />
<a name='more'></a><br />
Lalu aku rebahkan dia di sofa panjangku.. mula-mula dia agak sedikit nolak tapi aku dorong dengan tegas dan lembut dia akhirnya nurut aja.. kini aku lebih leluasa lagi menciumi buah dadanya.. pelan-pelan agak turun .. aku ciummi perutnya .. dia tampak agak kegelian.. aku semangkin terangsang.. aku tidak ingat apa lagi yach yang harus dilakukan seperti di buku-buku porno..<br />
<br />
Akhirnya pelan-pelan aku buka kain kebaya bi Asih.. dia bilang eh den jangan mau apa.. tidak tenang aja dech. aku bilang.. akhirnya kainnya copot sudah dan aku buang jauh-jauh..dia tinggal memakai celana dalam saja.. eh.. biarpun dia ini orang desa.. tapi ternyata badannya bagus banget seprti gitar dan mulus banget. betisnya indah, pahanya kencang sekali.. mungkin sering minum jamu kampung sehingga badannya terawat baik..<br />
<br />
Aku ciumi perut bi Asih terus turun kebawah.. dan terus kebagian kemaluannya.. dia tampak mendorong kepalaku.. jangan den.. tapi lagi-lagi aku paksa akhirnya dia diam.. setelah dia agak tenang aku mulai beraksi lagi.. celana dalamnya kutarik turun.. wah ini dia betul-betul melawan dan tidak kasih aku kesempatan dia pegangin celananya itu.. tapi aku terus berusaha.. adu tarik dan akhirnya.. setelah cukup lama dia menyerah tapi tetapnya tangannya menutupi kemaluannya.. pelan-pelan aku ciummi tangannya akhir mau minggir juga dan kuciumi kemaluannya.. dia tampak mengelinjang.. dan dia bilang jangan den.. jangan den.. tapi aku ciumi terus..akhirnya suaranya itu hilang yang terdengar hanya napasnya aja yang terengah engah.. dibagian tengah vagina agak keatas vagina bi Asih ada daging agak keras seperti kacang.. mungkin <a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">klitoris</a>.. nah klitorisnya ini aku jilat-jilat dan kadang-kadang aku emut-emut dengan bibirku..<br />
<br />
Aku ciumi terus vaginanya .. dan tahu tahu aku merasakan sesuatu yang agak basah dan bau yang khas.<br />
dia tampak menggoyang-goyangkan kepalanya dan pantatnya mulai goyang-goyang juga..<br />
cairan yang keluar dari vaginanya makin banyak aja.. dan makin licin..<br />
Ah aku sudah tidak tahan lagi rasanya.. lalu kubuka kaos bajuku.. dan aku juga sekarang sama bugilnya dengan nya ..aku periksa lagi vaginanya.. yach masih seperti tadi malam tidak keliatan lobang apa-apa cuma daging-daging merah jambu mengkilat karena basah.. aku coba tusuk pakai jari tanganku dan eh ada juga lubangnya tapi kecil banget pas sejari tanganku ini, rupanya lubang itu tertutup oleh lapisan daging.. aku pikir-pikir apa cukup ya lubang ini kalo di masukin penisku..<br />
<br />
Aku penasaran lalu aku bangun dan berlutut di pinggir sofa dan burungku aku arah kan ke vaginanya.<br />
Dia nampak terkejut melihat aku telanjang bulat dan dia hendak mau bangun.. dan bilang den jangan sampai ketelanjuran.. ya tidak boleh.. aku bilang iya bi tenang aja.. aku cuma mau ngukur aja kok..<br />
dan dia percaya lagu rebahan lagi.. sambil bilang janji ya den jangan di masukin punya aden ke liang nya.. iya jawabku singkat.. lalu aku ukur-ukur lagi lubang vaginanya dengan penisku ternyata memang penisku ini tidak normal kali.. karena jangankan lubang yang didalam tadi itu yang seukuran jari telunjukku besarnya.. bibir bagian luarnya aja tidak muat.. aku mulai berfikir .. wah bener kata Joko aku ini tidak normal.. lalu aku bilang ke bi Asih.. bi kok kayaknya lubangnya mampetnya.. tidak ada lubangnya.. dia mengangkat kepala.. tahu ya.. dulu juga burungnya suami bibi rasanya tidak pernah masuk sampai kedalam..<br />
wah aku pikir yang normal aku atau dia nich.. tapi dasar sudah nafsu banget.. tidak ada lubang .. lubang apapun jadi dech aku pikir.. vagina dia semakin basah aku pegang-pegang terus..<br />
<br />
Lalu aku tarik dia bangun dan ku ajak ke kamar.. dia menolak ech jangan den.. tidak apa-apa aku bilang.. aku paksa dia kekamar dan aku rebahkan dia di tempat tidur spring bed.. kebetulan tempat tidur itu menghadap ke kaca jadi aku bisa liat di kaca.. lalu aku naik di atas tubuhnya .. dan dia agak sedikit meronta.. den kan janji ya tidak sampai di gituin.. iya dech aku bilang..<br />
Aku lalu turun dari tubuhnya dan berlutut disamping tempat tidur lalu kutarik ke dua kakinya sampai pantatnya tepat dipinggiran tempat tidur lalu aku ciumi lagi vaginanya .. dia kelihatannya senang diciumi lalu aku praktekkan apa yang aku baca di buku porno .. aku masukan lidahku di sela-sela vaginanya.. terasa hangat dan basah .. lalu aku mainkan lidahku.. aku jilat-jilat seluruh daging berwarna merah muda yang ada di dalam vaginanya.. aku jilat terus dan kadang kadan aku sedikit hisap-hisap bagian klitorisnyanya itu.. dia tampak kegelian dan menggoyang-goyangkan pantatnya ke atas seolah-olah hendak mengejar lidahku.. terasa semakin basah vaginanya dan mungkin sudah banjir kali dan semakin banyak cairannya.. semakin licin..aku lalu bangun..dan aku dorong lagi dia ketengah tempat tidur dan aku timpah lagi tubuhnya..<br />
<br />
Aku ciumi lagi payudaranya yang keras dan kenyal itu.. dia nampak mulai menikmati lagi dan agak sedikit mengerang-erang dan mengelus elus rambut kepalaku.. pelan-pelan aku kangkangin pahanya mula-mula dia agak melawan tapi akhirnya pasrah.. dan kutaruh penisku tepat di tengah-tengah vaginanya..pelan-pelan aku dorong.. dorong penisku ke vaginanya.. yang sudah mulai banjir dan mulai licin.. aku merasa bahwa sekarang helm penisku sudah mulai terjepit oleh bibir vaginanya tapi tetap belum bisa masuk.. pelan pelan aku tekan agak keras dia tampak agak menggelinjang dan bilang aduh den jangan di toblos den.. aku tidak perduli aku tekan lagi tapi susah juga rasanya sampai dekok kedalam vaginanya tapi belum mau tembus juga.. aku tarik lagi sedikit kebelakang dan dorong lagi tetap seperti tadi .. tapi aku tidak menyerah aku tarik dorong tarik dorong ada kali 10 menitan.. dan waktu aku tarik-dorong itu terdengar bunyi ceprak..ceprok..ceprak.. rupanya vagina dia bener-bener banjir.. dan tiba-tiba aku mulai merasakan ada celah yang terbuka.. aku makin semangat tarik dorong tarik dorong.. dia nampak mulai merem melek matanya.. dan matanya membalik balik kebelakang..mulutnya mendesis desis.. aku jadi semakin nafsu lalu aku kulum bibirnya.. dia menyambut ciumku dengan hot sekali.. baru pertama kali ini aku berciuman .. jadi tidak tahu caranya tapi.. aku pake naluri aja aku isap-isap lidahnya .. wah dia makin membinal.. dan celah di vaginanya makin terasa agak melebar.. dan aku merasa kalau aku tekan agak keras pasti helm burungku ini bisa masuk.. ke dalam vaginanya.. lalu aku ambil ancang-ancang.. kebetulan kedua jari jempol kaki ku bisa masuk di sela-selah tempat tidur sehingga aku punya pijakkan untuk mendorong kedepan..<br />
<br />
Pelan-pelan aku hitung dalam hati sambil tarik dorong tarik dorong satu.. dua tiga.. empat ..liima<br />
aku tekan yang keras penisku ke vaginanya, bibir dia yang masih ada di dalam mulutku tiba.. bersuara huhh..ehmmh hu<br />
pelan-pelan aku hitung dalam hati sambil tarik dorong tarik dorong satu.. dua tiga.. empat ..liima aku tekan yang keras penisku ke vaginanya, sementara bibirnya yang masih ada di dalam mulutku tiba.. bersuara huhh..ehmmh huhuu dan dia memundurkan pantatnya kebelakang.. dia memandang ke padaku dan menggelengkan kepala ..jangan.. sakit.. dia bilang.. aku mengangguk.. lalu aku mulai kerja lagi.. tarik dorong.. belum masuk-masuk juga.. helm penisku.. tapi akibat dorongang tadi kayaknya agak sedikit terbuka..aku cari akal.. wah gimana nich.. ya.. lalu kedua tanganku turun kebawah dan kumasukan kebelakang pinggangnya lalu turun sedikit kuremas-remas pantatnya yang besar .. kayaknya dia tambah semakin terangsang.. dan aku pikir ini lah saatnya.. aku pegang pantatnya keras-keras dan kutahan sekuat tenaga..dan kuhitung lagi satu. dua tiga.. tekaann..dia tampak meronta-ronta.. tapi aku tidak perduli terus kutekaan dan bless penisku masuk kira-kira sepertiga..dia meronta lagi..mungkin merasa sakit pada vaginanya karena penisku ukurannya kebesaran sekali sehingga aku juga merasa bahwa kayaknya lubangnya kecil sekali sampai-sampai penisku tidak bisa bergerak terjepit seperti mau dipress rasanya kurang enak juga sehingga dia berusaha mendorong pinggulku keatas tapi aku lebih cepat lagi.. kutarik tanganku dari pantatnya dan ku pegang ke dua tangannya dan kutarik ke atas kepalanya dan kutahan..<br />
<br />
Dia berusaha meronta.. dengan mengeser pantat kekiri dan kekanan tapi aku tidak mau lepas.. aku ikuti arah pergerakan pantatnya.. dia kekanan aku kekanan dia kekiri aku kekiri dia mundur aku maju.. dia agak merintih-rintih dan seperti orang makan cabai pedas.. dia memang kuat pinggangnya.. terus goyang kiri dan kanan .. tapi aku terus tancap burungku yang sudah masuk sepertiga ke vaginanya.. akibat gerakannya ini mula-mula penisku yang tidak bisa bergerak akibat terjepit vaginanya mulai bisa bergerak dan aku aku malah semangkin terangsang karena dengan gerakan kiri-kanan gitu penisku terasa tersgesek-gesek oleh vaginanya. Terus aku tahan.. penisku di dalam vaginanya dan memang saat itu rasanya lobangnya sempit sekali.. dan penisku terasa di emot-emot oleh vaginanya.. Lama-lama gerakannya agak melemah dan nafas agak terengah engah.. dan agaknya dia mulai bisa menerima kehadiran penisku di dalam vaginanya dan sakitnya mulai hilang..<br />
<br />
Pelan-pelan aku mulai beraksi lagi kutarik sedikit penisku keluar tapi buru-buru kutekan lagi kedalam. agar tidak lepas.. terasa agak sempit tapi enak karena vaginanya sudah basah banget jadi agak licin dan lancar pergerakkan penisku lalu aku terik sedikit..dan tekan kedalam.. kira-kira 5 menitan.. aku melakukan hal itu aku benar-benar merasa nikmat sekali yang tak terhingga.. lalu dengan amat sangat bernafsu aku mulai menekan lagi penisku agak masuk lebih dalam lagi.. aku tarik dulu keluar sedikit lalu aku tekan keras-keras kedalam.dia menggelinjang.. dan bersuara .. aduh.. huhh hmm tapi suara desahan itu malah makin merangsangku dan kutekan dengan keras lagi dan .. bless masuk lagi penisku lebih dalam dia agak sedikit meronta.. mungkin agak sedikit nyeri.. tapi aku tidak perduli aku tekan lagi lebih keras lagi.. cabut sedikit tekan lagi.. dia agak meronta-ronta.. aku semakin nikmat sekali rasanya agak seperti mau kencang.. aku semakin bersemangat.. dan dengan sekuat tenaga..<br />
<br />
Aku tekan tiba-tiba pantatku kedepan .. dan bleess penisku amblas kedalam vaginanya.. dia agak sedikit menjerit..dan berusaha mencabutnya dengan menggeser pantatnya kekiri dan kekanan lagi.. tapi aku sudah semakin pintar aku tekan terus dan kuikuti pergerakannya.. setelah dia tidak melawan lagi mulai aku cabut setengah dan kumasukin lagi .. begitu berulang-ulang.. nampaknya dia mulai menikmati dan dia kelihatan mengejang dan lalu memeluk aku keras-keras.. dan mulutnya mendesis desis.. aku semakin bersemangat.. dan genjotanku semakin keras dan kencang.. dengan kedua kakiku kukangkangkan pahanya lalu aku genjot lagi penisku keluar masuk.. kira-kira 10 menit.. dia mengejang lagi dan memelukku lebih kencang lagi.. kayaknya dia orgasme lagi.. dan.. setelah itu dia kelihatan agak loyo.. tapi aku merasa ada sesuatu yang akan keluar dari penisku .. aku semakin keras mengocok penisku di dalam vaginanya..dan kulihat dari kaca.. bagaimana penisku keluar masuk vaginanya.. bila aku tekan.. tampak vaginanya dekok kedalam dan bila aku tarik keluar kelihatan bibir vaginanya ikut munjung ke depan.. kira-kira.. 15 menit .. aku merasa helm kepalaku agak panas dan sret-sret.. ada sesuatu keluar dari penisku.. aku merasa nikmat banget.. aku tekan keras-keras penisku di dalam vaginanya.. dan dia yang tadi sudah lemes tampak bersemangat lagi dan dia goyangkan pantatnya kekiri kekanan.. aku semakin kenikmatan.. dan tiba-tiba terasa lagi seer serr ada cairan keluar dari penisku.. dan dia juga kelihatannya merasa nikmat juga..<br />
<br />
Dia seperti mencari-cari sesuatu.. Pantatnya naik-naik keatas dan tiba-tiba dia mengejang dan memelukku keras sekali dan kedua pahanya melilit keras di pinggangku.. seperti orang main gulat.. aku tidak berkutik tidak bisa bergerak.. dan terasa cairan dari dalam penisku semakin banyak keluar.. dia semakin menggila dia mengigit.. gigit.. bahuku.. dan menjerit lirih.. den.. enak sekali den.. aku peluk dia keras-keras.. dan kami berpelukan kurang lebih lima menit.. penisku yang tadi keras kayak batu sudah mulai melembek.. dan dia nampak tergelak.. lunglai di sebelahku.. Aku lalu bangun dan kucabut penisku dari vaginanya.. dan kulihat vaginanya.. Aku pegang dan aku buka belahannya kini nampak ada lubangnya.. dan aku melihat di seprai dekat vaginanya banyak sekali cairan.. dan agak berwarna sedikit merah jambu.. aku agak kaget.. dan bilang kepadanya.. bi .. bibi masih perawan ya..dia tersenyum manis.. dan menjawab.. iya den soalnya selama bibi nikah.. bibi belum pernah kemasukan.. karena mantan suami bibi dulu orangnya loyo.. baru nempel sudah banjir dan lemes.. Aku menggumam.. pantas susah banget masuknya..terus dia nimpali bukan susah..tapi emang burungnya den bram yang kegedean.. bibi ampe hampir semaput rasanya..<br />
<br />
Malam itu aku tidur berdua dengan dia di kamar Saya.. kita tidur telanjang bulat.. cuma di tutup pakai selimut.. pagi-pagi jam 5 pagi sudah terbangun.. dan penisku tiba-tiba mengeras lagi.. tanpa permisi.. aku langsung naik lagi kebadannya..yang masih setengah tidur dan dia terbangun.. Aku kangkangin lagi pahanya kekiri dan kekanan.. dia diam aja pasrah hanya memandangi perbuatan ku dengan sedikit senyum.. lalu penisku yang sudah mulai mengeras.. aku tempelkan lagi di depan vaginanya dan aku tekan-tekan.. tapi tidak bisa masuk-masuk.. bi asih tersenyum.. dan dia bilang sini bi asih bantu.. lalu tangannya kebawah memegang penisku dan membimbing penisku tepat di muka lubang vaginanya bi asih.. terasa hangat.. lubang itu dan mulai basah.. ternyata kali ini tidak sesulit tadi malam.. helm penisku dengan beberapa kali tusukan maju mundur.. mulai bisa masuk kedalam tapi tetapnya aja terasa sempit walaupun vaginanya mulai basah dan licin.. dan kelihatanya Dia juga merasa bahwa penisku luar biasa ukuranya.. beberapa kali dia sedikit mengaduh.. tapi.. setelah vaginanya betul-betul banjir.. dan penisku bias masuk seluruhnya.. dia mulai bisa menikmati.. dan.. pagi itu aku bersenggama dengannya sampai jam 7.00 pagi.. Dia orgasme sampai 3 kali.. dan aku muncrat juga tapi tidak sebanyak tadi malam..<br />
<br />
Seharian kita males-malesan di tempat tidur.. dan sore hari.. kami melakukannya lagi..sampai jam 10 malem.. Senin pagi aku bangun dan bolos sekolah.. karena pagi itu sehabis mandi pagi dan sarapan.. aku rencananya mau berangkat sekolah .. tapi tiba-tiba aku menjadi nafsu lagi melihat dia baru keluar dari kamar mandi pakai handuk saja.. lalu aku tarik dia ke kamarnya .. ku buka handuknya ku ciumi payudara .. ku isap-isap pentil.. dan kurebahkan dia di tempat tidurnya.. dan ku setubuhi lagi.. wah enak rasanya bi asih yang baru mandi karena bau badannya segar banget bau sabun.. dan aku bersetubuh dengannya di kamarnya senin pagi itu sampi jam 9.00 pagi.. dan aku terpaksa membolos sekolah..<br />
<br />
Sorenya orang tuaku pulang dari jakarta.. dan sejak saat itu aku kalau malam sering kekamarnya dan melakukan hal itu lagi.. dan kelihatannya dia juga mulai ketagihan seperti aku.. mami aktif organisasi dharma wanita.. sehingga kami sering punya kesempatan berdua dan selalu tidak pernah menyia-nyia kesempatan itu..<br />
<br />
Hubungan ini berlangsung kurang lebih 3 bulan.. lama-lama kayaknya mamiku mencium gelagat.. dan hari itu kira-kira sebulan lagi sebelum aku ujian akhir kelas 3 smp aku lihat pagi-pagi mamiku ada di kamar bi asih..dan bi asih nampak tertunduk.. dan kayaknya agak sedikit menangis.. aku tidak berani campur tangan.. dan waktu aku pulang sekolah.. dia sudah tidak di rumahku lagi.. dia sudah pulang kampung di antar oleh sopir ayahku. Aku sedih banget saat itu..Sayanhttp://www.blogger.com/profile/05848885852258227008noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8758859776697967104.post-91343488136544619492009-11-17T12:18:00.002+07:002009-11-17T12:18:42.409+07:00Pengalaman Masa Mudaku 01Saya adalah seorang karyawan di sebuah instansi pemerintah di bagian administrasi. Umur Saya saat ini 25 tahun. Saya Mau cerita pengalaman pertama kali Saya melakukan hubungan sex. Waktu itu itu umur Saya masih relatif muda kira-kira 14 tahun masih duduk di SMP kelas 3. Sejak SD Saya sudah sering baca buku buku porno yang stensilan pinjem dari temen-temen. Saya juga sering melihat foto-<a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">foto porno</a> orang lagi begituan..kalo sudah baca buku porno wah burung Saya keras banget dan tegang sekali rasanya ada seer serr gitu dikepala burung Saya yang kayak helm bentuknya.<br />
<a name='more'></a><br />
Saya termasuk anak yang bongsor.. karena untuk ukuran kelas 3 SMP badan Saya sudah lebih tinggi dari babeh Saya, dan juga tulang-tulang Saya termasuk kekar dan besar.. Tapi yang paling Saya tidak tahan adalah itu tuch penis Saya kalo lagi tegang .. Gedee banget..pernah Saya ukur ama temen Saya waktu itu kita sama sama telanjang di kamar mandi kolam renang.. dan waktu di banding ama temen-temen Saya, Saya punya paling panjang dan gede.. dan pernah Saya ukur waktu itu kira-kira panjangnya 17 Cm.. Yang paling Saya tidak tahan adalah kalo lagi di kelas Saya suka perhatiin mami Ina guru Bahasa Inggris.. kadang-kadang tanpa sadar kalo Saya liat itu mami guru lagi duduk dan pahanya yang putih agak sedikit tersingkap .. burungku langsung mengeras.. dan menonjol kedepan.. kalo lagi gitu Saya berdoa moga-moga jangan di suruh kedepan kelas..<br />
<br />
Saya punya temen deket sekelas namanya Joko, kita punya hobi dan khayalan yang sama.. sering cerita tentang buku porno yang kita baca, dan kita juga sama-sama tergila-gila sama mami guru Ina yang berasal dari tanah Minang. Kalau mami guru Ina lagi nulis di papan kita berdua suka cekikikan memperhatikan betis mami ina yang indah, putih dan berisi dan pinggulnya juga cukup besar dan padat. Gilanya kita berdua suka mengkhayal menjadi kekasih mami ina dan melakukan hubungan sex seperti yang di buku-buku porno dengan mami ina.. wah kalo lagi menghayal berdua.. burung kita ampe keras banget.. Temen Saya si joko pernah nyarannin Saya .. eh Bram lu kalo mau tahu rasanya hubungan sex ama mami ina gampang.. caranya lu di kamar mandi bayangin mami ina.. terus lu kocok burung lu pake sabun.<br />
<br />
Karena pengen tahu waktu itu Saya coba..wah memang enak mula-mula.. burung Saya makin lama makin gede dan keras seperti batu.. tapi sudah Saya kocok-kocok ampe sejam lebih kok ntidak keluar-keluar .. akhirnya Saya bosan sendiri dan cape sendiri.. terus besoknya Saya cerita ama Joko .. dia bilang wah tidak normal loe.. sejak itu beberapa kali Saya coba pake sabun tapi tidak pernah berhasil.. akhir Saya jadi males sendiri.. ngocok pake sabun.<br />
<br />
Nah ini awal mula cerita Saya.. waktu itu pembantu rumah tangga Saya keluar, lali kami dapet lagi pembantu baru berasal dari Tasikmalaya, orang sunda, umur nya kira-kira 27 tahun. Orangnya memiliki kulit kuning langsat wajahnya cukup cantik apalagi kalau lagi tersenyum giginya putih terawat baik. Waktu baru mulai kerja aku nguping wawancaranya ama mami Saya, bahwa dia adalah janda tapi belum punya anak dia cerai ama suaminya 3 tahun yang lalu, suaminya adalah orang kaya di kampung itu tapi umurnya waktu kawin dengan dia sudah berusia 60 tahun dan dia menikah kira-kira 4 tahun, sekarang cerai karena suaminya balik lagi ama bininya yang tua.<br />
<br />
Aku memanggil dia bibi Asih.. dia pinter masak masakan kesukaanku seperti sop buntut wah enak banget masakannya. Orangnya sopan dan ramah sekali.. hampir ntidak pernah marah kalo di goda .. Dia sudah 3 bulan kerja di rumahku.. nampaknya dia cukup betah karena kerjaannya juga tidak terlalu banyak. Nah waktu itu adalah hari Jum'at.. inget banget Saya.. Nyokap Saya dapet telepon dari jakarta bahwa kakak Saya yang nomor dua sudah masuk rumah sakit bersalin mau melahirkan anak yang pertama. Mereka pergi dengan Sopir kantor babe Saya ke jakarta jum'at sore.. Aku tidak ikut soalnya sabtu besok aku ada pertandingan bola basket di sekolahan. Jum'at malem aku sendirian di kamar ku baca buku porno sendirian di kamar.. wah cerita bagus sekali sambil membaca aku memegang burungku wah keras sekali..<br />
Kira-kira waktu itu sudah jam 9.00 malam.. badanku terasa gerah.. habis baca buku begituan.. aku keluar kamar untuk mendinginkan otakku .. kebetulan kamarku dan kamarnya tidak terlalu jauh .. dan aku melihat pintunya agak sedikit terbuka..<br />
<br />
Tiba-tiba timbul pikiran kotorku.. ah ingin tahu gimana bi Asih tidurnya.. lalu aku berjingkat-jingkat mendatangi kamar tidur bi Asih.. pelan pelan aku dorong pintunya.. dan mengintip kedalam ternyata Bi Asih sedang tertidur dengan pulasnya.. lalu aku masuk kedalam kamarnya.. Kulihat Bi Asih tidur terlentang.. kakinya yang sebelah kiri agak di tekuk lututnya keatas.. dia tidur menggunakan kain kebaya tapi tidak terlalu ketat sehingga betisnya agak tersingkap sedikit.. aku perhatikan betisnya.. kuning bersih dan lembut sekali.. kemudian aku coba mengintip kedalam kebayanya..wah agak gelap hanya terlihat samar-samar celana dalam berwarna putih.<br />
<br />
Aku menarik napas dan menelan lsudah.. aku perhatikan wajah bi Asih kalo-kalo dia bangun tapi dia masih tidur dengan lelap.. lalu aku memberanikan diri memegang ujung kain kebayanya yang dekat betisnya tersebut.. sambil menahan napas aku angkat pelan-pelan kain kebaya tersebut keatas.. terus kusibak kesamping.. dan akhirnya terbukalah kain kebaya yang sebelah kiri dan tersingkap paha bi Asih yang padat dan putih kekuning-kuningan.. Aku kagum sekali melihat pahanya bi Asih padat, putih dan berisi tidak ada bekas cacatnya sedikitpun juga.. lalu aku pandang lagi wajah bi Asih ..ah dia masih lelap.. aku memberanikan diri lagi membuka kain kebaya yang sebelah kanannya.. pelan pelan aku tarik kesamping kanan.. dan wah akhirnya terbuka lagi.. kini di hadapan ku tampak kedua paha bi Asih yang padat dan kuning langsat itu.. aku semakin berani dan pelan-pelan kain kebaya yang di ikat di perutnya bi Asih aku buka perlahan-lahan.. keringat dingin aku rasa menahan ketegangan ini.. dan burung ku semakin keras sekali .. akhirnya aku berhasil membuka ikatan itu.. lalu kubuka kekiri dan kekanan.. kini terlihat bi Asih tidur terlentang dengan hanya di tutupi celana dalam saja..<br />
<br />
Aku benar-benar bernafsu sekali saat itu.. Kulihat perut bi Asih turun naik napasnya teratur.. kulihat pusarnya bagus sekali.. perutnya kecil kencang tidak ada lemaknya sedikitpun juga.. agak sedikit berotot kali.. pinggulnya agak melebar terutama yang di bagian pantatnya agak sedikit besar. Bi Asih memakai celana nylon warna putih dan celana itu kayaknya agak sempit.. mungkin ketarik kebelakang oleh pantatnya yang agak gede.. jadi pas di bagian kemaluannya itu ngepas banget sehingga terbayang warna bulu bulunya yang halus.. tidak terlalu banyak.. dan bentuk kemaluan Bi Asih lucu juga agak sedikit menggunung kayak bukit kecil..<br />
<br />
Pelan pelan aku sentuh vagina bagian atasnya.. terasa empuk dan hangat.. terus pelan-pelan kucium tapi tidak sampai menempel kira-kira 1 milimeter di depan vagina tersebut.. wah tidak bau apa-apa.. cuma agak terasa hangat aja hawanya.. Kupandangi lagi vagina yang menggunung indah itu.. wah ingin rasanya aku remas tapi aku takut dia bangun.. Kulihat dia masih tidur nyenyak sekali.. dan kulihat dadanya membusung naik turun.. akhh aku ingin tahu gimana sich bentuk payudara dari bi Asih..Pelan pelan kubuka baju bi Asih.. tidak terlalu sulit karena dia hanya pakai peniti saja tiga biji.. dan satu satu kubuka peniti tersebut.. lalu angkat geser kesamping bajunya.. wah terlihat dada sebelah kiri dan kubuka baju yang sebelah lagi.. Kini bi Asih betul betul hampir telanjang tidur telentang di hadapanku..<br />
<br />
Ahh baru pertama kali dalam hidupku menyaksikan hal seperti ini.. BH bi Asih nampak sempit sekali menutupi buah dadanya yang padat dan berisi.. Aku perhatikan buah dadanya.. naik turun.. dan kulihat ternyata BH tersebut punya kancing cantel dua buah di depannya pas di tengah-tengah di depan belahan dada tersebut.. dengan agak gemetar aku pelan-pelan buka cantelan itu.. satu lepas.. dan waktu mau buka yang satu lagi bi Asih bergerak.. wah aku kaget sekali.. tapi dia tidak bangun kali lagi mimpi..lalu aku memberanikan lagi membuka cantelan yang satu lagi.. dan akhirnya terbuka..<br />
<br />
Aduh susunya indah sekali bentuknya besar hampir satu setengah kali bola tenis kali.. terus warna pentilnya agak merah muda.. bentuk susunya betul-betul bulat.. menonjol kedepan.. Aku pandangi terus kedua buah dada tersebut ..indah sekali.. apalagi bi Asih pakai kalung tipis warna kuning emas dan liontinnya warna ungu itu pas deket buah dadanya.. serasi sekali..<br />
<br />
Aku semakin bernafsu.. jantungku berdetak kencang sekali.. ingin rasanya meremas buah dada tersebut tapi takut bi Asih bangun dan apa yang harus kulakukan bila dia bangun.. aku mulai takut saat itu.. akan tetapi hawa nafsuku sudah memuncak saat itu. hingga lupa ama rasa malu tersebut.. kini bi Asi sudah setengah telanjang.. tinggal celana dalamnya saja.. aku ingin tahu juga kayak apa sih yang namanya vagina itu.. terus terang aku seumur itu belum pernah melihat vagina asli kecuali di foto..<br />
<br />
Aku cari akal gimana ya.. tiba-tiba aku lihat di meja bi Asih ada gunting kecil.. wah aku ada akal.. nih<br />
ku ambil gunting tesebut.. lalu pelan-pelan aku masukan jari telunjukku ke samping celana bi Asih di dekat selangkangannya.. aku tarik pelan-pelan agar dia tidak bangun.. terlihat selangkangannya berwarna putih bersih.. setelah agak tinggi aku tarik celana nylon tersebut aku masukan gunting dan pelan pelan aku gunting celana dalam tersebut.. ada kali 10 menit aku lakukan itu akhirnya.. segitiga yang pas didepan vagina bi Asih putus juga ku gunting.. dan aku singkap calana dalam tersebut ke atas..<br />
<br />
Kini aku betul-betul melihat kemaluannya Bi Asih tanpa sehelai benang pun.. vaginanya bentuknya rapat sekali kayaknya tidak ada lobangnya.. bulunya halus tipis.. samping-samping bibir kemaluan tersebut putih bersih agak sedikit gelembung tapi belahannya betul-betul rapat..<br />
<br />
Wah aku betul-betul sudah nafsu buta saat itu.. Aku bingung gimana nich.. ingin pegang vagina tersebut tapi takut dia bangun.. Ah aku nekat karena sudah tidak tahan.. lalu aku buka celana pendek ku dan celana dalamku.. wah penisku sudah gede banget kayak batu panjang dan keras.. lalu aku gosok-gosok burungku pakai tanganku sendiri sambil ngeliatin payudara bi Asih dan dan vaginanya..wah tersasa nikmat sekali.. rasanya burungku sampai bunyi greng.. greng gitu.. dan nikmat sekali.. rasanya seperti mau pipis.. tapi tidak keluar-keluar. aku gosok lagi yang keras sambil ngebayangin kalo penisku itu sudah berada di dalam vaginanya .. tapi tidak bisa juga keluar.. ada kali 15 menit aku gosok-gosok burungku..<br />
<br />
Akhirnya aku sudah tidak tahan dan nekat.. pelan-pelan aku naik tempat tidur bi Asih..<br />
Aku ingat seminggu yang lalu bi Asih pernah dibangunin oleh mami Saya jam sepuluh malam, waktu itu mami Saya mau minta tolong di kerokin.. nah bi Asih ini waktu di ketok-ketok pintuhnya ampe setengah jam baru bangun.. dan dia minta maaf katanya bahwa emang dia kalo sudah tidur susah di banguninnya<br />
<br />
Inget itu aku jadi agak berani mudah-mudahan malam ini juga dia susah bangun.. lalu dengan sedikit agak nekat aku angkat dan geser paha bi Asih yang sebelah kanan terus melebar.. wah untung dia tidak bangun juga.. bener-bener nich bi Asih dalam hatiku punya penyakit tidur yang gawat.. aku geser terus sampai maksimal sehingga kini dia benar benar mengkangkang posisinya.. aku berlutut tepat di tengah-tengah selangkangannya..pelan-pelan aku tempelkan burungku di vaginanya .. tapi lubangnya kok tidak ada.. aku agak bingung .. pelan-pelan belahan daging itu ku buka pakai jari ku.. terlihat daging warna merah jambu lembut dan agak sedikit basah.. tapi tidak kelihatan lubang.. hanya daging berwarna merah muda dan ada yang agak sedikit menonjol kayak kacang merah bentuknya.. aku berpikir mungkin ini yang dinamakan klitoris oleh kawan-kawanku.. aku buka terus sampai agak kebawah dan mentok tidak ada belahan lagi.. ternyata emang tidak ada lubangnya.. aku bingung.. wah gimana nich..<br />
tapi aku sudah nafsu banget.. lalu pelan-pelan kutempelkan helm burungku ke vaginanya ternyata..ukuran helmku itu kayaknya kegedean sekali sehingga boro-boro bisa masuk..baru di bagian luarnya saja rasanya belahan vagina bi Asih sudah tidak muat..<br />
<br />
Tetapi ku pikir sudah kepalang basah aku tempel aja helm burung ku ke vaginanya.. wah tidak bisa masuk hanya nempel doang.. tapi aku bisa merasakan kelembutan daging bagian dalam vaginanya .. enak sekali hangat.. aku gosok pelan-pelan.. dan vaginanya agak buka dikit tapi tetap aja kepala burungku tidak bisa masuk.. makin lama makin enak.. aku benar-benar sudah lupa daratan .. dan gosokanku semakin kencang dan agak sedikit menekan kedalam.. aku tidak sadar kalo dia bisa bangun.. akhirnya bener juga ketika aku agak tekan sedikit dia bangun dan sepertinya masih belum sadar betul..<br />
<br />
Tapi beberapa detik kemudian dia baru aja sadar akan keadaan ini.. dia menjerit dan. Bram ngapain.. aduh tidak boleh .. pamali dia bilang.. terus dia dorong tubuh ke samping dan cepat-cepat dia menutup buah dadanya dan kemaluannya.. jangan.. Bram.. keluar.. Bram.. Aku seperti di sambar petir saat itu.. muka merah dan maluu banget tidak ketulungan.. aku ambil celanaku dan lari terbirit-birit keluar.. langsung masuk kamar..rasanya mau kiamat saat itu.. bingung banget.. gimana ntar kalo dia ngadu ke orang tua Saya.. wah mati Saya..<br />
<br />
Besok paginya aku bangun pagi-pagi.. terus mandi.. tidak pake sarapan aku pergi kesekolah..<br />
di sekolah aku lebih banyak diam dan melamun.. bahkan ada temen Saya yang godaain Saya dengan mengolok Saya.. Saya tarik kerah bajunya dan hampir Saya tabok untung keburu di pisahin ama temen Saya..dan waktu pertandingan basket.. Saya.. di keluarin soalnya Saya tonjok salah satu pemain yang dorong Saya.. wah bener bener kacau.. pikiran Saya saat..itu. Biasanya Saya pulang sekolah jam 12.30.. tapi aku tidak langsung pulang tapi main dulu kerumah temen Saya ampe jam 5 sore baru Saya pulang.. Ampe dirumah.. bi Asih sudah menunggu di depan rumah.. dia menyambutku.. kok lama sekali pulangnya .. bi Asih sampe khawatir.. tadi mami telepon dari Jakarta bilang bahwa mungkin pulang ke Bandungnya hari senin sore.. soalnya kakakku masih belum melahirkan, diperkirakan mungkin hari minggu besok baru lahir.<br />
<br />
Aku hanya tersenyum kecut.. dalam hatiku wah dia tidak marah sama aku.. baik sekali dia..<br />
aku langsung masuk kamar.. dan mandi sore.. terus tiduran di kamar..<br />
Jam 7.00 malam dia ketuk kamarku den.. den.. makan malamnya sudah siap..<br />
Aku keluar dan santap malam.. lalu setelah selesai aku nonton TV.. dia beres-beres.. meja makan..<br />
selama dia memberekan meja.. aku mencuri-curi pandang .. ah dia ternyata cukup cantik juga..badannya sedang tidak tinggi dan bisa di bilang langsing.. hanya ukuran dada dan pinggul bisa dibilang cukup gede.. bener bener seperti gitar..setelah selesai aku panggil dia.. bi. bi.. tolong dong aku di bikinin roti bakar.. aku masih laper nich..baik den.. terus dia bikiin aku roti bakar dua tangkap..dan menghidangkannya di depan aku..dan dia langsung mau pergi.. tapi aku segera panggil lagi bi Asih jangan pergi dulu dong..dia Jawab ada apa den.. ehmm itu bi emm bi Asih tadi cerita tidak ama mami soal semalam.. dia senyum wah mana berani bibi cerita.. kan kasian den Bram.. lagian kali bi Asih juga bisa kena marah..wah lega hatiku.. bi Asih makasih ya.. dan maaf ya yang tadi malem itu..maaf celana bibi Asih rusak.. soalnya.. emm soalnya.. aku tidak tahu harus ngomong apa..Tapi kelihatannya bi Asih ini cukup bijaksana.. dia langsung menjawab iya dech den bi Asih ngerti kok itu namanya aden lagi puber.. ya khan..aku tertawa.. ah bi Asih ini sok tahu ah.. dia juga tersenyum terus bilang den hati-hati kalo lagi puber..jangan sampai terjerumus.. Kembali aku tertawa.. terjerumus ke mana.. kalo ke tempat yang asyik sich aku tidak nolak.. bi Asih melotot eh jangan den.. tidak baik.. Terus dia langsung menasihati aku.. dia bilang maaf ya den Bram menurut bibi .. den Bram ini orangnya cukup ganteng.. pasti banyak temen-temen cewek den Bram yang naksir.. bi Asih juga kalo masih sebaya den mungkin naksir juga ama den Bram hi hi hi nah den Bram harus hati-hati.. jangan sampai terjebak.. lalu di suruh kawin.. hayo mau ngasih makan apa..<br />
<br />
Tiba-tiba ada semacam perasaan aneh dalam diriku aku tidak tahu apa itu.. terus aku jadi agak sedikit berani dan kurang ajar ama dia.. Aku pandang dia.. terus aku bertanya.. bi .. bi Asih khan sudah pernah kawin khan.. gimana sich bi rasanya orang begituan..dia nampak terbelalak matanya dan mukanya agak besemu merah.. lalu aku sambung lagi .. jangan marah ya bi.. soalnya aku bener-bener ingin tahu katanya temen-temenku rasanya kayak di sorga betul tidak.. dia diam sebentar.. ah tidak den selama bi Asih kawin 4 tahun.. bibi tidak ngerasa apa-apa.. maksudnya gimana bi..masa bibi tidak begituan ama suami bi Asih.. eh maksud bibi.. iya begituan tapi.. tidak sampai 1 menit sudah selesai..<br />
<br />
Aku semangkin penasaran.. ah masa bi.. terus itunya suami bibi ampe masuk kedalam tidak..<br />
<br />
EEhh ngaco kamu.. dia tertawa tersipu-sipu.. ehmm tidak kali ya.. soalnya baru didepan pintu sudah loyo.. hi hi..<br />
<br />
eh sudah ah jangan ngomong begituan lagi.. pamali dia bilang.. lagian bi Asih khan sudah cerai 3 tahun jadi sudah lupa rasanya..<br />
<br />
sambil tersenyum dia mau beranjak bangun dan pergi.. ehh bi bi..bi tunggu dong.. temenin aku dulu dong.. lalu dia bilang eh sudah besar kok masih di temenin bibi sudah cape nich.. tapi setelah ku bujuk-bujuk akhirnya dia mau menami ku nonton TV dan ngobrol ngalor ngidul tidak terasa sudah jam 9.00 malam.. diluar mulai hujan deras sekali.. dingin juga rasanya.. bi Asih pandai juga bercerita.. cerita masa remaja dia.. rupanya dia sempat juga mengeyam pendidikan sampai kelas 2 SMP..<br />
<br />
Aku duduk di sofa panjang.. bi Asih duduk di karpet bawah.. terus aku panggil dia bi sini dech..<br />
tolong liatin dong ini ku di bagian pinggang belakang kok agak nyeri.. bi Asih datang dan pindah ke sofaku.. mana den ini nich aku tarik tangannya kepingang belakang ku.. lalu dia dia bilang tidak ada apa-apa kok..Saat itu tiba-tiba timbul lagi pikiran mesumku mengingat kejadian malam kemarin dan bi Asih tidak marah.. kalo sekarang aku agak nakal dikit pasti bi Asih tidak bakalan marah..<br />
Lalu aku bilang ini bi Asih tapi dia matanya meram ya.. dia tersenyum dan menganguk.. lalu memejamkan matanya.. nah ini aku pikir kesempatanku..<br />
aku pegang kecang-kencang pergelangan tangan bi Asih.. lalu aku buka resleting celanaku dan aku tarik kebawah celana dalamku.. burungku masih setengah besar belum gede banget..<br />
Lalu aku tarik tangan bi Asih dan letakkan di atas burungku.. dia bilang ehh apa ini.. lalu aku bilang eh awas jangan buka matanya ya.. dia nganguk dan tanya lagi apa sich ini kok anget..<br />
Begitu tersentuh tangan bi Asih penisku mulai berdiri dengan gagah sekali dan mulai membesar cepat sekali.. rupanya dia curiga .. dan membuka mata.. eh pamali dia bilang.. tapi aku tahan terus tangannya dan aku pandangi matanya.. dia tersenyum malu dan tersipu.. dengan lirih dia bilang jangan den tidak sopan..tapi aku bilang tolong dong bi.. ingin banget dech..<br />
<br />
Kayaknya dia kasian sama aku.. dia mengangguk.. dan bilang.. cepetan ya den sebentar aja jangan lama-lama dan tidak boleh macam-macam..ntar kalo orang tua aden tahu dia kena marah.. dan dia bilang eeh ih kok gede banget sich den..iya jawabku singkat..lalu tangan dia menggenggam burungku dengan lembut dia gosok-gosok dari ujung kepala sampai kepangkal burungku.. kira-kira 10 menit.. dengan agak serak dia bilang sudah belom den..<br />
<br />
Saat itu aku merasa melayang.. dan ntah gimana tiba-tiba keberanianku timbul.. aku pegang lengannya terus naik ke bahu.. leher.. pelan-pelan turun ke dadanya.. dia bilang eh den mau apa.. tapi aku pura-pura tidak denger tanganku terus turun dan sampai kedadanya yang agak membusung kedepan.. dia agak sedikit bergetar badannya.. dia bilang dengan halus jangan den..jangan. tapi dia tidah menepis tanganku.. aku semakin berani.. pelan-pelan aku remas dadanya kiri kanan bergantian.. nampak napas dia agak memburu.. aku semkin berani lagi.. teringat akan bentuk buah dadanya yang indah tadi malam.. maka dengan sedikit nekat tangan ku mulai masuk ke BH nya ..<br />
ah susunya terasa lembut sekali..dia bilang lagi dengan lirih.. den jangan .. aku tidak perduli..<br />
lalu aku buka baju atas bi Asih dan ku buka juga BH nya.. mula-mula bi Asih menolak untuk di buka tapi dengan agak sedikit maksa akhirnya dia pasrah.. dan terbuka bagian atas badan bi Asih.. susunya munjung membusung kedepan besar, putih dan bundar.. lalu mulai kuremas-remas bi Asih agak sedikit menggeliat..napasnya memburu ..aku ingat akan buku porno yang kubaca.. lalu aku coba praktekkan.. ya itu aku mencoba mencium pentil dari payudaranya dan lalu aku emut-emut seperti mengemut permen.. wah kayaknya dia kenikmatan banget.. napasnya memburu dan agak sedikit terengah-engah.. waktu aku kenyot lagi pentilnya dia pegang kepalaku dan bilang den.. sudah den.. sudah.. ah dia tidak tahan.. katanya..Sayanhttp://www.blogger.com/profile/05848885852258227008noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8758859776697967104.post-46464841579301117992009-11-09T03:03:00.000+07:002009-11-09T03:03:33.903+07:00Pengalaman PertamaNama saya adalah alex. Umur saya 14 tahun. Saya ingin menceritakan pengalaman nyata saya. Ketika saya umur 13 tahun, saya sangat dekat dengan seorang saudara papa saya yang bernama Sandra. Saya sering menginap di rumahnya untuk bermain komputer karena di rumah saya tak ada komputer. Saya selalu bermain championship manager dan chatting. Komputernya terletak di kamarnya. <br />
<br />
Pada suatu hari, dia inign tidur lebih awal. Capek katanya. <br />
Saya bilang, " Ya sudah, tidur aja." <br />
Saya terus saja asik main internet. Tiba-tiba saya ingin membuka website 17tahun.com. Saya membaca cerita daun muda. Ketika saya sedang membaca, saya membayangkan bagaimana rasanya be'gitu-gitu'. Saya lihat si Sandra ini. Sebelum saya bertindak lebih lanjut, saya nyalakan TV biar dia tidak curiga dan ada alasan mengapa saya naik ke ranjangnya. Saya mulai menyusupkan tangan saya ke dalan selimutnya. Saya menemukan pahanya. Saya intip ke dalam selimut. Ohh.. putih dan mulus pahanya. Saya elus-elus beberapa menit. Lalu saya lihat reaksinya. Tak ada reaksi.<br />
<a name='more'></a><br />
Saya teruskan ke bagiam celananya. Saya mencari celana dalamnya. Susah sekali menemukannya. Setelah beberapa saat, akhirnya saya menemukan juga CD nya. Saya elus-elus vaginanya dari luar. Ohh.. nikmat sekali. Baru pertama kali saya seperti ini. Saya kembali melihat reaksinya. Tak ada reaksi. Saya mulai menyusupkan tangan saya ke dalam vaginanya. Terasa bulu-bulu halus dan softex. Ternyata dia sedang haid. Saya elus-elus vaginanya langsung. Tak ada reaksi terrnyata. Rasanya nikmat sekali. Penis saya sudah sangat besar. <br />
<br />
Mendapat sinyal positif darinya, saya mulai menurunkan celana dalamnya dan kemudian CD nya. Itu semua saya lakukan dalam selimut. Saya elus-elus terus vaginanya tanpa ada reaksi darinya. Saya ingin sekali melihat isi vagina itu. Tapi saya takut ketahuan. Saya pikir," Bagaimana kalau ketahuan?? Bisa mati gua!! Apalagi kalau dikasih tau ke papa??" Jadi saya hanya mengelus-elus saja. <br />
<br />
Tangan saya mulai beraksi ke kaosnya. Saya mulai mencari-cari BH nya. Karena kaosnya longgar, dengan mudah saya menemukan BH nya. Sangat besar. Terlihat Bh nya tak dapat menahan payudaranya itu. Saya mulai mencari kaitannya. Untung saja dia tidur sedikit miring. Jadi dengan mudah saya menemukan kaitannya dan membukanya. Wow! Besar sekali. Mungkin 38B. Otak saya sudah kotor. Pikiran takut ketahuan sudah hilang. <br />
"Masa bodo. Ketauan ya udah. Nasib." <br />
Saya pegang putingnya bergantian. Tampaknya dia benar-benar pulas sehingga tak ada reaksi sama sekali. Putingnya semakin membesar. Saya semakin nafsu. Saya jilat namun pelan-pelan. Saya lahap kedua payudaranya bergantian.Ahh.. Nikmat sekali. Setelah puas bermain di bukit kembar, saya singkapkan selimutnya dan saya perhatikan tubuhnya. Sambil memperhatikan tubuhnya, saya mengocok penis saya. Saya membayangkan bagaimana rasanya bersetubuh dengannya. Terasa sperma saya ingin keluar. Namun saya tahan. Saya menghentikan kocokan saya. <br />
<br />
Saya elus-elus vaginanya. Lalu saya <a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">jilat vagina</a>nya. Saya masukan lidah saya kedalam nya. Saya jilat klitorisnya. Semakin lama semakin besar. Saya ingin sekali memasukan rudal saya. Tapi tak jadi. Saya akhirnya memberanikan untuk menempelkan penis saya di depan vaginannya. Meskipun belum masuk, namun rasanya nikmat sekali. Saya dorong sedikit penis saya. Tiba-tiba dia bangun. Saya kaget sekali. Namun dia hanya tersenyum dan berkata, <br />
"Teruskan aja. Gak apa apa koq. Tapi jangan merusak keperawan ku ya?" <br />
Kujawab, "Iya dech. Aku janji." <br />
<br />
Saya mulai mendorong penis saya. Hanya helm saja yang masuk. Namun ada perasaan nikmat luar biasa. Tiba-tiba dia berkata, <br />
"Sini penis kamu. Aku mau jilatin." <br />
Saya langsung mencabut dan menaruhnya di mulutnya. Di jilat dan isep penis saya. Saya juga tidak tinggal diam. Saya remas-remas payudaranya. Saya pelintir putingnya. Sekitar 5 menit kami berada di gaya ini. Dia memninta saya untuk menjilat vaginanya. Saya turuti. Setelah 10 menit, terasa sperma saya ingin keluar. Dia bilang, <br />
" Keluarin di sini aja. Biar aku telen semua." <br />
<br />
Tak berapa lama, Keluarlah sperma saya. Ditelan semuanya. <br />
"Ahh..", saya mengerang nikmat. <br />
Saya ingin membalasnya dengan menjilat vaginanya. Lama lama, saya sedot vaginanya. Dia bilang, <br />
"Aku udah mau keluar neh. Kamu telen ya?" <br />
Saya hanya mengangguk. Tak lama kemudian, keluarlah cairan kental. Saya telan semuanya. Asin rasanya. <br />
<br />
Malama itu kami tidur <a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">telanjang</a> bersama. Saya meremas payudaranya dan dia mengocok penis saya. Saya keluar berkali kali. Kami sering melakukan hal seperti ini kalau saya nginap. Kadang kalau kami pergi dan dia yang menyetir, saya iseng dengan meremas rema payudaranya dan dia meremas penis ku.Sayanhttp://www.blogger.com/profile/05848885852258227008noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8758859776697967104.post-70186256164714210972009-11-09T03:02:00.000+07:002009-11-09T03:02:18.939+07:00Pengalamanku Dengan Pelajar SMUAgus termasuk salah seorang pembaca situs 17Tahun.com yang rajin membaca kisahku secara rutin. Seperti halnya para pembaca yang lain, Agus juga melayangkan email padaku untuk berkenalan. Semua email memang kubalas dengan permintaan persyaratan yang kuajukan. <br />
<br />
Biasanya 90% di antara mereka langsung rontok, dan yang tersisa ini banyak yang nekad menghubungi HP-ku, walau mereka belum memenuhi persyaratan yang kuajukan sebelumnya. Seperti biasanya telepon yang masuk kalau nomernya belum terdaftar, langsung saja kuhindari dengan berbagai cara, mulai dari kubilang kalau mereka telah salah sambung, tertipulah dan lain sebagainya.<br />
<a name='more'></a><br />
Agus termasuk salah seorang pembaca yang terseleksi, dia langsung memenuhi persyaratan yang kuajukan. Pada emailnya yang berikut ternyata Agus langsung memberikan apa yang menjadi persyaratanku bahkan berikut foto dirinya. Tutur katanya di email cukup sopan dan tidak bertele-tele. <br />
<br />
Usia Agus ternyata baru 16 tahun, masih pelajar SMU. Namun postur dan penampilannya layaknya sudah berusia sekitar 27 tahun, bukan berarti wajah Agus tampak lebih tua dari usianya, namun kedewasaan dan penampilan Agus itulah yang membuat dia layaknya sudah benar-benar dewasa. <br />
<br />
Aku pun membalas email Agus dengan ucapan terima kasih, dan kukirim juga foto diriku. Pada email berikut kami pun bertukar kata dan foto-foto kami yang lain sambil juga bertukar biodata. Terus terang aku juga cukup terkejut saat mengetahui bahwa ternyata Agus baru berusia 16 tahun dan masih SMU. Berarti dia 12 tahun lebih muda dariku, namun orang lain tidak akan percaya pada usia Agus sesungguhnya apabila melihat penampilan dan sosok Agus, demikian pula dengan diriku. <br />
<br />
Sejak kami berkenalan, setiap pulang sekolah Agus selalu datang ke Kebun Binatang Surabaya (KBS) tempatku bekerja sebagai dokter hewan. Setiap kali datang menemuiku, Agus memang tidak pernah memakai baju seragam sekolah, sehingga banyak rekan kerjaku yang juga terkecoh oleh penampilannya. Mereka semua menganggap Agus adalah pacarku, sehingga banyak juga yang cemburu padaku saat Agus menemaniku hingga sore di KBS. <br />
<br />
Walau penampilannya cukup dewasa, namun sifat kekanakan Agus masih tetap tampak, maklum biar bagaimana pun usia Agus masih 16 tahun. Bicara soal sex, Agus masih layaknya remaja lain yang baru dalam masa pertumbuhan, keinginannya besar sekali tapi masih takut-takut. <br />
<br />
Agus menceritakan bahwa untuk menyalurkan libidonya, dia sering melakukan masturbasi di depan komputer, sambil membaca tulisan-tulisan di 17Tahun.com. Sesungguhnya dia sama sekali belum pernah melakukannya karena boro-boro ML, melihat tubuh wanita telanjang secara nyata saja belum pernah, paling-paling dilihatnya di film-film BF yang dia putar tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya. <br />
<br />
Hubungan kami semakin hari semakin dekat, layaknya sepasang remaja yang sedang asyik berpacaran memadu kasih. Sejak awal aku sudah mengingatkan Agus dan sering kali juga kuingatkan kembali agar Agus tidak terlalu terlena dengan hubungan kami ini, karena aku memang tidak ingin jatuh cinta apa lagi married. <br />
<br />
Agus pun mau mengerti, jadi hubungan kami adalah sekedar pertemanan saja dan hanya saling suka sama suka satu dengan yang lain. Sejauh ini hubungan kami biasa-biasa saja sampai pada sore ini, saat Agus mengantarku pulang. Memang sejak siang tadi Agus sudah mengunjungiku di KBS dan kami pulang sama-sama. Kebetulan kendaraanku belakangan ini dipakai Papaku, jadi setiap pagi aku didrop dan sore harinya dijemput dari KBS. Sejak aku kenal dengan Agus, Papaku sudah tidak perlu menjemputku lagi karena aku selalu pulang dengan diantar oleh Agus. <br />
<br />
Sesampai di rumahku Agus kupersilakan untuk masuk, karena dia masih harus menungguku mandi. Aku tadi memang meminta tolong Agus mengantarku ke Gramedia untuk membeli buku tentang konservasi, tapi aku ingin pulang mandi dulu karena badanku terasa gerah sekali dan bau keringat. <br />
<br />
Saat itu rumahku masih kosong, Papaku belum pulang dan Mamaku entah pergi kemana, sedangkan adikku mungkin masih di kampus. Melihat suasana rumah yang sepi begini, tiba-tiba timbul keisenganku hingga kutanyakan pada Agus.. <br />
<br />
"Gus! Kamu benar-benar seumur hidup belum pernah lihat cewek telanjang bulat di hadapanmu?" <br />
"Belum! Emangnya kenapa?" sahut Agus. <br />
"Kalau ada cewek bersedia telanjang di hadapanmu gimana?" tanyaku selanjutnya. Rupanya Agus sudah mengerti kemana arah pembicaraanku selanjutnya. <br />
"Emangnya Mbak Lia mau telanjang bulat di hadapanku?" tanya Agus sedikit menggoda. <br />
"Yuk kita masuk ke kamarku" ajakku pada Agus sambil melangkah masuk ke kamar, dan Agus pun mengikuti langkahku dari belakang. <br />
<br />
Kututup dan kukunci pintu kamarku dari dalam. Berikutnya kubuka satu persatu kancing hemku dan kutanggalkan begitu saja di hadapan Agus yang duduk di pinggiran tempat tidurku. Payudaraku yang ranum menggairahkan langsung terpampang jelas di hadapan Agus karena memang aku tidak pernah memakai BH. <br />
<br />
Kubuka kaitan rok miniku dan kubiarkan terluncur ke lantai begitu saja hingga kini tubuhku pun hampir telanjang bulat. Hanya tersisa CD mini yang kukenakan, modelnya G String dengan seutas tali nylon melingkar di pinggangku, sisanya juga seutas nylon yang tersambung dari belakang pinggang ke bawah, melingkari selangkangan melalui belahan pantatku. Di bagian depan hanya berupa kain sutera tipis tembus pandang berbentuk segi tiga, ukurannya tidak lebih dari seukuran dua jari yang fungsinya hanya mampu menutupi bagian luar liang vaginaku. Untuk melepaskannya cukup menarik kedua ikatan yang ada di samping kiri kanan pinggangku. <br />
<br />
Aku sengaja meminta agar Agus yang melucuti sisa penutup tubuhku. Hanya dengan sekali tarikan di ujung tali nylon yang mengikat di pinggangku, lepas sudah G Stringku dan langsung terluncur ke lantai. Kini aku pun benar-benar telanjang bulat di hadapan Agus, tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh molekku. <br />
<br />
Dapat kulihat tonjolan besar di bagian depan celana Agus. Rupanya Agus langsung horny begitu melihat aku benar-benar telanjang bulat di hadapannya. Napasnya tampak naik turun mulai tidak teratur. Kutinggalkan Agus begitu saja, dan aku langsung masuk ke kamar mandi yang berada di dalam kamarku. <br />
<br />
Sengaja saat aku mandi, pintu kamar mandi kubiarkan terbuka lebar sehingga Agus bisa dengan jelas melihat seluruh aktifitasku di dalamnya. Rupanya Agus sudah benar-benar tidak tahan hingga dilepaskannya seluruh pakaiannya sampai telanjang bulat. Agus melangkah dari tempat tidurku dan berdiri di pintu kamar mandi memandangku sambil mengocok <a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">batang kemaluan</a>nya yang sudah berdiri tegak bagaikan Tugu Pahlawan. <br />
<br />
Melihatnya, aku mengajak Agus untuk sama-sama mandi. Lalu kami berdua berdiri di atas bathtub, saling gosok dan saling menyabuni tubuh kami secara bergantian. Tangan Agus selalu 'parkir' di daerah sensitifku. Walau belum pernah melakukan ML bukan berarti Agus tidak paham letak daerah sensitifku karena hampir seluruh daerah sensitifku itu digerayanginya sehingga membuat nafsuku langsung naik ke puncak. <br />
<br />
Aku mendesah kenikmatan saat jari-jari tangan Agus memainkan klitorisku hingga dari dalam liang vaginaku mengalir cairan bening hangat. Aku seakan tak mampu berdiri lagi. Badanku sedikit berjongkok menahan rasa yang akan meledak dari dalam tubuhku. Lalu kuajak Agus agar segera menyelesaikan mandi. <br />
<br />
Dengan hanya mengeringkan tubuh seadanya kami keluar kamar mandi. Lalu kududukkan Agus di tepian tempat tidurku dan aku berjongkok di hadapan selangkangannya. Langsung kuraih dan kukulum batang kemaluannya. Agus sedikit terkejut namun tidak menolak saat aku memasukkan batang kemaluannya ke dalam mulutku. Kujilat kepala kemaluannya dengan penuh nafsu, lidahku menyapu batang kemaluannya hingga kedua biji pelirnya. Agus merebahkan badannya ke tempat tidur saat mulutku mengulum biji pelirnya. Tanganku mengocok-ngocok batang kemaluannya. <br />
<br />
"Uu.. Uuh! Mbak aku pengen kencing nich!" seru Agus. Dan.. croo.. oot! Cree.. eet! See.. eerrt! Sperma Agus benar-benar muncrat tumpah keluar membasahi wajah dan rambut kepalaku. <br />
"Aduu.. Uuh! Enak sekali Mbak!" ujar Agus padaku. <br />
"Gila! Kok cepat sekali orgasmenya Gus?" tanyaku. <br />
"Belum-belum kok sudah keluar?" timpalku lagi. <br />
"Iya Mbak! Habis enak sekali, jauh lebih enak daripada yang kulakukan sendiri selama ini", kata Agus. <br />
"Ayo Mbak, sekarang giliran Mbak", lanjut Agus sambil menarikku ke tempat tidur, dan aku pun menurut langsung naik ke atas tempat tidur dengan menelentangkan badan. <br />
<br />
Agus langsung mencium bibirku dan kubalas dengan lumatan dan rabaan di punggungnya. Mulut kami saling berpagut, mulut kami saling lumat, saling menjulurkan lidah bergantian. Nafsuku tadi sebenarnya sudah mencapai puncak, namun sedikit drop saat belum-belum Agus sudah mengalami orgasme saat sedang kukulum batang kemaluannya. <br />
<br />
Kini hasratku mulai naik kembali, aku jadi semakin liar saja saat tangan Agus bergerilya di daerah seputar selangkanganku. Agus mulai melakukan jilatannya, lidahnya menjilati seputaran telinga, leher, dada dan payudaraku. Aku jadi merasa geli sekali saat ujung lidah Agus menyapu seluruh bagian payudaraku. Puting susuku digigitnya dengan bibirnya dan dikulum-kulum. Jilatannya mengarah terus ke bawah menyapu setiap jengkal perutku. Pusarku pun tak luput dari jilatannya. <br />
<br />
"Uu.. Uuh! Gus! Kamu ternyata pintar juga bikin perempuan kelojotan", kataku. <br />
<br />
Agus hanya mendiamkan ucapanku, mulutnya terus turun menciumi paha hingga lututku. Mulutnya naik kembali menciumi dan menjilati pahaku bagian dalam yang sensitif hingga aku jadi benar-benar tidak tahan dibuatnya. Kuraih kepala Agus dan kujambak sedikit sambil menariknya ke atas. Agus mengerti apa mauku, kepalanya mengikuti tarikan tanganku yang mengarahkannya ke arah pangkal pahaku yang kubuka lebih lebar lagi. <br />
<br />
Mulut Agus langsung terbenam di pangkal selangkanganku, mulutnya menyambar bibir vaginaku dan lidahnya serta merta dijulurkan dan mengorek celah lipatan bibir vaginaku. Entah berapa banyak sudah cairan lendir yang mengalir keluar dari dalam liang vaginaku dan bibir vaginaku jadi ternganga lebar. Aku sudah benar-benar tidak mampu lagi membendung gelombang orgasmeku saat mulut Agus mengulum klitorisku. Rasa meledak-ledak dari dalam tubuhku akhirnya benar-benar meledak dengan dahsyat saat lidahnya mempermainkan ujung klitorisku. <br />
<br />
"Uu.. Uucch! Teruu.. Uus! Terus Gus!" desahku. <br />
"Auu.. Uucch!" <br />
<br />
Vaginaku jadi becek sekali. Pantatku kuangkat dan kugoyangkan mengikuti jilatan lidah Agus. Tubuhku menggigil sedikit kejang dan.. <br />
<br />
"Aa.. Aaff! Oo.. Oocch! Aduu.. Uuh! Gus! Sudah Gus, aku sudah orgasme" kataku sambil mendesis. <br />
"Gimana Mbak, puas ndak?" tanya Agus padaku. <br />
<br />
Aku tak mampu menjawab pertanyaannya, hanya mengangguk sambil berdehem saja.Sayanhttp://www.blogger.com/profile/05848885852258227008noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8758859776697967104.post-24837666628125628022009-11-09T03:01:00.002+07:002009-11-09T03:01:19.655+07:00Pembokat Yang NikmatPerkenalkan namaku Steve(anggap aja gitu) yang sebelumnya Nathan [ di cerita ChinthyaKu yang nikmat ] karena ga ada e-mail yang masuk karena mungkin salah e-mail atau ada yang ganti yang saat itu as_roma_fans_club@yahoo.com tapi yang bener itu as_roma_fans_club@yahoo.co.id .<br />
<br />
Ini ceritaku saat aq masih umur 14 tahun dan lagi mencari – cari cara buat melakukan hubungan ‘lagi’ setelah dengan Cynthia yang sebelumnya aku cerita kan . Pembantuku yang ini (18 tahun)sangat cantik gak tau mengapa dia mau kerja seperti ini memang dia sudah melamar di berbagai tempat tetapi belum ada jawaban dari tempat dia ingin bekerja untuk itu aku merekrut lagi pembokat yang baru dan kebetulan ada 2 yang melamar kerja tetapi sebagai karyawan toko tetapi mereka ber-2 minta tempat tinggal jadi mereka masuk de jadi pembokat plus karyawan mereka ber dua tidak secantik yang sebelumnya tetapi masuklah dalam kawasan sedang tetapi payudara yang besar (yang pertama bernama Sinta[samaran] dan yang dua itu Yarti dan Jovi[samaran lah pasti masa pembantu namanya sebagus ini] . ceritanya bermulai dari aku sudah tidak bisa melakukan lagi karena aku mencari-cari lagi dan tetapi belum ketemu dan saat itu aku berpikir melakukan dengan dia tetapi tidak tau caranya bagaimana?.<br />
<a name='more'></a><br />
Saat itu aku mencoba merangsang dia dengan memasukan jari ke antara tangan aku yang menggenggam tetapi dia tidak melihat dan karena saat itu ga ada orang lagi selain aku dan ketiga pembantu itu aku berpikir nekat dengan lansung aja memegang payudaranya dan merangsang Sinta dan ternyata berhasil dia sama sekali tidak melawan malah memegang tanganku dan membuat genggaman itu lebih keras lagi dan aku diajak masuk ke kamarnya dan dia berkata “nyo mau lihat dalemnya dan memasukan itu ke memek ini{sambil menunjukan vaginanya}” trus aku lansung aja jawab mau bahkan mau banget . trus aku membuka bajunya dan lansung memeras payudaranya yang masih tertutup BH yang bermotif bunga-bunga karena sudah tidak tahan lagi aku dengan segera membuka BH yang menghalangi itu dan ternyata tidak seperti yang kupikirkan ternyata setelah membuka itu ‘susu’nya lansung ‘meninju’ angina karena besarnya ‘susu’ itu dan mulai keras putting susunya aku tanpa berlama-lama mengemut dan tangan ku memeras ‘toket’nya setelah kira-kira 5 menit aku bosan dan dia meminta ganti tempat atau gaya . Aku meminta dia menghisap alat kelaminku dan dia lansung mengemut ‘itu’rasanya geli-geli enak dan stelah agak lama aku merubah posisi menjadi katanya sih 69 setelah aku menemukan benjolan kecil itu aku lansung menghisap dan menggigit-gigit kecil takut dia kesakitan dan trauma.<br />
<br />
Setelah bosan aku bermaksud memintanya memasukan alat kelaminku ke dalam memeknya tetapi dia yang memintanya terlebih dahulu {dia membukacelana dan sekaligus dalemannya )dengan tergesa-gesa aku memasukan ‘barang’ku ke dalam liang itu tetapi karena tergesa-gesa sulit masuk dan dia yang membantu masuk ke memeknya dengan tanganya dan “clek” masuk dehh tapi ada yang menghalangi wahhh pasti masih perawan pikirku dan aku menyuruhnya menahan karena agak sakit dan dengan dorongan akhirnya blesss masuk sepenuhnya dan aku memulai gerakan – gerakan maju – mundur karena dia minta perlahan karena masih sakit tetapi setelah beberapa menit dia yang mempercepat gerakan dan dia terus menerus mendesah kenikmatan yang ku berikan [oh yaa saat itu posisinya dia mengkangkang dan aku memasukandari bagian agak atas. Aku merubah posisi ke doggy style agar dia dapat merasakan yang lebih(karena aku membaca di internet posisi itu membuat penis yang kecil jadi nikmat) setelah itu dia berteriak “ahhh-enakkkk ahhh terrussin nyoooo”dan setelah beberapa menit dia berteriak “aku amu kencing dullllluuuuuuu(dia mengeluarkan cairan itu) ahhh enaknyaaa terus nyooo masih kuat jangan berhenti”trus aku kecapekan aku minta dia yang naik –turun dengan merubah posisi aku berbaring .<br />
<br />
Dia mempercepat gerakan itu dengan sangat cepat sehingga aku ingin berorgasme sebelum itu aku mendorong nya karena seperti yang cerita dulu aku ingin dengan wanita yang aku idam-idamkan dank arena ‘gak nutut’ keluar deh di perutnya dan aku masih kuat aku memasukan kontolku ke mulutnya untuk dihisap sisa-sisa sperma itu dan aku kembali memasukan ke vaginanya dengan gaya yang hamper sama tetapi dia orgasme sampai dua kali dan aku berhasil menyemprotkan ke mulutnya seperti alasan sebelumnya dan kami sering melakukan itu lagi.<br />
<br />
Itu adalah pengalamanku dengan pembantu ku lain kesempatan akan ku postkan lagi ceritaku dengan dua pembantuku yang lain dan guru lesku dan juga temenku yang cerita padaku tetapi sepertinya akan lama karena aku sulit dengan masalah biaya internet yang naik.Agar lebih cepat saya meminta bantuan teman-teman dengan cara mungkin memberi tahu nomor dial up sekalian username dan password atau kalau ada yang tau cara internet gratis kasih tau atau kasih tips-tips atau yang lain;sebagai balasannya aku ga bisa kasih uang tapi akan kuberi tahu identitas asli yang aku ceritakan sekaligus identitasku dan ucapan terimah kasih setelah memastikan cara-cara yang kalian kasih akan ku post kan atau ku kirim ke e-mail pribadi kalian jadi tolong yaaaaa kirim caranya ke as_roma_fans_club@yahoo.co.id . truss aku minta tolong yang punya friendster add aku cari aja atas nama Stevanus Tantiono {samaran kok masik’aan} yang gambarnya merah – merah dan Montella . yang mau kasih saran dan kritik ataupun request bisa kirim e-mail ke as_roma_fans_club@yahoo.co.id (e-mail ku jangan di apa-apain ya nanti ga isa kirim lagi looo)Sayanhttp://www.blogger.com/profile/05848885852258227008noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8758859776697967104.post-85411808068356331282009-11-09T03:00:00.003+07:002009-11-09T03:00:43.893+07:00Pengalamanku yang Menyenangkan 02Om Bayu kemudian bangun dan mulai melepaskan pakaiannya. Aku, yang baru pertama kali mengalami orgasme, merasakan badanku lemas tak bertenaga, sehingga hanya bisa memandang saja apa yang sedang dilakukan oleh Om Bayu. Mula-mula Om Bayu membuka kemejanya yang dilemparkan ke sudut kamar, kemudian secara cepat dia melepaskan celana panjangnya, sehingga sekarang dia hanya memakai CD saja. Aku agak ngeri juga melihat badannya yang tinggi besar itu tidak berpakaian. Akan tetapi ketika tatapan mataku secara tak sengaja melihat ke bawah, aku sangat terkejut melihat tonjolan besar yang masih tertutup oleh CD-nya, mecuat ke depan. Kedua tangan Om Bayu mulai menarik CD-nya ke bawah secara perlahan-lahan, sambil matanya terus menatapku.<br />
<a name='more'></a><br />
Pada waktu badannya membungkuk untuk mengeluarkan CD-nya dari kedua kakinya, aku belum melihat apa-apa, akan tetapi begitu Om Bayu berdiri tegak, darahku mendadak serasa berhenti mengalir dan mukaku menjadi pucat karena terkejut melihat benda yang berada di antara kedua paha atas Om Bayu. Benda tersebut bulat panjang dan besar dengan bagian ujungnya yang membesar bulat berbentuk topi baja tentara. Benda bulat panjang tersebut berdiri tegak menantang ke arahku, panjangnya kurang lebih 20 cm dengan lingkaran sebesar 6 cm bagian batangnya dilingkarin urat yang menonjol berwarna biru, bagian ujung kepalanya membulat besar dengan warna merah kehitam-hitaman mengkilat dan pada bagian tengahnya berlubang di mana terlihat ada cairan pada ujungnya. Rupanya begitu yang disebut kemaluan laki-laki, tampaknya menyeramkan. Aku menjadi ngeri, sambil menduga-duga, apa yang akan dilakukan Om Bayu terhadapku dengan kemaluannya itu. <br />
<br />
Melihat ekspresi mukaku itu, Om Bayu hanya tersenyum-senyum saja dan tangan kirinya memegang batang kemaluannya, sedangkan tangan kanannya mengelus-elus bagian kepala kemaluannya yang kelihatan makin mengkilap saja. Om Bayu kemudian berjalan mendekat ke arahku yang masih telentang lemas di atas tempat tidur. Kemudian Om Bayu menarik kedua kakiku, sehingga menjulur ke lantai sedangkan pantatku berada tepat di tepi tempat tidur. Kedua kakiku dipentangkannya, sehingga kedua pahaku sekarang terbuka lebar. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, karena badanku masih terasa lemas. Mataku hanya bisa mengikuti apa yan sedang dilakukan oleh Om Bayu. <br />
<br />
Kemudian dia mendekat dan berdiri tepat diantara kedua pahaku yang sudah terbuka lebar itu. Dengan berlutut di lantai di antara kedua pahaku, kemaluannya tepat berhadapan dengan kemaluanku yang telah terpentang itu. Tangan kirinya memegang pinggulku dan tangan kanannya memegang batang kemaluannya. Kemudian Om Bayu menempatkan kepala kemaluannya pada bibir kemaluanku yang belahannya kecil dan masih tertutup rapat. Kepala kemaluannya yang besar itu mulai digosok-gosokannya sepanjang bibir kemaluanku, sambil ditekannya perlahan-lahan. Suatu perasaan aneh mulai menjalar ke kesuluruhan tubuhku, badanku terasa panas dan kemaluanku terasa mulai mengembung, aku agak menggeliat-geliat kegelian atas perbuatan Om Bayu itu dan rupanya reaksiku itu makin membuat Om Bayu makin terangsang. Dengan mesra Om Bayu memelukku, lalu mengecup bibirku. <br />
"Gimana Rin.., nikmat khan..?", bisik Om Bayu mesra di telingaku, namun aku sudah tak mampu menjawabnya, nafasku tinggal satu-satu, aku hanya bisa mengangguk sambil tersipu malu. Aku sudah tidak berdaya diperlakukan begini oleh Om Bayu dan tidak pernah kusangka, karena sehari-hari Om Bayu sangat sopan dan ramah. <br />
<br />
Selanjutnya tangan Om Bayu yang satu merangkul pundakku dan yang satu di bawah memegang penisnya sambil digosok-gosokkan ke bibir kemaluanku, hal ini makin membuatku menjadi lemas ketika merasakan kemaluan yang besar menyentuh bibir kemaluanku, aku merasa takut tapi kalah dengan nikmatnya permainan Om Bayu, di samping pula ada perasaan bingung yang melanda pikiranku. Kemaluan Om Bayu yang besar itu sudah amat keras dan kakiku makin direnggangkan oleh Om Bayu sambil salah satu dari pahaku diangkat sedikit ke atas. Aku benar-benar setengah sadar dan pasrah tanpa bisa berbuat apa-apa. Kepala kemaluannya mulai ditekan masuk ke dalam lubang kemaluanku dan dengan sisa tenaga yang ada aku mencoba mendorong badan Om Bayu untuk menahan masuknya kemaluannya itu, tapi Om Bayu bilang tidak akan dimasukkan semua cuma ditempelkan saja. Saya membiarkan kemaluannya itu ditempelkan di bibir kemaluanku. <br />
<br />
Tapi selang tak lama kemudian perlahan-lahan kemaluannya itu ditekan-tekan ke dalam lubang vaginaku, sampai kepala penisnya sedikit masuk ke bibir dan lubang vaginaku. Kemaluanku menjadi sangat basah, dengan sekali dorong kepala penis Om Bayu ini masuk ke dalam lubang vaginaku, gerakan ini membuatku terkejut karena tidak menyangka Om Bayu akan memasukan penisnya ke dalam kemaluanku seperti apa yang dikatakan olehnya. Sodokkan penis Om Bayu ini membuat kemaluanku terasa mengembang dan sedikit sakit, seluruh kepala penis Om Bayu sudah berada di dalam lubang kemaluanku dan selanjutnya Om Bayu mulai menggerakkan kepala penisnya masuk dan keluar dan selang sesaat aku mulai menjadi biasa lagi, perasaan nikmat mulai menjalar ke seluruh tubuhku, terasa ada yang mengganjal dan membuat kemaluanku serasa penuh dan besar, tampa sadar dari mulutku keluar suara, "Ssshh.., sshh.., aahh. oohh.., Ooomm.., Ooomm.., eennaak.., eennaak! Aku mulai terlena saking nikmatnya dan pada saat itu, tiba-tiba Om Bayu mendorong penisnya dengan cepat dan kuat, sehingga penisnya menerobos masuk lebih dalam lagi dan merobek selaput daraku dan akupun menjerit karena terasa sakit pada bagian dalam vaginaku oleh penis Om Bayu yang terasa membelah kemaluanku. <br />
<br />
"aadduuhh.., saakkiitt.., Ooomm.., sttoopp.., sttoopp.., jaangaan.., diterusin", aku meratap dan kedua tanganku mencoba mendorong badan Om Bayu, tapi sia-sia saja. Om Bayu mencium bibirku dan tangannya yang lain mengelus-elus buah dadaku untuk menutupi teriakan dan menenangkanku. Tangannya yang lain menahan bahuku sehingga aku tidak dapat berkutik. Badanku hanya bisa menggeliat-geliat dan pantatku kucoba menarik ke atas tempat tidur untuk menghindari tekanan penis Om Bayu ke dalam liang vaginaku, tapi karena tangan Om Bayu menahan pundakku, maka aku tidak dapat menghindari masuknya penis Om Bayu lebih dalam ke liang vaginaku. Rasa sakit masih terasa olehku dan Om Bayu membiarkan penisnya diam saja tanpa bergerak sama sekali untuk membuat kemaluanku terbiasa dengan penisnya yang besar itu. <br />
<br />
"Om.., kenapa dimasukkan semua, kan.., janjinya hanya digosok-gosok saja?", kataku dengan memelas, tapi Om Bayu tidak bilang apa-apa hanya senyum-senyum saja. <br />
Aku merasakan kemaluan Om Bayu itu, terasa besar dan mengganjal rasanya memadati seluruh relung-relung di dalam vaginaku. Serasa sampai ke perutku karena panjangnya penis Om Bayu tersebut. Waktu saya mulai tenang, Om Bayu kemudian mulai memainkan pinggulnya maju mundur sehingga penisnya memompa kemaluanku. Badanku tersentak-sentak dan menggelepar-gelepar, sedang dari mulutku hanya bisa keluar suara, "Ssshh.., sshh.., oohh.., oohh", dan tiba-tiba perasaan dahsyat melanda keseluruhan tubuhku, bayangan hitam menutupi seluruh pandanganku, sesaat kemudian kilatan cahaya serasa berpendar di mataku. Sensasi itu sudah tidak bisa dikendalikan lagi oleh pikiran normalku, seluruh tubuhku diliputi sensasi yang siap meledak. Buah dadaku terasa mengeras dan puting susuku menegang ketika sensasi itu kian menguat, membuat tubuhku terlonjak-lonjak di atas tempat tidur. Seluruh tubuhku meledak dalam sensasi, jari-jariku menggengam alas tempat tidur erat-erat, tubuhku bergetar, mengejang, meronta di bawah tekanan tubuh Om Bayu ketika aku mengalami orgasme yang dahsyat. Aku merasakan kenikmatan berdesir dari vaginaku, menghantarkan rasa nikmat ke seluruh tubuhku selama beberapa detik terasa tubuhku melayang-layang dan tak lama kemudian terasa terhempas lemas tak bedaya, tergeletak lemah di atas tempat tidur dengan kedua tangan yang terentang dan kedua kaki terkangkang menjulur di lantai. <br />
<br />
Melihat keadaanku Om Bayu makin terangsang, sehingga dengan ganasnya dia mendorong pantatnya menekan pinggulku rapat-rapat, sehingga seluruh batang penisnya terbenam dalam kemaluanku. Aku hanya bisa menggeliat lemah karena setiap tekanan yang dilakukannya, terasa clitorisku tertekan dan tergesek-gesek oleh batang penisnya yang besar dan berurat itu. Hal ini menimbulkan kegelian yang tidak terperikan. Hampir sejam lamanya Om Bayu mempermainkanku sesuka hatinya, dan saat itu pula aku beberapa kali mengalami orgasme dan setiap itu terjadi, selama 1 menit aku merasakan vaginaku berdenyut-denyut dan menghisap kuat penis Om Bayu, sampai akhirnya pada suatu saat Om Bayu berbisik dengan sedikit tertahan, "Ooohh.., Riinn.., Riinn.., aakkuu.., maau.., keluar!, Ooohh.., aahh.., hhmm.., oouuhh!". <br />
<br />
Tiba-tiba Om Bayu bangkit dan mengeluarkan penisnya dari vaginaku. Sedetik kemudian, "Ccret.., crett.., crett", spermanya berloncatan dan tumpah tepat di atas perutku. Tangannya dengan gerakan sangat cepat mengocok-ngocok batang penisnya seolah ingin mengeluarkan semua spermanya tanpa sisa. <br />
<br />
"aahh..", Om Bayu mendesis panjang dan kemudian menarik napas lega. Dibersihkannya sperma yang tumpah di perutku. Setelah itu kami tergolek lemas sambil mengatur napas kami yang masih agak memburu sewaktu mendaki puncak kenikmatan tadi. Dipandanginya wajahku yang masih berpeluh untuk kemudian disekanya. Dikecupnya lembut bibirku dan tersenyum. <br />
"Terima kasih, sayang..", bisik Om Bayu dengan mesra. Dan akhirnya aku yang sudah amat lemas terlelap di pelukan Om Bayu. <br />
<br />
Setelah kejadian itu, pada mulanya aku benar-benar merasa gamang, perasaan-perasan aneh berkecamuk dalam diriku, walaupun ketika waktu itu, saat aku bangun dari tidurku Om Bayu telah berupaya menenangkanku dengan lembut. Namun entah kenapa, setelah beberapa hari kemudian, kok rasanya aku jadi kepengin lagi, memang kalau diingat-ingat sebenarnya nikmat juga sih. Jadi sepulang sekolah aku mampir ke rumah Om Bayu, tentu saja aku malu mengatakannya, aku hanya pura-pura ngobrol ke sana-ke mari, sampai akhirnya Om Bayu menawarkan lagi untuk main-main seperti kemarin dulu, barulah aku menjawabnya dengan mengangguk malu-malu. Begitulah kisah pengalamanku, ketika pertamakalinya aku merasakan kenikmatan hubungan seks.Sayanhttp://www.blogger.com/profile/05848885852258227008noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8758859776697967104.post-70869314217646458172009-11-09T03:00:00.000+07:002009-11-09T03:00:07.161+07:00Pengalamanku yang Menyenangkan 01Namaku Rini, usiaku sekarang 23 tahun, aku bekerja sebagai salah satu karyawati di BUMN besar di Jakarta. Oh ya, kata temen-temen sih aku memiliki wajah yang cantik, dengan rambut sebahu, kulitku kuning langsat, tinggi 163 cm, dengan tubuh yang langsing dan seksi. Aku ingin menceritakan pengalaman seksku yang pertama justru dari teman baik ayahku sendiri, peristiwa yang tak kuduga ini terjadi ketika aku baru saja akan masuk kelas 2 SMP, ketika aku masih tinggal di Yogya. Teman ayah itu bernama, Om Bayu dan aku sendiri memanggilnya Om. Karena hubungan yang sudah sangat dekat dengan Om Bayu, ia sudah dianggap seperti saudara sendiri di rumahku. Om Bayu wajahnya sangat tampan, wajahnya tampak jauh lebih muda dari ayahku, karena memang usianya berbeda agak jauh, usia Om Bayu ketika itu sekitar 28 tahun. Selain tampan, Om Bayu memiliki tubuh yang tinggi tegap, dengan dada yang bidang.<br />
<a name='more'></a><br />
Kejadian ini bermula ketika liburan semester, waktu itu kedua orang tuaku harus pergi ke Madiun karena ada perayaan pernikahan saudara. Karena kami dan Om Bayu cukup dekat, maka aku minta kepada orang tuaku untuk menginap saja di rumah Om Bayu yang tidak jauh dari rumahku selama 5 hari itu. Om Bayu sudah menikah, tetapi belum punya anak. Istrinya adalah seorang karyawan perusahaan swasta, sedangkan Om Bayu tidak mempunyai pekerjaan tetap. Dia adalah seorang makelar mobil. Hari-hari pertama kulewati dengan ngobrol-ngobrol sambil bercanda-ria, setelah istri Om Bayu pergi ke kantor. Om Bayu sendiri karena katanya tidak ada order untuk mencari mobil, jadi tetap di rumah sambil menunggu telepon kalau-kalau ada langganannya yang mau mencari mobil. Untuk melewatkan waktu, sering juga kami bermain bermacam permainan seperti halma, atau monopoli, karena memang Om Bayu orangnya sangat pintar bergaul dengan siapa saja. <br />
<br />
Ketika suatu hari, setelah makan siang, tiba-tiba Om Bayu berkata kepadaku, "Rin.. kita main dokter-dokteran yuk.., sekalian Rini, Om periksa beneran, mumpung gratis". <br />
Memang kata ayah dahulu Om Bayu pernah kuliah di fakultas kedokteran, namun putus di tengah jalan karena menikah dan kesulitan biaya kuliah. <br />
"Ayoo..", sambutku dengan polos tampa curiga. <br />
Kemudian Om Bayu mengajakku ke kamarnya, lalu mengambil sesuatu dari lemarinya, rupanya ia mengambil stetoskop, mungkin bekas yang dipakainya ketika kuliah dulu. <br />
"Nah Rin, kamu buka deh bajumu, terus tiduran di ranjang". <br />
Mula-mula aku agak ragu-ragu. Tapi setelah melihat mukanya yang bersungguh-sungguh akhirnya aku menurutinya. <br />
"Baik Om", kataku, lalu aku membuka kaosku, dan mulai hendak berbaring. <br />
Namun Om Bayu bilang, "Lho.. BH-nya sekalian dibuka dong.., biar Om gampang meriksanya". <br />
Aku yang waktu itu masih polos, dengan lugunya aku membuka BH-ku, sehingga kini terlihatlah buah dadaku yang masih mengkal. <br />
"Wah.., kamu memang benar-benar cantik Rin..", kata Om Bayu. <br />
Kulihat matanya tak berkedip memandang buah dadaku, dan aku hanya tertunduk malu. <br />
<br />
Setelah telentang di atas ranjang, dengan hanya memakai rok mini saja, Om Bayu mulai memeriksaku. Mula-mula di tempelkannya stetoskop itu di dadaku, rasanya dingin, lalu Om Bayu menyuruhku bernafas sampai beberapa kali, setelah itu Om Bayu mencopot stetoskopnya. Kemudian sambil tersenyum kepadaku, tangannya menyentuh lenganku, lalu mengusap-usapnya dengan lembut. <br />
"Waah.. kulit kamu halus ya, Rin.. Kamu pasti rajin merawatnya", katanya. Aku diam saja, aku hanya merasakan sentuhan dan usapan lembut Om Bayu. <br />
<br />
Kemudian usapan itu bergerak naik ke pundakku. Setelah itu tangan Om Bayu merayap mengusap perutku. Aku hanya diam saja merasakan perutku diusap-usapnya, sentuhan Om Bayu benar-benar terasa lembut, dan lama-kelamaan terus terang aku mulai jadi agak terangsang oleh sentuhannya, sampai-sampai bulu tanganku merinding dibuatnya. Lalu Om Bayu menaikkan usapannya ke pangkal bawah buah dadaku yang masih mengkal itu, mengusap mengitarinya, lalu mengusap buah dadaku. Ih.., baru kali ini aku merasakan yang seperti itu, rasanya halus, lembut, dan geli, bercampur menjadi satu. Namun tidak lama kemudian, Om Bayu menghentikan usapannya. Dan aku kira.. yah, hanya sebatas ini perbuatannya. Tapi kemudian Tom Bayu bergerak ke arah kakiku. <br />
"Nah.., sekarang Om periksa bagian bawah yah..", katanya. Setelah diusap-usap seperti tadi yang terus terang membuatku agak terangsang, aku hanya bisa mengangguk pelan saja. Saat itu aku masih mengenakan rok miniku, namun tiba-tiba Om Bayu menarik dan meloloskan celana dalamku. Tentu saja aku keget setengah mati. <br />
"Ih.., Om kok celana dalam Rini dibuka..?", kataku dengan gugup. <br />
"Lho.., khan mau diperiksa.., pokoknya Rini tenang aja..", katanya dengan suara lembut sambil tersenyum, namun tampaknya mata dan senyum Om Bayu penuh dengan maksud tersembunyi. Tetapi saat itu aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa. <br />
<br />
Setelah celana dalamku diloloskan oleh Om Bayu, dia duduk bersimpuh di hadapan kakiku. Matanya tak berkedip menatap vaginaku yang masih mungil, dengan bulu-bulunya yang masih sangat halus dan tipis. Lalu kedua kakiku dinaikkan ke pahanya, sehingga pahaku menumpang di atas pahanya. Lalu Om Bayu mulai mengelus-elus betisku, halus dan lembut sekali rasanya, lalu diteruskan dengan perlahan-lahan meraba-raba pahaku bagian atas, lalu ke paha bagian dalam. Hii.., aku jadi merinding rasanya. <br />
"Ooomm..", suaraku lirih. <br />
"Tenang sayang.., pokoknya nanti kamu merasa nikmat..", katanya sambil tersenyum. <br />
Om Bayu lalu mengelus-elus selangkanganku, perasaanku jadi makin tidak karuan rasanya. <br />
<br />
Kemudian, dengan jari telunjuknya yang besar, Om Bayu menggesekkannya ke bibir vaginaku dari bawah ke atas. <br />
"aahh.., Ooomm..", jeritku lirih. <br />
"Ssstt.., hmm.., nikmat.., kan..?", katanya. <br />
Mana mampu aku menjawab, malahan Om Bayu mulai meneruskan lagi menggesekkan jarinya berulang-ulang. Tentu saja ini membuatku makin tidak karuan, aku menggelinjang-gelinjang, menggeliat-geliat ke sana-ke mari. <br />
"Ssstthh.., aahh.., Ooomm.., aahh..", eranganku terdengar lirih, dunia serasa berputar-putar, kesadaranku bagaikan terbang ke langit. Vaginaku rasanya sudah basah sekali karena aku memang benar-benar sangat terangsang sekali. <br />
<br />
Setelah Om Bayu merasa puas dengan permainan jarinya, dia menghentikan sejenak permainannya itu, tapi kemudian wajahnya mendekati wajahku, aku yang belum berpengalaman sama sekali, dengan pikiran yang antara sadar dan tidak sadar, hanya bisa melihatnya pasrah tanpa mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi. Wajahnya semakin dekat, kemudian bibirnya mendekati bibirku, lalu ia mengecupku dengan lembut, rasanya geli, lembut, dan basah. Namun Om Bayu bukan hanya mengecup, ia lalu melumat habis bibirku sambil memainkan lidahnya, Hii.., rasanya jadi makin geli.., apalagi ketika lidah Om Bayu memancing lidahku, sehingga aku tidak tahu kenapa, secara naluri jadi terpancing, sehingga lidahku dengan lidah Om Bayu saling bermain, membelit-belit, tentu saja aku jadi semakin nikmat kegelian. <br />
<br />
Kemudian Om Bayu mengangkat wajahnya dan memundurkan badannya. Entah permainan apa lagi yang akan diperbuatnya pikirku, aku toh sudah pasrah. Dan eh.., gila.., tiba-tiba badannya dimundurkan ke bawah dan Om Bayu tengkurap di antara kedua kakiku yang otomatis terkangkang, kepalanya berada tepat di atas kemaluanku dan Om Bayu dengan cepat menyeruakkan kepalanya ke selangkanganku, kedua pahaku dipegangnya dan diletakkan di atas pundaknya, sehingga kedua paha bagian dalamku seperti menjepit kepala Om Bayu. Aku sangat terkejut dan mencoba memberontak, akan tetapi kedua tangannya memegang pahaku dengan kuat, lalu tanpa sungkan-sungkan lagi Om Bayu mulai menjilati bibir vaginaku. <br />
<br />
"aa.., Ooomm..!", aku menjerit, walaupun lidah Om Bayu terasa lembut, namun jilatannua itu terasa menyengat vaginaku dan menjalar ke seluruh tubuhku, namun Om Bayu yang telah berpengalaman itu, justru menjilati habis-habisan bibir vaginaku, lalu lidahnya masuk ke dalam vaginaku, dan menari-nari di dalam vaginaku. Lidah Om Bayu mengait-ngait ke sana-ke mari menjilat-jilat seluruh dinding vaginaku. Tentu saja aku makin menjadi-jadi, badanku menggeliat-geliat dan terhentak-hentak, sedangkan kedua tanganku mencoba mendorong kepalanya dari kemaluanku. Akan tetapi usahaku itu sia-sia saja, Om Bayu terus melakukan aksinya dengan ganas. Aku hanya bisa menjerit-jerit tidak karuan. <br />
<br />
"aahh.., Ooomm.., jaangan.., jaanggann.., teerruskaan.., ituu.., aa.., aaku.., nndaak.., maauu.., geellii.., stoopp.., tahaann.., aahh!". <br />
Aku menggelinjang-gelinjang seperti kesurupan, menggeliat ke sana-ke mari antara mau dan tidak biarpun ada perasaan menolak akan tetapi rasa geli, bercampur dengan kenikmatan yang teramat sangat mendominasi seluruh badanku. Om Bayu dengan kuat memeluk kedua pahaku di antara pipinya, sehingga walaupun aku menggeliat ke sana-ke mari, namun Om Bayu tetap mendapatkan yang diinginkannya. Jilatan-jilatan Om Bayu benar-benar membuatku bagaikan orang lupa daratan, vaginaku sudah benar-benar banjir dibuatnya, hal ini membuat Om Bayu menjadi semakin liar, ia bukan cuma menjilat-jilat, bahkan menghisap, menyedot-nyedot vaginaku. Cairan lendir vaginaku bahkan disedot Om Bayu habis-habisan. Sedotan Om Bayu di vaginaku sangat kuat, membuatku jadi samakin kelonjotan. <br />
<br />
Kemudian Om Bayu sejenak menghentikan jilatannya. Dengan jarinya ia membuka bibir vaginaku, lalu di sorongkan sedikit ke atas. Aku saat itu tidak tahu apa maksud Om Bayu, rupanya Om Bayu mengincar clitorisku. Dia menjulurkan lidahnya, lalu dijilatnya clitorisku. <br />
"aahh..", tentu saja aku menjerit keras sekali, aku merasa seperti kesetrum, karena ternyata itu bagian yang paling sensitif buatku. Begitu kagetnya aku merasakannya, aku sampai menggangkat pantatku. Om Bayu malah menekan pahaku ke bawah, sehingga pantatku nempel lagi ke kasur, dan terus menjilati clitorisku sambil dihisap-hisapnya. <br />
"aa.., Ooomm.., aauuhh.., aahh!", jeritku semakin menggila. Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang teramat sangat, yang ingin keluar dari dalam vaginaku, seperti mau pipis, dan aku tak kuat menahannya, namun Om Bayu yang sepertinya sudah tahu, malahan menyedot clitorisku dengan kuatnya. <br />
"Ooomm.., aa!", tubuhku terasa tersengat tegangan tinggi, seluruh tubuhku menegang, tak sadar kujepit dengan kuat pipi Om Bayu dengan kedua pahaku di selangkanganku. Lalu tubuhku bergetar bersamaan dengan keluarnya cairan vaginaku banyak sekali, dan tampaknya Om Bayu tidak menyia-nyiakannya disedotnya vaginaku, dihisapnya seluruh cairan vaginaku. Tulang-tulangku terasa luluh lantak, lalu tubuhku terasa lemas sekali. Aku tergolek lemas.Sayanhttp://www.blogger.com/profile/05848885852258227008noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8758859776697967104.post-6831454194867362092009-10-14T19:58:00.000+07:002009-10-14T19:59:20.524+07:00Pengganti Istri 02Tiap kali <a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">kejantanan</a>ku menekan dasar kemaluannya, gadis itu tergelinjang oleh ngilu bercampur nikmat yang belum pernah dirasakannya. Kejantananku bagai diremas-remas dalam liang kemaluan Ningsih yang begitu 'peret' dan legit. Dengan perkasa kudorong kejantananku sampai masuk seluruhnya dalam selangkangan gadis itu, membuat Ningsih tergelinjang-gelinjang sambil merintih nikmat tiap kali dasar kemaluannya disodok.<br /><a name='more'></a><br />"Ahh.. Ndoro..! Aa.. ah..! Aaa.. ahk..! Oooh..! Ndoroo.. Ningsih pengen.. pih.. pipiis..! Aaa.. aahh..!"<br />Sensasi nikmat luar biasa membuat Ningsih dengan cepat terorgasme.<br />"Tahan Nduk! Kamu nggak boleh pipis dulu..! Tunggu Ndoro pipisin kamu, baru kamu boleh pipis..!"<br />Dengan patuh Ningsih mengencangkan otot selangkangannya sekuat tenaga berusaha menahan pipis, kepalanya menggeleng-geleng dengan mata terpejam, membuat rambutnya berantakan, namun beberapa saat kemudian..<br />"Nggak tahan Ndoroo..! Ngh..! Ngh..! Nggh! Aaaii.. iik..! Aaa.. aahk..!" Tanpa dapat ditahan-tahan, Ningsih tergelinjang-gelinjang di bawah tindihanku sambil memekik dengan nafas tersengal-sengal.<br />Payudaranya yang bulat dan kenyal berguncang menekan dadaku saat gadis itu memeluk erat tubuh majikannya, dan kemaluannya yang begitu rapat bergerak mencucup-cucup.<br /><br />Berpura-pura marah, aku menghentikan genjotannya dan menarik kejantananku keluar dari tubuh Ningsih.<br />"Dibilang jangan pipis dulu kok bandel..! Awas kalau berani pipis lagi..!"<br />Tampak kejantananku bersimbah cairan bening bercampur kemerahan, tanda gadis itu betul-betul masih perawan. Gadis itu mengira majikannya sudah selesai, memejamkan mata sambil tersenyum puas dan mengatur nafasnya yang 'senen-kamis'. Di pangkal paha gadis itu tampak juga darah perawan menitik dari bibir kemaluannya yang perlahan menutup.<br /><br />Aku menarik pinggang Ningsih ke atas, lalu mendorong sebuah bantal empuk ke bawah pantat Ningsih, membuat tubuh telanjang gadis itu agak melengkung karena pantatnya diganjal bantal. Tanpa basa-basi kembali kutindih tubuh montok Ningsih, dan kembali kutancapkan kejantananku dalam liang kemaluan gadis itu. Dengan posisi pantat terganjal, klentit Ningsih yang peka menjadi sedikit mendongak. Sehingga ketika aku kembali melanjutkan tusukanku, gadis itu tergelinjang dan terpekik merasakan sensasi yang bahkan lebih nikmat lagi dari yang barusan.<br /><br />"Mau terus apa brenti, Nduk..?" godaku.<br />"Aii.. iih..! He.. eh..! Terus Ndoroo..! Enak..! Enak..! Aahh.. Aii.. iik..!"<br />Tubuh Ningsih yang montok menggiurkan tergelinjang-gelinjang dengan nikmat dengan nafas tersengal-sengal diantara pekikan-pekikan manjanya.<br />"Ooo.. ohh..! Ndoroo.., Ningsih pengen pipis.. lagii.. iih..!"<br />"Yang ini ditahan dulu..! Tahan Nduk..!"<br />"Aa.. aak..! Ampuu.. unnhh..! Ningsih nggak kuat.. Ndoroo..!"<br />Seiring pekikan manjanya, tubuh gadis itu tergeliat-geliat di atas ranjang empuk.<br /><br />Pekikan manja Ningsih semakin keras setiap kali tubuh telanjangnya tergerinjal saat kusodok dasar liang kegadisannya, membuat kedua pahanya tersentak mengangkang semakin lebar, semakin mempermudah aku menikmati tubuh perawannya. Dengan gemas sekuat tenaga kuremas-remas kedua payudara Ningsih hingga tampak berbekas kemerah-merahan. Begitu kuatnya remasanku hingga cairan putih susu menitik keluar dari putingnya yang kecoklatan.<br />"Ahhk..! Aaa.. aah! Aduu.. uhh! Sakit Ndoroo..! Ningsih mau pipiiss..!"<br /><br />Dengan maksud menggoda gadis itu, aku menghentikan sodokannya dan mencabut kejantanannya justru disaat Ningsih mulai orgasme.<br />"Mau pipis Nduk..?" tanyaku pura-pura kesal.<br />"Oohh.. Ndoroo.. terusin dong..! Cuma 'dikit, nggak pa-pa kok..!" rengek gadis itu manja.<br />"Kamu itu nggak boleh pipis sebelum Ndoro pipisin kamu, tahu..?" aku terus berpura-pura marah.<br />Tampak bibir kemaluan Ningsih yang gundul kini kemerah-merahan dan bergerak berdenyut.<br />"Enggak! Enggak kok! Ningsih enggak berani Ndoro..!"<br /><br />Ningsih memeluk dan berusaha menarik tubuhku agar kembali menindih tubuhnya. Rasanya sebentarlagi gadis itu mau pipis untuk ketiga kalinya.<br />"Kalau sampai pipis lagi, Ndoro bakal marah, lho Nduk..?" kuremas kedua buah dada montok Ningsih.<br />"Engh.. Enggak. Nggak berani." Wajah gadis itu berkerut menahan pipis.<br />"Awas kalau berani..!" kukeraskan cengkeraman tangannya hingga payudara gadis itu seperti balon melotot dan cairan putih susu kembali menetes dari putingnya.<br /><br />"Ahk! Aah..! Nggak berani, Ndoro..!"<br />Ningsih menggigit bibir menahan sakitnya remasan-remasanku yang bukannya dilepas malah semakin kuat dan cepat. Namun gadis itu segera merasakan ganjarannya saat kejantananku kembali menghajar kemaluannya. Tak ayal lagi, Ningsih kembali tergiur tanpa ampun begitu dasar liang kemaluannya ditekan kuat.<br />"Ngh..! Ngh..! Ngghh..! Ahk.. Aaa.. aahh..! Ndoroo.. ampuu.. uun..!"<br />Tubuh montok gadis itu tergerinjal seiring pekikan manjanya.<br /><br />Begitu cepatnya Ningsih mencapai puncak membuat aku semakin gemas menggeluti tubuh perawannya. Tanpa ampun kucengkeram kedua bukit montok yang berdiri menantang di hadapanku dan meremasinya dengan kuat, meninggalkan bekas kemerahan di kulit payudara Ningsih. Sementara genjotan demi genjotan kejantananku menyodok kemaluan gadis itu yang hangat mencucup-cucup menggiurkan, bagai memohon semburan puncak.<br /><br />Gadis itu sendiri sudah tak tahu lagi mana atas mana bawah, kenikmatan luar biasa tidak henti-hentinya memancar dari selangkangannya. Rasanya seperti ingin pipis tapi nikmat luar biasa membuat Ningsih tidak sadar memekik-mekik manja. Kedua pahanya yang sehari-hari biasanya disilangkan rapat-rapat, kini terkangkang lebar, sementara <a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">liang kemaluan</a>nya tanpa dapat ditahan-tahan berdenyut mencucup kejantananku yang begitu perkasa menggagahinya. Sekujur tubuh gadis itu basah bersimbah keringat.<br /><br />"Hih! Rasain! Dibilang jangan pipis! Mau ngelawan ya..!" Gemas kucengkeram kedua buah dada Ningsih erat-erat sambil menghentakkan kejantananku sejauh mungkin dalam kemaluan dangkal gadis itu.<br />Ningsih tergelinjang-gelinjang tidak berdaya tiap kali dasar kemaluannya disodok. Pantat gadis itu yang terganjal bantal empuk berulangkali tersentak naik menahan nikmat.<br />"Oooh.. Ndoroo..! Ahk..! Ampun..! Ampun Ndoroo..! Sudah..! Ampuu.. unn..!" Ningsih merintih memohon ampun tidak sanggup lagi merasakan kegiuran yang tidak kunjung reda.<br /><br />Begitu lama majikannya menggagahinya, seolah tidak akan pernah selesai. Tidak terasa air matanya kembali berlinang membasahi pipinya. Kedua tangan gadis itu menggapai-gapai tanpa daya, paha mulusnya tersentak terkangkang tiap kali kemaluannya dijejali kejantananku, nafasnya tersengal dan terputus-putus. Bagian dalam tubuhnya terasa ngilu disodok tanpa henti. Putus asa Ningsih merengek memohon ampun, majikannya bagai tak kenal lelah terus menggagahi kegadisannya. Bagi gadis itu seperti bertahun-tahun ia telah melayani majikannya dengan pasrah.<br /><br />Menyadari kini Ningsih sedang terorgasme berkepanjangan, aku tarik paha Ningsih ke atas hingga menyentuh payudaranya dan merapatkannya. Akibatnya kemaluan gadis itu menjadi semakin sempit menjepit kejantananku yang terus menghentak keluar masuk. Ningsih berusaha kembali mengangkang, namun dengan perkasa semakin kurapatkan kedua paha mulusnya. Mata Ningsih yang bulat terbeliak dan berputar-putar, sedangkan bibirnya merah merekah membentuk huruf 'O' tanpa ada suara yang keluar. Sensasi antara pedih dan nikmat yang luar biasa di selangkangannya kini semakin menjadi-jadi.<br /><br />Aku semakin bersemangat menggenjotkan kejantananku dalam hangatnya cengkeraman pangkal paha Ningsih, membuat gadis itu terpekik-pekik nikmat dengan tubuh terdorong menyentak ke atas tiap kali kemaluannya disodok keras.<br />"Hih! Rasain! Rasain! Nih! Nih! Nihh..!" aku semakin geram merasakan kemaluan Ningsih yang begitu sempit dan dangkal seperti mencucup-cucup kejantananku.<br />"Ahh..! Ampuu..uun.. ampun.. Ndoro! Aduh.. sakiit.. ampuu.. un..!"<br /><br />Begitu merasakan kenikmatan mulai memuncak, dengan gemas kuremas kedua payudara Ningsih yang kemerah-merahan berkilat bersimbah keringat dan cairan putih dari putingnya, menumpukan seluruh berat tubuhku pada tubuh gadis itu dengan kedua paha gadis itu terjepit di antara tubuh kami, membuat tubuh Ningsih melesak dalam empuknya ranjang.<br /><br />Pekikan tertahan gadis itu, gelinjangan tubuhnya yang padat telanjang dan 'peret'-nya kemaluannya yang masih perawan membuatku semakin hebat menggeluti gadis itu.<br />"Aduh! Aduu.. uuhh.. sakit Ndoro! Aaah.. aamm.. aammpuun.. ampuu.. uun Ndoro.. Ningsih.. pipii.. iis! Aaamm.. puun..!"<br />Dan akhirnya kuhujamkan kejantananku sedalam-dalamnya memenuhi kemaluan Ningsih, membuat tubuh telanjang gadis itu terlonjak dalam tindihanku, namun tertahan oleh cengkeraman tanganku pada kedua buah dada Ningsih yang halus mulus.<br /><br />Tanpa dapat kutahan, kusemburkan sperma dalam cucupan kemaluan Ningsih yang hangat menggiurkan sambil dengan sekuat tenaga meremas-remas kedua buah dada gadis itu, membuat Ningsih tergerinjal antara sakit dan nikmat.<br />"Ahk! Auh..! Aaa.. aauuhh! Oh.. ampuu..uun Ndoro! Terus Ndoro..! Ampuun! Amm.. mmh..!Aaa.. aakh..!"<br /><br />Dengan puas aku menjatuhkan tubuh di sisi tubuh Ningsih yang sintal, membuat gadis itu turut terguling ke samping, namun kemudian gadis itu memeluk tubuhku. Sambil terisak-isak bahagia, Ningsih memeluk tubuhku dan mengelus-elus punggungku.<br /><br />Sambil mengatur nafas, aku berpikir untuk menaikkan gaji Ningsih beberapa kali lipat, agar gadis itu betah bekerja di sini, dan dapat melayaniku setiap saat. Dengan tubuh yang masih gemetar dan lemas, Ningsih perlahan turun dari ranjang dan mulai melompat-lompat di samping ranjang.<br />Keheranan aku bertanya, "Ngapain kamu, Nduk..?"<br />"Katanya.. biar nggak hamil harus lompat.. lompat, Ndoro.." jawab gadis itu polos.<br />Aku tertawa terbahak-bahak mendengarnya, melihat cairan kental meleleh dari pangkal paha gadis itu yang mulus tanpa sehelai rambut pun.Sayanhttp://www.blogger.com/profile/05848885852258227008noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8758859776697967104.post-49617620515354372782009-10-14T19:56:00.000+07:002009-10-14T19:58:03.739+07:00Pengganti Istri 01<a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">Cerita Dewasa</a> ini adalah dramatisasi dari kisah nyata, dan merupakan satu dari beberapa cerita lepas dengan tokoh utama yang sama. Antara satu dan lainnya tidak harus dibaca berurutan. Ini cerita yang pertama.<br /><br />Sebut saja namaku Paul. Aku bekerja di sebuah instansi pemerintahan di kota S, selain juga memiliki sebuah usaha wiraswasta. Sebetulnya aku sudah menikah, bahkan rasanya istriku tahu akan hobiku mencari daun-daun muda untuk "<a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">obat awet muda</a>". Dan memang pekerjaanku menunjang untuk itu, baik dari segi koneksi maupun dari segi finansial. Namun semenjak istriku tahu aku memiliki banyak sekali simpanan, suatu hari ia meninggalkanku tanpa pamit. Biarlah, malah aku bisa lebih bebas menyalurkan hasrat.<br /><br /><a name='more'></a><br />Karena pembantu yang lama keluar untuk kawin di desanya, aku terpaksa mencari penggantinya di agen. Bukan saja karena berbagai pekerjaan rumah terbengkalai, juga rasanya kehilangan "obat stress". Salah seorang calon yang menarik perhatianku bernama Ningsih, baru berusia (hampir) 16 tahun, berwajah cukup manis, dengan lesung pipit. Matanya sedikit sayu dan bibirnya kecil seksi. Seandainya kulitnya tidak sawo matang (meskipun bersih dan mulus juga), dia sudah mirip-mirip artis sinetron. Meskipun mungil, bodinya padat, dan yang terpenting, dari sikapnya aku yakin pengalaman gadis itu tidak sepolos wajahnya. Tanpa banyak tanya, langsung dia kuterima.<br /><br />Dan setelah beberapa hari, terbukti Ningsih memang cukup cekatan mengurus rumah. Namun beberapa kali pula aku memergokinya sedang sibuk di dapur dengan mengenakan kaos ketat dan rok yang sangat mini. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, aku mendekat dari belakang dan kucubit paha gadis itu. Ningsih terpekik kaget, namun setelah sadar majikannya yang berdiri di belakangnya, ia hanya merengut manja.<br /><br />Sore ini sepulang kerja aku kembali dibuat melotot disuguhi pemandangan yang 'menegangkan' saat Ningsih yang hanya berdaster tipis menungging sedang mengepel lantai, pantatnya yang montok bergoyang kiri-kanan. Tampak garis celana dalamnya membayang di balik dasternya. Tidak tahan membiarkan pantat seseksi itu, kutepuk pantat Ningsih keras-keras.<br /><br />"Ngepel atau nyanyi dangdut sih? Goyangnya kok merangsang sekali!"<br />Ningsih terkikik geli mendengar komentarku, dan kembali meneruskan pekerjaannya. Dengan sengaja pantatnya malah digoyang semakin keras.<br /><br />Geli melihat tingkah Ningsih, kupegang pantat gadis itu kuat-kuat untuk menahan goyangannya. Saat Ningsih tertawa cekikikan, jempolku sengaja mengelus selangkangan gadis itu, menghentikan tawanya. Karena diam saja, perlahan kuelus paha Ningsih ke atas, menyingkapkan ujung dasternya."Eh.. Ndoro.. jangan..!" cegah Ningsih lirih.<br />"Nggak pa-pa, nggak usah takut, Nduk..!"<br />"Jangan, Ndoro.. malu.. jangan sekarang..!"<br />Dengan tergesa Ningsih bangkit membereskan ember dan kain pel, lalu bergegas menuju ke dapur.<br /><br />Malam harinya lewat intercom aku memanggil Ningsih untuk memijat punggungku yang pegal. Seharian penuh bersidang memang membutuhkan stamina yang prima. Agar tenagaku pulih untuk keperluan besok, tidak ada salahnya memberi pengalaman pada orang baru.<br /><br />Gadis itu muncul masih dengan daster merah tipisnya sambil membawa minyak gosok. Ningsih duduk di atas ranjang di sebelah tubuhku.<br />Sementara jemari lentik Ningsih memijati punggung, kutanya, "Nduk, kamu sudah punya pacar belum..?"<br />"Disini belum Ndoro.." jawab gadis itu.<br />"Disini belum..? Berarti di luar sini sudah..?"<br />Sambil tertawa malu-malu gadis itu menjawab lagi, "Dulu di desa saya pernah, tapi sudah saya putus."<br />"Lho, kenapa..?"<br />"Habis mau enaknya saja dia."<br />"Mau enaknya saja gimana..?" kejarku.<br />"Eh.. itu, ya.. maunya ngajak gituan terus, tapi kalau diajak kawin nggak mau."<br /><br />Aku membalikkan badan agar dadaku juga turut dipijat.<br />"Gituan gimana? Memangnya kamu nggak suka..?"<br />Wajah Ningsih memerah, "Ya.. itu.. ngajak kelonan.. tidur telanjang bareng.."<br />"Kamu mau aja..?"<br />"Ih, enggak! Kalau cuma disuruh ngemut burungnya saja sih nggak pa-pa. Mau sampai selesai juga boleh. Tapi yang lain Ningsih nggak mau..!"<br />Aku tertawa, "Lha apa nggak belepotan..?"<br />"Ah, enggak. Yang penting Ningsih juga puas tapi tetep perawan."<br /><br />Aku semakin terbahak, "Kalau kamu juga puas, terus kenapa diputus..?"<br />"Abis lama-lama Ningsih kesel! Ningsih kalau diajak macem-macem mau, tapi dia diajak kawin malah main mata sama cewek lain! Untung Ningsih cuma kasih emut aja, jadi sampai sekarang Ningsih masih perawan."<br />"Main emut terus gitu apa kamu nggak pengin nyoba yang beneran..?" godaku.<br />Wajah Ningsih kembali memerah, "Eh.. katanya sakit ya Ndoro..? Terus bisa hamil..?"<br /><br />Kini Ningsih berlutut mengangkangi tubuhku sambil menggosokkan minyak ke perutku. Saat gadis itu sedikit membungkuk, dari balik dasternya yang longgar tampak belahan buah dadanya yang montok alami tanpa penopang apapun.<br />Sambil tanganku mengelus-elus kedua paha Ningsih yang terkangkang, aku menggoda, "Kalau sama Ndoro, Ningsih ngasih yang beneran atau cuma diemut..?"<br />Pipi Ningsih kini merah padam, "Mmm.. memangnya Ndoro mau sama Ningsih? Ningsih kan cuma pembantu? Cuma pelayan?"<br />"Nah ini namanya juga melayani. Iya nggak?"<br />Ningsih hanya tersenyum malu.<br /><br />"Aaah! Itu kan cuma jabatan. Yang penting kan orangnya..!"<br />"Ehm.., kalau hamil gimana..?"<br />"Jangan takut Nduk, kalau cuma sekali nggak bakalan hamil. Nanti Ndoro yang tanggung jawab.."<br />Meskipun sedikit ragu dan malu, Ningsih menuruti dan menanggalkan dasternya.<br /><br />Sambil meletakkan pantatnya di atas pahaku, gadis itu dengan tersipu menyilangkan tangannya untuk menutupi kemontokan kedua payudaranya. Untuk beberapa saat aku memuaskan mata memandangi tubuh montok yang nyaris telanjang, sementara Ningsih dengan jengah membuang wajah. Dengan tidak sabaran kutarik pinggang Ningsih yang meliuk mulus agar ia berbaring di sisiku.<br /><br />Seumur hidup mungkin baru sekali ini Ningsih merasakan berbaring di atas kasur seempuk ini. Langsung saja kusergap gadis itu, kuciumi bibirnya yang tersenyum malu, pipinya yang lesung pipit, menggerayangi sekujur tubuhnya dan meremas-remas kedua payudaranya yang kenyal menggiurkan. Puting susunya yang kemerahan terasa keras mengacung. Kedua payudara gadis itu tidak terlalu besar, namun montok pas segenggaman tangan. Dan kedua bukit itu berdiri tegak menantang, tidak menggantung. Gadis desa ini memang sedang ranum-ranumnya, siap untuk dipetik dan dinikmati.<br /><br />"Mmmhh.. Oh! Ahh! Oh.. Ndoroo.. eh.. mm.. burungnya.. mau Ningsih emut dulu nggak..?" tanya gadis itu diantara nafasnya yang terengah-engah.<br />"Lepas dulu celana dalam kamu Nduk, baru kamu boleh emut."<br />Tersipu Ningsih bangkit, lalu memelorotkan celana dalamnya hingga kini gadis itu telanjang bulat. Perlahan Ningsih berlutut di sisiku, meraih kejantananku dan mendekatkan wajahnya ke selangkanganku. Sambil menyibakkan rambutnya, gadis itu sedikit terbelalak melihat besarnya kejantananku. Mungkin ia membayangkan bagaimana benda berotot sebesar itu dapat masuk di tubuhnya.<br /><br />Aku segera merasakan sensasi yang luar biasa ketika Ningsih mulai mengulum kejantananku, memainkan lidahnya dan menghisap dengan mulut mungilnya sampai pipinya 'kempot'. Gadis ini ternyata pintar membuat kejantananku cepat gagah.<br />"Ehm.. srrp.. mm.. crup! Ahmm.. mm.. mmh..! Nggolo (ndoro)..! Hangang keyas-keyas(jangan keras-keras)..! Srrp..!"<br />Gadis itu tergeliat dan memprotes ketika aku meraih payudaranya yang montok dan meremasinya. Namun aku tak perduli, bahkan tangan kananku kini mengelus belahan pantat Ningsih yang bulat penuh, terus turun sampai ke bibir kemaluannya yang masih jarang-jarang rambutnya. Maklum, masih perawan.<br /><br />Gadis itu tergelinjang tanpa berani bersuara ketika jemariku menyibakkan bibir kemaluannya dan menelusup dalam kemaluannya yang masih perawan. Merasa kejantananku sudah cukup gagah, kusuruh Ningsih mengambil pisau cukur di atas meja, lalu kembali ke atas ranjang. Tersipu-sipu gadis perawan itu mengambil bantal berusaha untuk menutupi ketelanjangannya.<br /><br />Malu-malu gadis itu menuruti perintah majikannya berbaring telentang menekuk lutut dan merenggangkan pahanya, mempertontonkan rambut kemaluannya yang hanya sedikit. Tanpa menggunakan foam, langsung kucukur habis rambut di selangkangan gadis itu, membuat Ningsih tergelinjang karena perih tanpa berani menolak. Kini bibir kemaluan Ningsih mulus kemerah-merahan seperti kemaluan seorang gadis yang belum cukup umur, namun dengan payudara yang kencang.<br /><br />Dengan sigap aku menindih tubuh montok menggiurkan yang telanjang bulat tanpa sehelai benang pun itu. Tersipu-sipu Ningsih membuang wajah dan menutupi payudaranya dengan telapak tangan. Namun segera kutarik kedua tangan Ningsih ke atas kepalanya, lalu menyibakkan paha gadis itu yang sudah mengangkang. Pasrah Ningsih memejamkan mata menantikan saatnya mempersembahkan keperawanannya.<br /><br />Gadis itu menahan nafas dan menggigit bibir saat jemariku mempermainkan bibir kemaluannya yang basah terangsang. Perlahan kedua paha mulus Ningsih terkangkang semakin lebar. Aku menyapukan ujung kejantananku pada bibir kemaluan gadis itu, membuat nafasnya semakin memburu. Perlahan tapi pasti, kejantananku menerobos masuk ke dalam kehangatan tubuh perawan Ningsih. Ketika selaput dara gadis manis itu sedikit menghalangi, dengan perkasa kudorong terus, sampai ujung kejantananku menyodok dasar <a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">liang kemaluan</a> Ningsih. Ternyata kemaluan gadis ini kecil dan sangat dangkal. Kejantananku hanya dapat masuk seluruhnya dalam kehangatan keperawanannya bila didorong cukup kuat sampai menekan dasar kemaluannya. Itu pun segera terdesak keluar lagi.<br /><br />Ningsih terpekik sambil tergeliat merasakan pedih menyengat di selangkangannya saat kurenggutkan keperawanan yang selama ini telah dijaganya baik-baik. Tapi gadis itu hanya berani meremas-remas bantal di kepalanya sambil menggigit bibir menahan sakit. Air mata gadis itu tak terasa menitik dari sudut mata, mengaburkan pandangannya. Ningsih merintih kesakitan ketika aku mulai bergerak menikmati kehangatan kemaluannya yang serasa 'megap-megap' dijejali benda sebesar itu. Namun rasa sakit dan pedih di selangkangannya perlahan tertutup oleh sensasi geli-geli nikmat yang luar biasa.Sayanhttp://www.blogger.com/profile/05848885852258227008noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8758859776697967104.post-2825600311755406872009-10-14T19:55:00.000+07:002009-10-14T19:56:55.696+07:00Percobaan PertamakuKetika itu, aku masih sangat muda, kira-kira 11 tahun-an, panggil saja aku Banon. Ketika itu aku masih kelas 5 SD namun aku mempunyai gairah sex yang tinggi, entah kenapa, entah dari mana datangnya. Pada hari liburan biasanya aku menginap di rumah tanteku, panggil saja namanya Ibu Deden. Dia mempunyai seorang anak perempuan yang cukup cantik, langsing, dan putih! Panggil saja Rita.<br /><a name='more'></a><br />*****<br /><br />Ketika itu, di rumah tanteku sedang tidak ada seorangpun, karena aku sudah ditugaskan untuk menjaga rumahnya. Aku mulai menjaga sekitar pukul 9 pagi. Ketika itu aku masih belum mengenal sex. Namun aku telah dikhitan (disunat), sehingga aku biasa memainkan penisku itu karena bentuknya, juga aku sering menggesek-gesekkan pada sesuatu, misalnya tembok (karena aku belum tahu bahwa hal itu dapat merusak dan aku belum tahu masturbasi).<br /><br />Pada pukul 12 siang. Terdengar suara bel dari luar, ternyata anak Tanteku sudah pulang, si Rita.<br /><br />"Bukain dong pintunya!!" dia berteriak serentak akupun berlari menuju arah pintu itu dan membukakan kunci pintu tersebut.<br />"Awas awas! mau kencing!".<br /><br />Ketika itu Rita masih berusia 10 tahun, masih muda bukan? Rita buru buru masuk karena mungkin kebelet ingin ke toilet. Namun ketika sampai di depan toilet, yah.. air kencingnya sudah tidak tertahan lagi sudah membasahi rok dan celana dalamnya.<br /><br />"Aduh, makanya ati ati dong! Sabar kek!" kataku. Dia hanya diam.<br />"Gimana dong, Non?" tanyanya.<br />Aku bilang, "Tenang aja".<br /><br />Kudekati dia dan melepaskan roknya dan kusuruh dia melepaskan celana dalamnya karena basah terkena air kencing.<br /><br />"Bersihin dulu 'memem' nya" katanya.<br /><br />Diapun membersihkannya dengan air dan mengusap dari arah dubur ke arah vagina, lalu kuhentikan dia.<br /><br />"Salah! Rita, itu salah!", kataku.<br />"Memangnya kenapa?" tanyanya.<br />"Itu bisa membawa kuman dari dubur ke 'memem' jadi nanti memem nya kotor" kataku, maklum waktu itu aku pernah membaca buku milik ibunya yang berisi cara membersihkan diri.<br />"Jadi gimana?" tanyanya.<br />"Begini nih. Mau sama Banon atau ama kamu aja?" tanyaku.<br />"Contohin dulu" jawabnya.<br /><br />Lalu aku jongkok di belakangnya dan mengambil segayung air oleh tangan kananku dan tangan kiri ku menyentuh kewanitaannya.<br /><br />"Gini nih" seruku sembari membasuhkan air dan menarik tangan kiriku dari vaginanya menuju duburnya, kulakukan itu 4-5 kali. Lalu ia bangun dan mengeringkannya dengan handuk dan pergi berganti baju.<br /><br />Mungkin ketika aku cebok kemaluannya, mungkin ia merasa sesuatu, soalnya ketika aku memegang vaginanya ia terdiam dan tidak bergerak sedikitpun. Lalu Rita keluar dari kamar dengan keadaan sudah berganti baju mengenakan rok pendek dan baju sederhana. Lalu ia pun menghampiriku.<br /><br />"Non, kalau yang barusan nggak apa apa kan? Nggak ada penyakitnya kan?" tanyanya polos.<br />"Nggak tahu lah"<br />"Mau diperiksa?" tanyaku.<br />"Nggak ah" jawabnya.<br /><br />Ketika itu suasana begitu boring, "Banon, males mainnya ini ini terus, main yang lain yuk!" tanyanya.<br />"Main apaan?" jawabku.<br />"Maen dokter dokteran yuk!" katanya.<br /><br />Akhirnya akupun menyetujuinya. Ketika itu ada sejenis lampu belajar, namun mempunyai efek apalah namanya, kayak bio energy Lantern (bukan iklan, hanya memperjelas). Saya berpura pura menjadi dokternya dan dia menjadi pasiennya. Ketika itu aku memakai alat itu yang sejenis Bio Energy Lantern. Kusuruh dia berbaring, lalu aku sinari dia dari atas hingga bawah.<br /><br />"Tidak ada masalah kataku", lalu kusuruh dia berbalik (tengkurap), lalu aku mulai menyinarinya lagi (kayak ngescan gitu lah), lalu aku hentikan dibagian pantatnya.<br />"Wah!ada masalah!" seruku.<br />"Apaan, Dok?" tanyanya.<br />"Kayaknya penyakit barusan ini" jawabku.<br />"Coba deh Dokter periksa dulu, sembuhin Dok!"jawabnya.<br /><br />Lalu aku menyuruh dia berbaring lagi dan aku memakaikan selimut hingga lehernya.<br /><br />"Kita harus operasi" kataku dan dia hanya mengangguk tanda setuju.<br /><br />Lalu aku mulai mempermainkan peranku. Kubuka lebar selangkangannya dan kuangkat sedikit lututnya. Lalu aku mulai memainkan jariku di mulut vaginanya, aku menyentuh bagian seperti biji kecil di bagian atas vaginanya (mungkin ini clitorisnya). Lalu aku mempermainkan biji itu untuk sesaat, aku tekan, usap, pencet, di puter, tampaknya ia kegelian karena hal itu, sehingga selimut yang menutupinya terbuka dan jatuh disisi tempat tidur, sehingga ia dapat melihat aku yang sedang bekerja ini, namun ia tidak melarangnya, bahkan sepertinya ia ingin lagi, karena ia menggerak-gerakkan pinggulnya, sehingga jariku yang asalnya berada di clitorisnya terpeleset dan jatuh ke dalam lubangnya. Namun hal itu berhasil kucegah, sehingga jariku tidak masuk ke dalam lubang vaginanya.<br /><br />"Kenapa Dok?" tanyanya.<br />"Ah, enggak, ini sakitnya dari dalam kayaknya" kataku.<br />"Ya sudah Dok, lanjutin" katanya.<br /><br />Tanpa ragu ragu aku memulai kembali tugasku, aku memainkan bibir vaginanya yang masih muda, masih segar, masih perawan, dan sudah terbawa nafsu, karena kulihat bibirnya merekah dan terlihat seperti basah-basah. Lalu aku masukin jari telunjukku itu ke dalam lubangnya secara perlahan-lahan, soalnya waktu itu aku masih takut kalau terjadi apa-apa padanya, bisa bisa saya dipecat dari rumah saya. Saat kumasukan jariku, kulihat ia menikmati penetrasi jariku, namun mungkin karena kurang basah, aku tanpa sengaja menyentuh selaput daranya, dengan seketika ia menutup selangkangannya.<br /><br />"Aduh! sakit! jangan kedaleman!" katanya, aku bertanya dan meminta maaf.<br /><br />Lalu aku terus melakukan gerakan masuk dan keluar jariku dari vaginanya, dan ia menggelinjang kecil seperti keenakan. Setelah itu dia tergeletak lemas dengan keadaan masih merasakan kenikmatan yang kuberikan ini. Mungkin dia <a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">orgasme</a>. Ketika hendak kucabut jariku itu, dengan cepat tangannya menarik kembali tanganku menuju vaginanya, tampaknya ia ketagihan dan masih bertenaga. Lalu kumulai kembali tugasku, dengan awalan yang baik, dan lebih dalam dari pada sebelumnya, tetapi tidak hingga mengenai selaput daranya, karena aku ingin ia tetap perawan.<br /><br />Setelah kurang lebih 5 menit kulakukan gerakan itu, tampaknya ia telah orgasme lagi. Saat kucabut jariku, terlihat basah dan ada semacam bau yang masih kurang jelas baunya (mungkin ketika itu dia masih kecil).<br /><br />Terdengar suara klakson mobil, dengan segera aku melap jariku dan membangunkannya dengan cara menusuk vaginanya hingga mengenai selaput daranya, namun tidak hingga robek.<br /><br />"Aduh!Sakit tahu! Kamu ini jail amat!" hentaknnya.<br />"Itu ortu kamu sudah pulang! Jangan tidur terus! Ntar disangka sudah ngapa-ngapain lagih nih!" perintahku.<br /><br />Ia pun menurut dan jalan terhuyung-huyung, mungkin karena lemas karena orgasme. Kami berduapun menyambut kedatangan ortunya Rita. Sesudah itu, Rita tidak pernah bercerita kepada siapapun, bahkan kepada kedua orang tuanya.<br /><br />Sesudah kejadian itupun, kami masih sering melakukan hal serupa, karena aku tidak berani memasukan penisku ke vaginanya. Jika permainan itu ingin di mulai, biasanya dia yang meminta, atau pun kadang saya yang memintanya, dan dia biasanya hanya menikmati apa yang dirasakannya. Bahkan waktu itu aku puas memainkan vagina cewek, soalnya dia hanya terbaring terdiam dan membiarkan aku bekerja sepuasnya.<br /><br />Malah pernah kumasukkan benda yang kecil, dan kuambil kembali keluar. Juga pernah di rumah yang masih akan dijual, karena tidak ada siapapun disana, dia mengajakku kesana dan akupun mengikutinya dan memulai acara kami berdua. Seperti biasa aku hanya memainkan jari-jariku di vaginanya, dan mencegah nafsuku membobol vaginanya, karena dia masih perawan. Ketika itu aku masih belum mengetahui tentang menjilat kemaluan cewek, makanya tidak kulakukan hal itu. Dia cukup puas dengan pelayananku selama ini, walaupun aku masih mencari pengalaman.<br /><br />Pernah aku melakukannya di sofa miliknya. Dia berbaring disudut sofa dan aku sudah mengetahui tentang menjilati vagina, dan setelah kupikir-pikir, sebaiknya melakukan hal itu di kamar mandi agar tidak becek ke mana-mana dan mudah membersihkan diri.<br />Kuajak dia ke kamar mandi, lalu kusuruh dia untuk duduk di kloset. Lalu aku buka celana dan bajunya sehingga dia berada dalam keadaan telanjang bulat. Ketika melihat hal itu untuk pertama kalinya, penisku berereksi dan menonjol di celana pendekku.<br /><br />Dia hanya bertanya, "Abis ini ngapain Banon?" tanyanya<br />"Tenang aja, biar saya kerja!" kataku.<br /><br />Lalu aku berlutut di depannya dan mukaku berada persis di vaginanya. Lalu aku mulai menjilati vaginanya tanpa merasa jijik sedikitpun. Dia pun tampaknya menikmati hal tersebut, lalu aku mulai menjilati terus hingga bibir vaginanya merekah dan aku dapat melihat klitorisnya membesar, walaupun tidak begitu besar, akupun menjilati dan memainkan klitorisnya itu dengan mulutku.<br /><br />Mengigit gigit kecil <a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">klitoris</a>nya, mengulumnya dan menyodok lubangnya dengan lidahku. Kadang dia menggelinjang kenikmatan dan hingga akhirnya dia lemas beberapa kali, mungkin sekitar 4 kali, mungkin karena pengaruh psikis.<br /><br />*****<br /><br />Semua hal di atas bisa ada kemiripan nama, tokoh, dan lain-lainnya, saya mohon maaf sebesar-besarnya, karena saya tidak bermaksud menyinggung perasaan pembaca dan yang lainnya. Bila pembaca mengganggap ini cerita serius silakan, dan apabila pembaca menanggap bahwa cerita ini hanyalah fiksi saya semata, silahkan, saya menerima saran dan kritikan di email saya.Sayanhttp://www.blogger.com/profile/05848885852258227008noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8758859776697967104.post-87487905614720587752009-10-14T19:54:00.000+07:002009-10-14T19:55:28.107+07:00Petualangan Berlibur ke Desa<a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">Cerita ini</a> adalah pengalaman dari seorang teman dekatku yang terjadi sekitar 5 bulan yang lalu. Aku sedikit bingung menulis cerita ini karena biasanya aku menceritakan pengalamanku, tapi kali ini aku harus menceritakan pengalaman temanku. Oke, tanpa banyak bicara lagi, kumulai cerita yang kuberi judul "Petualangan Berlibur Ke Desa".<br /><br />Lima bulan yang lalu, Jeff temanku mengajakku sedikit refreshing ke sebuah desa yang kebetulan adalah tempat Jeff bermain waktu kecil. Ayah Jeff seorang pengusaha kaya yang sedikit memperhatikan soal alam bebas, karenanya dia membeli ribuan hektar tanah yang kemudian dijadikannya hutan karet. Bisnis sambil memelihara alam liar, katanya.<br /><a name='more'></a><br />Jeff biasa berlibur ke hutan karet ayahnya dan dia biasa menginap di sebuah rumah yang terlihat begitu mewah kalau dibandingkan rumah-rumah penduduk di sekitarnya. Meski terkesan ada sedikit kesenjangan, tapi penduduk desa itu sama sekali tidak menaruh kebencian atau iri hati pada keluarga Jeff karena keluarga itu cukup dermawan, bahkan ayah Jeff hanya mengambil keuntungan 25% dari hasil hutan karetnya, dan sisanya dibagikan pada penduduk yang ikut mengusahakan hutan karet itu.<br /><br />Oke, cukup perkenalannya. Aku sendiri menyesal karena tidak bisa ikut dengan Jeff karena ada sedikit keperluan dengan keluargaku. Tapi aku berjanji akan menyusul kalau ada waktu. Jeff sedikit kecewa tapi dia tetap pergi ke desa itu, sebut saja Desa Sukasari.<br /><br />Hari-hari pertama dilalui Jeff dengan bermalas-malasan di rumahnya sambil menikmati udara segar pedesaan yang sangat jarang ditemuinya di Bandung. Baru pada hari kelima Jeff keluar dari rumah, diantar oleh seorang bujangnya Jeff berjalan-jalan melihat-lihat sekeliling desa itu. Dia berhenti ketika dilihatnya seorang gadis, mungkin beberapa tahun lebih muda darinya sedang menyapu di pekarangannya.<br /><br />Rambutnya yang hitam terurai menutupi punggungnya. Kulitnya yang hitam manis mengkilat karena keringat yang tertimpa sinar mentari. Jeff tertegun, baru kali ini dilihatnya gadis desa yang begitu cantik. Bujangnya tahu kalau Jeff memperhatikan gadis itu, karena itu dia mengatakan kalau gadis itu adalah anak salah seorang pekerja ayahnya. Umurnya sekitar 14 tahun, dan kini ayahnya sudah tiada. Dia tinggal dengan ibunya dan sering membantu mencari nafkah dengan mencucikan pakaian orang-orang desa yang lebih mampu.<br /><br />Jeff merasa iba, tapi rasa ibanya langsung hilang berganti rasa tertarik ketika dipikirnya kalau gadis itu pasti memerlukan uang untuk biaya hidupnya. Kemudian berubah lagi perasaannya menjadi keinginan untuk mendekatinya ketika dilihatnya kalau gadis itu cukup cantik dan manis. Tapi rasa ingin mendekati itu berubah seketika ketika dilihatnya dada gadis itu yang agak terlalu besar untuk anak seusianya.<br /><br />Segera saja setan bersarang di kepala Jeff. Dia mengeluarkan dompetnya, mengambil selembar uang bergambar Pak Harto dan menyuruh bujangnya memberikan uang itu pada gadis itu untuk mencuci bajunya. Bujangnya tidak menaruh curiga, dia segera memberikan uang itu pada gadis itu, dan tidak lama kemudian gadis itu mengikutinya mendekati Jeff. Jeff menyuruh bujangnya pulang, sedangkan dia melanjutkan jalannya bersama gadis itu. Ditengoknya arloji di tangannya, baru pukul 4:00 sore, karena itu Jeff mengulur waktu. Setidaknya pukul 5:00 sore akan dilaksanakan rencananya.<br /><br />Dia bertanya dimana sungai yang airnya bening dan bisa dipakai mandi. Gadis itu mengantarkan Jeff ke sana. Cukup jauh juga, dan setiba di sana Jeff melepas semua pakaiannya dan langsung masuk ke sungai itu. Dia meminta gadis itu mencuci pakaiannya, dan gadis itu menurut walaupun agak malu-malu karena melihat Jeff berenang telanjang. Jeff sendiri sudah sedikit sinting, entah setan apa yang merasuki kepalanya, yang jelas ketika dilihatnya arlojinya menunjukkan pukul 5:00 sore, langsung dijalankan rencananya. Jeff keluar dari air, mendekati gadis yang sedang membersihkan pakaiannya dan berjongkok di sampingnya. Batang kemaluan di sela pangkal kaki Jeff sudah bangun dari tidurnya, dan tanpa tembakan peringatan Jeff langsung saja merangkul gadis itu sambil berusaha mencium leher gadis itu (sebut saja namanya Sali).<br /><br />Gadis itu segera berontak karena terkejut, tapi dekapan Jeff lebih kencang dari tenaganya. Jeff berhasil mencium leher gadis itu tapi begitu Jeff berusaha lebih gila lagi gadis itu mengancam akan berteriak. Jeff takut juga dia digebuki penduduk desa itu, karena itu segera ditutupnya mulut gadis itu, dan dia berbisik, "Jangan teriak, kalau kau mau melayaniku kuberi lebihdari sekedar lima puluh ribu, mungkin akan kuberi seratus ribu lagi, bagaimana?"<br /><br />Gadis itu masih diam, tapi begitu Jeff mengeluarkan dua lembar uang Rp. 50.000-an yang sedikit basah karena air sungai dan mengipas-ngipaskan di depan muka Sali, akhirnya dia mengangguk. Kapan lagi dia bisa mendapat uang Rp 150.000,- dalam sehari, begitu pikirnya. Jeff tersenyum senang sambil melepaskan tangannya dari mulut gadis itu. Tapi ketika dia berusaha memegang dada Sali, gadis itu berbisik, "Jangan di sini, takut ketahuan orang lain."<br /><br />Jeff setuju kata-kata gadis itu, karena itu diajaknya gadis itu ke hutan karet milik ayahnya. Jeff tahu persis kalau sore-sore begini tidak mungkin ada orang di sana. Singkat cerita, mereka sampai di sana, dan tanpa tunggu lama lagi Jeff segera membuka bajunya yang basah, juga celananya. Dibentangkannya baju dan celananya di tanah, dan diciumnya Sali sekali lagi. Kali ini dia tidak berontak. Jeff dengan mudah menyingkirkan pakaian gadis itu, dan terlihat kedua gunung kembarnya yang tidak begitu besar tapi lumayan juga untuk ukuran gadis 14 tahun. Jeff meremas keduanya sekaligus sambil terus melumat bibir gadis itu.<br /><br />Sekitar 2 menit kemudian Jeff berbisik, "Aku nggak butuh patung, layani aku. Jangan cuma diam gitu aja!" Jeff lalu mendorong kepala Sali ke bawah, dan menyuruhnya sedikit bermain dengan kejantanannya yang sudah hampir mencapai ukuran maksimal. Gadis itu bingung, maklum di desa mana ada film "bokep". Jeff menyuruh Sali menjilat "jamur ungu"-nya. Sali sedikit ragu-ragu, tapi akhirnya dilakukannya juga.<br /><br />Ternyata Sali cepat belajar, beberapa menit kemudian Jeff sudah dibuatnya keenakan dengan permainannya di selangkaan kakinya. Terpedo itu sudah mencapai ukuran maksimal, dan Sali masih terus bermain dengan benda itu, mungkin asyik juga dia bermain dengan benda itu. Mulai dari mencium, menjilat dan akhirnya mengulumnya sambil menggerakkan kepalanya maju-mundur dan sesekali menghisap benda itu.<br /><br />Jeff cukup puas dengan permainan itu, dan ketika dilihatnya langit mulai gelap, disuruhnya Sali duduk. Jeff meregangkan kaki gadis itu, terlihat bulu-bulu halus yang masih sangat jarang di sela-sela pahanya. Jeff menggunakan lidahnya untuk membasahi vagina Sali. Sali bergoyang-goyang kegelian, tapi kelihatannya dia menimati permainan itu. Sekarang Jeff menggunakan jarinya untuk menggosok <a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">klitoris</a> Sali yang masih kecil. Sali semakin liar bergoyang-goyang menahan nikmat. Desahan mulai keluar dari mulutnya dan vaginanya basah karena lendir yang bercampur ludah Jeff.<br /><br />Tidak lama kemudian Sali mendesah panjang, dan tubuhnya bergetar hebat. Lendir mengalir dari vaginanya yang merah segar. Jeff tahu Sali sudah mencapai puncak, dan inilah kesempatannya untuk menusukkan terpedonya ke kemaluan Sali. Dibukanya lebih lebar paha Sali, dan diarahkannyakepala kejantanannya ke vagina Sali. Sali sendiri masih memejamkan mata menikmati sisa-sisa orgasmenya. Tapi tiba-tiba dia menjerit tertahan ketika Jeff memaksa terpedonya masuk ke lubang yang sempit itu. Sali kembali menjerit ketika kejantanan Jeff semakin memaksa melesak masuk ke dalam. Jeff berusaha keras menembus pertahanan vagina Sali, tapi baru setengah dari barangnya yang masuk ke dalam.<br /><br />Jeff meremas dada Sali sambil menciumnya. Dia berusaha membuat otot kemaluan Sali sedikit mengendur, dan ketika dirasakannya mulai mengendur, disodoknya sekuat tenaga kejantanannya ke dalam kemaluan Sali. Kali ini Sali menjerit cukup keras, dan terlihat air mata keluar dari balik kelopak matanya yang tertutup menahan nyeri. Jeff tidak peduli, sekarang sudah seluruhkejantanannya masuk, dan mulai digoyangkannya maju-mundur diiringi jeritan-jeritan kecil Sali. Vagina Sali sangat sempir, karena itu belum lama Jeff bermain sudah hampir keluar maninya. Jeff mempercepat gerakannya, dan Sali semakin kuat menjerit. Tentu saja vagina Sali yang masih 14 tahun itu terlalu kecil untuk kejantanan Jeff yang lumayan besar.<br /><br />Belum selesai Jeff bermain, suara Sali tidak terdengar lagi, dia pingsan karena tidak kuat menahan nyeri. Jeff sendiri mengetahuinya, tapi dia tidak mau menghentikan permainannya, dikocoknya terus kemaluan Sali yang sedikit memar, dan akhirnya Jeff mendesah dalam sambil merapatkan tubuhnya ke tubuh mungil Sali. Setelah itu Jeff sempat mengocok vagina Sali lagi, dan ketika hampir mencapai puncak kedua kalinya Sali bangun dari pingsannya. Dia langsungmenjerit-jerit dan beberapa saat kemudian mereka mencapai puncak hampir bersamaan. Jeff terlihat puas dan lelah, dan ketika dicabutnya kejantanannya dari vagina Sali, terlihat maninya keluar lagi dari kemaluan Sali. Kental berwarna putih kekuningan yang bercampur darah keperawanan Sali.<br /><br />Jeff mengajak Sali membersihkan diri, dan ketika selesai diberikannya dua lembar uang Rp. 50.000-an pada Sali. Sali sangat berterima kasih, dan Jeff berpesan agar jangan sampai hal itu diketahui orang lain. Sali mengangguk, tapi Jeff segera menegur Sali ketika diperhatikannya jalannya sedikit menegang menahan perih di kemaluannya. Sali berusaha berjalan normal walaupun dirasakannya sakit di sela pahanya. Dia juga takut kalu orang-orang desa tahu kalau dia sudahmenjual tubuhnya pada Jeff, tapi tetap saja diambilnya resiko itu demi uang yang memang sangat dia butuhkan.<br /><br />Dua hari kemudian aku datang menyusul Jeff, dan di sanalah Jeff menceritakan kisahnya itu. Aku jadi sedukit terangsang juga mendengar cerita itu, dan rencananya aku akan mencobanya juga bila ada waktu, yang jelas hari-hari berikutnya benar-benar menyenangkan untuk kami bertiga. Aku dan Jeff sama-sama terpuaskan, sedangkan Sali sangat senang mendapat ratusan ribu uang walaupun dia harus tersiksa hampir setiap dua malam sekali karena aku dan Jeff secara bergilir dua hari sekali mencicipi tubuh mungilnya itu.<br /><br />Dua minggu kami di sana, dan di hari terakhir aku dan Jeff menidurinya bergantian dalam satu malam. Bisa dibayangkan bagaimana rasanya gadis berumur 14 tahun disetubuhi oleh dua laki-laki bergantian dalam satu malam, benar-benar luar biasa. Tapi satu hal yang kupuji dari Sali, dari hari-kehari vaginanya tetap saja sempit, dan itu yang membuat aku dan Jeff betah menidurinya. Aku juga merencanakan untuk mengajak Alf dan Lex teman baikku untuk ikut serta mencicipi kenikmatan itu, tentu saja itu akan kuceritakan di cerita lain. Tunggu saja pengalaman kamiberempat bersama Sali.Sayanhttp://www.blogger.com/profile/05848885852258227008noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8758859776697967104.post-56521128127555601522009-10-14T19:47:00.000+07:002009-10-14T19:54:26.688+07:00Pijat PayudaraCerita ini terjadi waktu saya berumur 15 ketika itu, waktu saya liburan di rumah teman Om saya di kota Jakarta, sebut saja nama teman Om saya Dody. Om Dody mempunyai istri namanya Tante Rina. Umur Om Dody kira-kita 40 tahun sedangkan Tante Rina berumur 31 dan mereka mempunyai anak berumur 5 tahun bernama Dino. Om Dody adalah teman baik dan rekan bisnis Om saya. Tante Rina Seorang wanita yang cantik dan mempunyai tubuh yang indah terutama bagian payudara yang indah dan besar. Keindahan payudaranya tersebut dikarenakan Tante Rina rajin meminum jamu dan memijat payudaranya. Selama menginap di sana perhatian saya selalu pada payudaranya Tante Rina. Tak terasa sudah hampir seminggu saya menginap di sana, suatu siang (saat Om Dody pergi ke kantor dan Dino pergi rumah neneknya) Tante Rina memanggilku dari dalam kamarnya. Ketika saya masuk ke kamar Tante Rina, tampak tante cuma mengenakan kaos kutung tanpa menggunakan bra sehingga dadanya yang indah telihat nampak membungsung.<br /><a name='more'></a><br />"Van, Mau tolongin Tante", Katanya.<br />"Apa yang bisa saya bantu Tante".<br />"Tante minta tolong sesuatu tapi kamu, tapi kamu harus rahasiain jangan bilang siapa-siapa".<br />"Apaan Tante kok sampe musti rahasia-rahasian".<br />"Tante Minta tolong dipijitin", katanya.<br />"Kok pijit saja musti pakai rahasia-rahasian segala".<br />"Tante minta kamu memijit ini tante", katanya sambil menunjukkan <a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">buah dada</a>nya yang montok. Saat itu saya langsung Grogi setengah mati sampai tidak bisa berkata apa-apa.<br />"Van, kok diem mau nggak?", tanya Tante Rina lagi. Saat itu terasa penisku tegang sekali.<br />"Mau nggak?", katanya sekali lagi.<br />Lalu kukatakan padanya aku bersedia, bayangin saya seperti ketiban emas dari langit, memegang buah dada secara gratis disuruh pula siapa yang nggak mau? Lalu saya bertanya mengapa harus dipijat buah dadanya, dia menjawab supaya payudaranya indah terus.<br /><br />Selanjutnya tante mengambil botol yang berisi krem dan dia segera duduk di tepi ranjang. Tanpa banyak bicara dia langsung membuka pakaiannya dan membuka BH-nya, segera payudaranya yang indah tersebut segera terlihat, kalau saya tebak payudaranya ukuran 36B, Puting susu kecil tapi menonjol seperti buah kelereng kecil yang berwarna coklat kemerah-merah.<br />"Van, kamu cuci tangan kamu dulu gih", katanya.<br />Segera saya buru-buru cuci tangan di kamar mandi yang terletak di kamar tidurnya. Ketika saya balik, Tante sudah berbaring telentang dengan telanjang dada. Wuih, indah sekali. Ia memintaku agar melumuri buah dadanya secara perlahan kecuali bagian puting susunya dengan krim yang diambilnya tadi. Grogi juga, segera kuambil krem dan kulumuri dulu di tanganku kemudian secara perlahan kulumuri payudaranya. Gila rasanya kenyal dan lembut sekali. Perlahan kutelusuri buah dadanya yang kiri dan yang kanan dari pangkal sampai mendekati puting. Sementara tanganku mengelus dadanya, kulihat nafas tante tampaknya mulai tidak beraturan.<br /><br />Sesekali mulutnya mengeluarkan bunyi, "Ahh.., ahh". Setelah melumuri seluruh payudaranya, tante memegang kedua tanganku, rupanya ia ingin mengajariku cara memijat payudara, gerakannya ialah kedua tanganku menyentuh kedua buah payudaranya dan melakukan gerakan memutar dari pangkal buah dadanya sampai mendekati puting susunya, tante meminta saya agar tidak menyentuh puting susunya. Segera kulalukan gerakan memutari buah kedua buah payudaranya, baru beberapa gerakan tante memintaku agar gerakan tersebut dibarengi dengan remasan pada buah dadanya. Tante semakin terangsang nampaknya terus ia memintaku, "aahh, Van tolong remas lebih keras". Tanpa ragu keremas buah dada yang indah tersebut dengan keras. Sambil meremas aku bertanya mengapa puting susunya tidak boleh disentuh? Tiba-tiba ia menjambak rambutku dan membawa kepalaku ke buah dadanya.<br />"Van, Tante minta kamu hisap puting susu Tante", katanya sambil napasnya tersengal-sengal. Tanpa banyak tanya lagi langsung ku hisap <a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">puting susu</a> kanannya.<br />"Van, hisap yang kuat sayang.., aah", desah Tante Rina.<br />Kuhisap puting susu itu, terus ia berteriak, "Lebih kuat lagi hisapanya".<br /><br />Setelah sekitar 10 menit kuhisap puting di buah dada kanannya gantian buah dada kiri kuhisap. Sambil kuhisap buah dadanya tante membuka celananya sehingga dia dalam keadaan telanjang bulat. Kemudian dia membuka celanaku dan meremas penisku. Tante kemudian memintaku telungkup menindih tubuhnya, sambil menghisap-hisap payudaranya tante memegang penisku dan dimasukkan ke dalam lubang vaginanya. Setelah melalui perjuangan akhirnya penisku memasuki vagina tanteku. Semua ini dilakukan sambil mengisap dan meremas-remas buah dadanya. Pinggulku segera kugenjot dan terasa nikmat luar biasa sedangkan tante berteriak karena orgasme sudah dekat.<br /><br />Tak lama kemudian tante nampak sudah orgasme, terasa di liangnya tegang sekali. Kemudian giliranku menyemburkan air maniku ke liangnya dan kami pun terdiam menikmati momen tersebut, setelah itu tante mencium bibirku dengan lembut.<br />"Tadi nikmat sekali", katanya terus dia memintaku besok kembali memijat payudaranya, dan aku mengiyakan. Kemudian aku bertanya kepada tante kenapa dia begitu senang buah dadanya di sentuh dan dihisap, jawabnya ia tidak bisa melakukan hubungan seks kalau buah dadanya tidak dirangsang terus-menerus. Saat kutanya mengapa dia memilihku untuk melakukan hubungan Seks, dia menjawab dengan enteng, "Saat kamu mandi, tante ngintip kamu dan tante lihat penis kamu besar.."Sayanhttp://www.blogger.com/profile/05848885852258227008noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8758859776697967104.post-51450036559354250282009-10-07T21:38:00.001+07:002009-10-07T21:40:46.420+07:00Rahasia Kita BerduaKetika itu saya baru berumur 12 tahun, sebagai anak tunggal. Sewaktu orang tua saya sedang pergi keluar negeri. Teman baik ibuku, Tante Susi, yang berumur 26 tahun, diminta oleh orang tuaku untuk tinggal di rumah menjagaiku. Karena suaminya harus keluar kota, Tante Susi akan menginap di rumahku sendirian. Tante Susi badannya agak tinggi, rambutnya dipotong pendek sebahu, kulitnya putih bersih, wajahnya ayu, pakaian dan gayanya seksi. Tentu saja saya sangat setuju sekali untuk ditemani oleh Tante Susi.<br /><a name='more'></a><br />Biasanya, setiap ada kesempatan saya suka memainkan kemaluanku sendirian. Tapi belum pernah sampai keluar, waktu itu saya masih belum mengerti apa-apa, hanya karena rasanya nikmat. Mengambil kesempatan rumah lagi kosong dan Tante Susi juga belum datang. Setelah pulang sekolah, saya ke kamar tidurku sendirian memijit-mijit kemaluanku sembari menghayalkan tubuh Tante Susi yang seksi. Kubayangkan seperti yang pernah kulihat di majalah porno dari teman-temankuku di sekolah. Selagi asyiknya bermain sendirian tanpa kusadari Tante Susi sudah tiba di rumahku dan tiba-tiba membuka pintu kamarku yang lupa kukunci.<br /><br />Dia sedikit tercengang waktu melihatku berbaring diatas ranjang telanjang bulat, sembari memegangi kemaluanku yang berdiri. Aduh malunya setengah mati, ketangkap basah lagi mainin burung. Segera kututupi kemaluanku dengan bantal, wajahku putih pucat.<br />Melihatku ketakutan, Tante Susi hanya tersenyum dan berkata", Eh, kamu sudah pulang sekolah Asan., Tante juga baru saja datang". Saya tidak berani menjawabnya.<br />"Tidak usah takut dan malu sama Tante, itu hal biasa untuk anak-anak mainin burungnya sendiri" ujarnya. Saya tetap tidak berani berkutik dari tempat tidur karena sangat malu.<br />Tante Susi lalu menambah, "Kamu terusin saja mainnya, Tante hanya mau membersihkan kamar kamu saja, kok".<br />"Tidak apa-apa kan kalau Tante turut melihat permainanmu", sembari melirik menggoda, dia kembali berkata "Kalau kamu mau, Tante bisa tolongin kamu, Tante mengerti kok dengan permainanmu, Asan.", tambahnya sembari mendekatiku.<br />"Tapi kamu tidak boleh bilang siapa-siapa yah, ini akan menjadi rahasia kita berdua saja". Saya tetap tidak dapat menjawab apa-apa, hanya mengangguk kecil walaupun saya tidak begitu mengerti apa maksudnya.<br /><br />Tante Susi pergi ke kamar mandi mengambil Baby Oil dan segera kembali ke kamarku. Lalu dia berlutut di hadapanku. Bantalku diangkat perlahan-lahan, dan saking takutnya kemaluanku segera mengecil dan segera kututupi dengan kedua telapak tanganku.<br />"Kemari dong, kasih Tante lihat permainanmu, Tante janji akan berhati-hati deh", katanya sembari membujukku. Tanganku dibuka dan mata Tante Susi mulai turun ke bawah kearah selangkanganku dan memperhatikan kemaluanku yang mengecil dengan teliti. Dengan perlahan-lahan dia memegang kemaluanku dengan kedua jarinya dan menuruni kepalanya, dengan tangan yang satu lagi dia meneteskan Baby Oil itu di kepala kemaluanku, senyumnya tidak pernah melepaskan wajahnya yang cantik.<br />"Tante pakein ini supaya rada licin, kamu pasti suka deh" katanya sembari mengedipkan sebelah matanya.<br /><br />Malunya setengah mati, belum ada orang yang pernah melihat kemaluanku, apa lagi memegangnya. Hatiku berdebar dengan kencang dan wajahku merah karena malu. Tapi sentuhan tangannya terasa halus dan hangat.<br />"Jangan takut Asan., kamu rebahan saja", ujarnya membujukku. Setelah sedikit tenang mendengar suaranya yang halus dan memastikan, saya mulai dapat menikmati elusan tangannya yang lembut. Tangannya sangat mahir memainkan kemaluanku, setiap sentuhannya membuat kemaluanku bergetar dengan kenikmatan dan jauh lebih nikmat dari sentuhan tanganku sendiri.<br />"Lihat itu sudah mulai membesar kembali", kemudian Tante Susi melumuri Baby Oil itu ke seluruh batang kemaluanku yang mulai menegang dan kedua bijinya. Kemudian Tante Susi mulai mengocok kemaluanku digenggamannya perlahan-lahan sambil membuka lebar kedua pahaku dan mengusap bijiku yang mulai panas membara.<br /><br />Kemaluanku terasa kencang sekali, berdiri tegak seenaknya dihadapan muka Tante Susi yang cantik. Perlahan Tante Susi mendekati mukanya kearah selangkanganku, seperti sedang mempelajarinya. Terasa napasnya yang hangat berhembus di paha dan di bijiku dengan halus. Saya hampir tidak bisa percaya, Tante Susi yang baru saja kukhayalkan, sekarang sedang berjongkok diantara selangkanganku.<br /><br />Setelah kira-kira lima menit kemudian, saya tidak dapat menahan rasa geli dari godaan jari-jari tangannya. Pinggulku tidak bisa berdiam tenang saja di ranjang dan mulai mengikuti setiap irama kocokan tangan Tante Susi yang licin dan berminyak. Belum pernah saya merasa seperti begitu, semua kenikmatan duniawi ini seperti berpusat tepat ditengah-tengah selangkanganku.<br />Mendadak Tante Susi kembali berkata, "Ini pasti kamu sudah hampir keluar, dari pada nanti kotorin ranjang Tante hisap saja yah". Saya tidak mengerti apa yang dia maksud. Dengan tiba-tiba Tante Susi mengeluarkan lidahnya dan menjilat kepala kemaluanku lalu menyusupinya perlahan ke dalam mulutnya.<br /><br />Hampir saja saya melompat dari atas ranjang. Karena bingung dan kaget, saya tidak tahu harus membikin apa, kecuali menekan pantatku keras ke dalam ranjang. Tangannya segera disusupkan ke bawah pinggulku dan mengangkatnya dengan perlahan dari atas ranjang. Kemaluanku terangkat tinggi seperti hendak diperagakan dihadapan mukanya. Kembali lidahnya menjilat kepala kemaluanku dengan halus, sembari menyedot ke dalam mulutnya. Bibirnya merah merekah tampak sangat seksi menutupi seluruh kemaluanku. Mulut dan lidahnya terasa sangat hangat dan basah. Lidahnya dipermainkan dengan sangat mahir. Matanya tetap memandang mataku seperti untuk meyakinkanku. Tangannya kembali menggenggam kedua bijiku. Kepalanya tampak turun naik disepanjang kemaluanku, saya berasa geli setengah mati. Ini jauh lebih nikmat daripada memakai tangannya.<br /><br />Sekali-sekali Tante Susi juga menghisap kedua bijiku bergantian dengan gigitan-gigitan kecil. Dan perlahan turun ke bawah menjilat lubang pantatku dan membuat lingkaran kecil dengan ujung lidahnya yang terasa sangat liar dan hangat. Saya hanya dapat berpegangan erat ke bantalku, sembari mencoba menahan rintihanku. Kudekap mukaku dengan bantal, setiap sedotan kurasa seperti yang saya hendak menjerit. Napasku tidak dapat diatur lagi, pinggulku menegang, kepala saya mulai pening dari kenikmatan yang berkonsentrasi tepat diantara selangkanganku. Mendadak kurasa kemaluanku seperti akan meledak. Karena rasa takut dan panik, kutarik pinggulku kebelakang. Dengan seketika, kemaluanku seperti mempunyai hidup sendiri, berdenyut dan menyemprot cairan putih yang lengket dan hangat ke muka dan ke rambut Tante Susi. Seluruh badanku bergetar dari kenikmatan yang tidak pernah kualami sebelumnya. Saya tidak sanggup untuk menahan kejadian ini. Saya merasa telah berbuat sesuatu kesalahan yang sangat besar. Dengan napas yang terengah-engah, saya meminta maaf kepada Tante Susi atas kejadian tersebut dan tidak berani untuk menatap wajahnya.<br />Tetapi Tante Susi hanya tersenyum lebar, dan berkata "Tidak apa-apa kok, ini memang harus begini", kembali dia menjilati cairan lengket itu yang mulai meleleh dari ujung bibirnya dan kembali menjilati semua sisa cairan itu dari kemaluanku sehingga bersih.<br />"Tante suka kok, rasanya sedap", tambahnya.<br /><br />Dengan penuh pengertian Tante Susi menerangkan bahwa cairan itu adalah air mani dan itu wajar untuk dikeluarkan sekali-sekali. Kemudian dengan penuh kehalusan dia membersihkanku dengan handuk kecil basah dan menciumku dengan lembut dikeningku.<br /><br />Setelah semuanya mulai mereda, dengan malu-malu saya bertanya, "Apakah perempuan juga melakukan hal seperti ini?".<br />Tante Susi menjawab "Yah, kadang-kadang kita orang perempuan juga melakukan itu, tapi caranya agak berbeda". Dan Tante Susi berkata yang kalau saya mau, dia dapat menunjukkannya. Tentu saja saya bilang yang saya mau menyaksikannya.<br /><br />Kemudian jari-jari tangan Tante Susi yang lentik dengan perlahan mulai membuka kancing-kancing bajunya, memperagakan tubuhnya yang putih. Waktu kutangnya dibuka buah dadanya melejit keluar dan tampak besar membusung dibandingkan dengan perutnya yang mengecil ramping. Kedua buah dadanya bergelayutan dan bergoyang dengan indah. Dengan halus Tante Susi memegang kedua tanganku dan meletakannya di atas buah dadanya. Rasanya empuk, kejal dan halus sekali, ujungnya agak keras. Putingnya warna coklat tua dan agak besar. Tante Susi memintaku untuk menyentuhnya. Karena belum ada pengalaman apa-apa, saya pencet saja dengan kasar. Tante Susi kembali tersenyum dan mengajariku untuk mengelusnya perlahan-lahan. Putingnya agak sensitif, jadi kita harus lebih perlahan disana, katanya. Tanganku mulai meraba tubuh Tante Susi yang putih bersih itu. Kulitnya terasa sangat halus dan panas membara dibawah telapak tanganku. Napasnya memburu setiap kusentuh bagian yang tertentu. Saya mulai mempelajari tempat-tempat yang disukainya.<br /><br />Tidak lama kemudian Tante Susi memintaku untuk menciumi tubuhnya. Ketika saya mulai menghisap dan menjilat kedua buah dadanya, putingnya terasa mengeras di dalam mulutku. Napasnya semakin menderu-deru, membuat buah dadanya turun naik bergoyang dengan irama. Lidahku mulai menjilati seluruh buah dadanya sampai keduanya berkilat dengan air liurku mukanya tampak gemilang dengan penuh gairah. Bibirnya yang merah merekah digigit seperti sedang menahan sakit. Roknya yang seksi dan ketat mulai tersibak dan kedua lututnya mulai melebar perlahan. Pahanya yang putih seperti susu mulai terbuka menantang dengan gairah di hadapanku. Tante Susi tidak berhenti mengelus dan memeluki tubuhku yang masih telanjang dengan kencang. Tangannya menuntun kepalaku ke bawah kearah perutnya. Semakin ke bawah ciumanku, semakin terbuka kedua pahanya, roknya tergulung ke atas. Saya mulai dapat melihat pangkal paha atasnya dan terlihat sedikit bulu yang hitam halus mengintip dari celah celana dalamnya. Mataku tidak dapat melepaskan pemandangan yang sangat indah itu.<br /><br />Kemudian Tante Susi berdiri tegak di hadapanku dengan perlahan Tante Susi mulai membuka kancing roknya satu persatu dan membiarkan roknya terjatuh di lantai. Tante Susi berdiri di hadapanku seperti seorang putri khayalan dengan hanya memakai celana dalamnya yang putih, kecil, tipis dan seksi. Tangannya ditaruh di pingulnya yang putih dan tampak serasi dengan kedua buah dadanya diperagakannya di hadapanku. Pantatnya yang hanya sedikit tertutup dengan celana dalam seksi itu bercuat menungging ke belakang. Tidak kusangka yang seorang wanita dapat terlihat begitu indah dan menggiurkan. Saya sangat terpesona memandang wajah dan keindahan tubuhnya yang bercahaya dan penuh gairah.<br /><br />Tante Susi menerangkan yang bagian tubuh bawahnya juga harus dimainkan. Sambil merebahkan dirinya di ranjangku, Tante Susi memintaku untuk menikmati bagiannya yang terlarang. Saya mulai meraba-raba pahanya yang putih dan celana dalamnya yang agak lembab dan bernoda. Pertama-tama tanganku agak bergemetar, basah dari keringat dingin, tetapi melihat Tante Susi sungguh-sungguh menikmati semua perbuatanku dan matanya juga mulai menutup sayu, napasnya semakin mengencang. Saya semakin berani dan lancang merabanya. Kadang-kadang jariku kususupkan ke dalam celana dalamnya menyentuh bulunya yang lembut. Celana dalamnya semakin membasah, noda di bawah celana dalamnya semakin membesar. Pingulnya terangkat tinggi dari atas ranjang. Kedua pahanya semakin melebar dan kemaluannya tercetak jelas dari celana dalamnya yang sangat tipis itu.<br /><br />Setelah beberapa lama, Tante Susi dengan merintih memintaku untuk membuka celana dalamnya. Pinggulnya diangkat sedikit supaya saya dapat menurunkan celana dalamnya ke bawah. Tante Susi berbaring di atas ranjang tanpa sehelai benangpun yang menutupi tubuhnya. Disitu untuk pertama kali saya dapat menyaksikan kemaluan seorang wanita dari jarak yang dekat dan bukan hanya dari majalah. Bulu-bulu di atas kemaluannya itu tampak hitam lembut, tumbuh dengan halus dan rapi dicukur, sekitar kemaluannya telah dicukur hingga bersih membuat lekuk kemaluannya tampak dari depan. Tante Susi membuka selangkangannya dengan lebar dan menyodorkan kewanitaannya kepadaku tanpa sedikit rasa malu. Sembari bangkit duduk di tepi ranjang, Tante Susi memintaku untuk berjongkok diantara kedua pahanya untuk memperhatikan vagina nya dari jarak dekat. Dengan penuh gairah kedua jarinya mengungkap bibir kemaluannya yang rada tebal dan kehitam-hitaman dan memperagakan kepadaku <a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">lubang vagina</a>nya yang basah dan berwarna merah muda.<br /><br />Dengan nada yang ramah, Tante Susi menggunakan jari tangannya sendiri dengan halus, menerangkan kepadaku satu persatu seluruh bagian tubuh bawahnya. Tempat-tempat dan cara-caranya untuk menyenangkan seorang wanita. Kemudian Tante Susi mulai menggunakan jari tanganku untuk diraba-rabakan kebagian tubuh bawahnya. Rasanya sangat hangat, lengket dan basah. Clitorisnya semakin membesar ketika saya menyentuhnya. Aroma dari vaginanya mulai memenuhi udara di kamarku, aromanya menyenangkan dan berbau bersih. Dari dalam lubang vaginanya perlahan-lahan keluar cairan lengket berwarna putih dan kental dan mulai melumuri semua permukaan lubang vaginanya. Mengingat apa yang dia sudah lakukan dengan air maniku, saya kembali bertanya "Boleh nggak saya mencicipi air mani Tante?" Tante Susi hanya mengangguk kecil dan tersenyum.<br /><br />Perlahan saya mulai menjilati pahanya yang putih dan sekitar lubang vagina Tante Susi yang merah dan lembut. Cairannya mulai mengalir keluar dengan deras ke selangkangannya. Lidahku menangkap tetesan itu dan mengikuti aliran cairan itu sampai balik ke asal lubangnya. Rasanya agak keasinan dengan berbau sangat khas, tidak seperti kata orang, cairan Tante Susi sangat bersih dan tidak berbau amis. Begitu pertama saya mencicipi alat kelamin Tante Susi, saya tahu yang saya dapat menjilatinya terus-menerus, karena saya sangat menyukai rasanya. Tante Susi mendadak menjerit kecil ketika lidahku menyentuh clitorisnya. Saya tersentak takut karena mungkin saya telah membuatnya sakit. Tetapi Tante Susi kembali menjelaskan bahwa itu hal biasa kalau seseorang mengerang waktu merasa nikmat.<br /><br />Semakin lama, saya semakin berani untuk menjilati dan menghisapi semua lubang vagina dan clitorisnya. Pinggulnya diangkat naik tinggi. Tangannya tidak berhenti memeras buah dadanya sendiri, cengkramannya semakin menguat. Napasnya sudah tidak beraturan lagi. Kepalanya terbanting ke kanan dan ke kiri. Pinggul dan pahanya kadang-kadang mengejang kuat, berputar dengan liar. Kepalaku terkadang tergoncang keras oleh dorongan dari kedua pahanya. Tangannya mulai menjambak rambutku dan menekan kepalaku erat kearah selangkangannya. Dari bibirnya yang mungil itu keluar desah dan rintihan memanggil namaku, seperti irama di telingaku. Keringatnya mulai keluar dari setiap pori-pori tubuhnya membuat kulitnya tampak bergemilang di bawah cahaya lampu. Matanya sudah tidak memandangku lagi, tapi tertutup rapat oleh bulu mata yang panjang dan lentik. Sembari merintih Tante Susi memintaku untuk menyodok-nyodokkan lidahku ke dalam lubang vaginanya dan mempercepat iramaku. Seluruh mukaku basah tertutup oleh cairan yang bergairah itu.<br /><br />Kemudian Tante Susi memintaku untuk berbalik supaya dia juga dapat menghisap kemaluanku bersamaan. Setelah melumuri kedua buah dadanya yang busung itu dengan Baby Oil, Tante Susi menggosok-gosokkan dan menghimpit kemaluanku yang sudah keras kembali diantara buah dadanya, dan menghisapinya bergantian. Kemudian Tante Susi memintaku untuk lebih berkonsentrasi di clitorisnya dan menyarankanku untuk memasuki jariku ke lubang vaginanya. Dengan penuh gairah saya pertama kalinya merasakan bahwa kelamin wanita itu dapat berasa begitu panas dan basah. Otot vaginanya yang terlatih terasa memijiti jari tanganku perlahan. Bibir dan lubang vaginanya tampak merekah, berkilat dan semakin memerah. Clitorisnya bercahaya dan membesar seperti ingin meledak. Setelah tidak beberapa lama, Tante Susi memintaku untuk memasukkan satu jariku ke dalam lubang pantatnya yang ketat. Dengan bersamaan, Tante Susi juga masukkan satu jarinya pula ke dalam lubang pantatku. Tangannya dipercepat mengocok kemaluanku. Pahanya mendekap kepalaku dengan keras. Pinggulnya mengejang keras. Terasa dilidahku urat-urat sekitar dinding vaginanya berkontraksi keras ketika dia keluar. Saya menjerit keras bersama-sama Tante Susi sembari memeluknya dengan erat, kita berdua keluar hampir bersamaan. Kali ini Tante Susi menghisap habis semua air maniku dan terus menghisapi kemaluanku sampai kering.<br /><br />Setelah itu kita berbaring telanjang terengah mengambil napas. Badannya yang berkeringat dan melemah, terasa sangat hangat memeluki tubuhku dari belakang, tangannya tetap menghangati dan mengenggam kemaluanku yang mengecil. Aroma dari yang baru saja kita lakukan masih tetap memenuhi udara kamarku. Wajahnya tampak gemilang bercahaya menunjukan kepuasan, senyumnya kembali menghiasi wajahnya yang terlihat lelah. Lalu kita jatuh tertidur berduaan dengan angin yang sejuk meniup dari jendela yang terbuka. Setelah bangun tidur, kita mandi bersama. Waktu berpakaian Tante Susi mencium bibirku dengan lembut dan berjanji yang nanti malam dia akan mengajari bagaimana caranya bila kejantananku dimasukkan ke dalam kewanitaannya.<br /><br />Sejak hari itu, selama satu minggu penuh, setiap malam saya tidur di kamar tamu bersama Tante Susi dan mendapat pelajaran yang baru setiap malam. Tetapi setelah kejadian itu, kita tidak pernah mendapat kesempatan kembali untuk melanjutkan hubungan kami. Hanya ada peristiwa sekali, waktu orangtuaku mengadakan pesta di rumah, Tante Susi datang bersama suaminya. Di dapur, waktu tidak ada orang lain yang melihat, Tante Susi mencium pipiku sembari meraba kemaluanku, tersenyum dan berbisik "Jangan lupa dengan rahasia kita Asan."<br />Dua bulan kemudian Tante Susi pindah ke kota lain bersama suaminya. Sampai hari ini saya tidak akan dapat melupakan satu minggu yang terbaik itu di dalam sejarah hidupku. Dan saya merasa sangat beruntung untuk mendapat seseorang yang dapat mengajariku <a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">bersetubuh</a> dengan cara yang sangat sabar, sangat profesional dan semanis Tante Susi.Sayanhttp://www.blogger.com/profile/05848885852258227008noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8758859776697967104.post-46391855729333442622009-10-07T21:36:00.001+07:002009-10-07T21:37:33.539+07:00Seks dengan ABG BuleJam sudah menunjukkan pukul 2.00 siang. Hari ini berlalu dengan sangat membosankan. Meeting tentang implementasi software masih saja berlangsung sedari pagi tadi. Si konsultan yang sok pinter itu masih melakukan presentasi tentang feature-feature softwarenya. Sudah penat pikiranku mendengarnya, sehingga kadang kala aku berpikir.. Kalau saja ini semua cuma film, aku tinggal menekan tombol "fast forward" saja biar cepat selesai. Aku terpaksa ikut meeting ini karena semua board of management datang, termasuk the big boss.., my dad.<br /><a name='more'></a><br />Begitu seriusnya meeting tersebut, hingga makan siangpun dilakukan di ruang meeting dengan membeli nasi kotak. Shit! Because having lunch is my favorite time in the office.. He.. He..<br /><br />Jam 3.15 selesai jugalah segala macam cobaan ini. Aku bergegas kembali ke ruanganku bersama Lia, sekretarisku. Di lobby tampak resepsionis baru, Dian, tersenyum sambil menganggukkan kepala tanda hormat. Kubalas senyumnya sambil memperhatikan Noni yang duduk di sebelah Dian. Resepsionis yang satu lagi ini tampak jengah dan pura-pura tidak melihatku. Memang akhir-akhir ini dia tampak ketakutan bila bertemu, mungkin karena sering aku pakai dia untuk memuaskan nafsu birahiku.<br /><br />Resepsionis baru Dian, adalah bekas pegawai salon langgananku. Aku rekrut dia karena memang kantorku butuh resepsionis cadangan kalau-kalau Noni tidak masuk. Tetapi alasan utama adalah karena bentuk fisik terutama buah dadanya yang amat mengusik nafsu kelelakianku.<br /><br />Lia kembali ke mejanya, sedangkan aku masuk ke ruanganku. Sesampai di dalam, kuhempaskan tubuhku di kursi sambil menghela nafas panjang. Kubuka laptopku untuk browsing internet guna menghilangkan penat. Aku buka situs "barely legal teens" yang menampilkan ABG bule yang cantik-cantik. Melihat gambar-gambar itu, tiba-tiba aku teringat pengalamanku beberapa tahun yang lalu ketika aku masih kuliah di Amerika.<br /><br />*****<br /><br />Aku tinggal di sebuah apartemen di daerah Anaheim, California. Apartemenku ini terletak tak jauh dari Disneyland, sehingga banyak turis yang berkunjung ke daerah itu. Aku mengambil pasca sarjana di sebuah universitas yang tak jauh dari apartemenku. Singkat kata, lokasi apartemenku ini strategis sekali, kemana-mana dekat.<br /><br />Kadang kala di akhir pekan, bila tidak ada acara lain, aku berkunjung ke rumah sepupuku di Long Beach. Sepupuku ini, Linda, berusia jauh lebih tua dariku, dan mempunyai anak laki-laki remaja. Namanya Franky, berumur 17 tahun, dan waktu itu duduk di bangku SMA/high school.<br /><br />Pada suatu hari, aku mendapat undangan bbq dari Linda, sepupuku itu. Kukebut Honda Civic-ku menembus belantara highway menuju Long Beach. Tak lama, akupun sampai di rumahnya yang mempunyai pekarangan cukup luas.<br /><br />"Hi.. Bert, ayo masuk" Linda menyapaku.<br />"Sombong nih udah lama nggak ke sini"<br />"Sedang sibuk nih, banyak tugas" alasanku.<br /><br />Memang beberapa minggu ini aku menghabiskan akhir minggu bersama-sama dengan teman-temanku.<br /><br />"Hi.. Oom Robert" Franky menyapaku.<br />"Gimana notebook-nya sudah nggak pernah ngadat lagi khan?"<br />"Nggak Frank.. Kamu memang jago" pujiku.<br /><br />Franky ini memang terkenal pintar, dan hobby komputer. Notebook-ku yang rusak bisa dia perbaiki, sedangkan saat aku bawa ke toko tempat aku membeli, aku disarankan untuk membeli yang baru saja. Wajahnya pun ganteng, hanya saja dia agak sedikit feminin. Berkacamata, selalu berpakaian rapi, dengan rambut kelimis disisir ke samping, membuatnya tampak smart, santun, dan.. Anak Mami.<br /><br />"Ini Oom, kenalin my special friend" katanya.<br /><br />Agak kaget juga aku melihat gadis ABG yang muncul dari dalam. Dia gadis bule seusia Franky, dengan tubuh yang tinggi semampai dan rambut pirang sebahu.<br /><br />"Hi.. I am Kirsten" katanya menyapaku.<br />"Hello.. I am Robert. Nice to meet you" kataku sambil menatap matanya yang berwarna biru.<br />"Hebat juga kamu Frank" kataku menggoda. Diapun tertawa senang.<br /><br />Kami pun lalu ke halaman belakang, dimana bbq diadakan. Beberapa tamu telah datang. Freddy, suami Linda tampak sedang mempersiapkan peralatannya. Akupun kemudian berbincang basa-basi dengannya.<br /><br />Sepanjang acara, kadang aku lirik Kirsten, ABG bule itu. T-shirt warna hijau ketatnya memperlihatkan tonjolan buah dadanya yang terbungkus BH. Karena ukuran buah dadanya yang besar, saat dia berjalan, buah dadanya itupun bergoyang-goyang menggemaskan. Ditambah dengan celana pendek jeans yang memperlihatkan pahanya yang mulus menambah indahnya pemandangan saat itu. Celana jeans yang pendek itu kadang memperlihatkan sebagian bongkahan pantatnya. Memang saat itu sedang musim panas, sehingga mungkin wajar saja berpakaian minim seperti itu.<br /><br />"Bert, kita mau minta tolong nih. Aku dan Freddy mau ke pesta penikahan temanku di New York. Tolong ya kamu jagain rumah sama si Franky. Tolong awasin dia supaya nggak macem-macem" Linda meminta bantuanku ketika kami telah menyantap makan malam kami.<br />"Yach OK deh.. Asal ada oleh-olehnya saja" jawabku.<br />"Beres deh.." sahut Linda sambil tertawa.<br />"Memang perlu juga nih pergantian suasana untuk beberapa hari", pikirku.<br /><br />*****<br /><br />"Frank.. Oom pergi dulu ke kampus. Ada tugas kelompok nih. Pulangnya agak malam, OK. Take care, and behave"<br />"Iya Oom.. Jangan kuatir." jawabnya sambil memakan cerealnya.<br /><br />Sesampai di kampus, aku pun mulai menyelesaikan tugas bersama kelompokku. Ternyata cepat selesai juga tugas tersebut. Setelah makan siang di cafetaria, akupun kembali ke rumah sepupuku.<br /><br />Tiba di depan rumah sepupuku itu, tampak sebuah mobil lain sedang parkir di halaman rumah. Akupun tak ambil pusing dan masuk ke ruang tamu lewat pintu belakang. Saat duduk si sofa, tiba-tiba kudengar suara-suara mencurigakan dari dalam kamar Franky. Akupun mengendap-endap menuju jendela kamarnya yang terkuak sedikit. Di dalam kulihat Kirsten sedang menciumi Franky dengan bernafsu.<br /><br />"Come on open your mouth a little bit" katanya sambil kemudian terus menciumi Franky yang tampak kewalahan.<br />"Here touch my breasts" Kirsten menarik tangan Franky untuk kemudian diletakkannya di dadanya yang terbungkus tank top warna pink.<br /><br />Aku terbeliak melihat pemandangan ini, dan tiba-tiba saja akalku berjalan. Aku bergegas ke ruanganku untuk mengambil videocam yang kugunakan kemarin untuk merekam pesta bbq. Saat aku kembali mengintip ke kamar Franky, tampak Kirsten mengangkat tank topnya sehingga menampakkan buah dadanya yang mulus dan ranum di depan wajah Franky.<br /><br />"You may kiss them.. Come on.. Suck my breasts" katanya. Franky masih tampak terdiam bengong sehingga Kirstenpun tampak tak sabar dan menarik kepalanya menuju buah dadanya.<br />"Ahh.. Shit.. Yeah.. Suck it.. That's right.. Ahh" erangnya ketika Franky mulai menghisapi buah dadanya yang putih mulus berputing merah muda itu.<br /><br />Kemaluanku memberontak di dalam celanaku, tapi tetap aku berkonsentrasi merekam semua adegan ini.<br /><br />"Now it's my turn. I want to suck your cock. I want to taste Indonesian cock" Kirsten berkata seperti itu sambil berlutut di depan Franky. Dibukanya celana Franky sehingga tinggal celana dalamnya saja yang masih tertinggal.<br /><br />Kirsten mulai menjilati kemaluan Franky dari luar celana dalamnya, sambil matanya menatap menggoda ke arah Franky.<br /><br />"You like that? Hmm.. You like that? " erangnya menggoda.<br />"Ohh.." tiba-tiba Franky mengejang dan tampak cairan ejakulasinya membasahi celana dalamnya.<br />"Shit.. Franky.. You came already?" tampak Kirsten kecewa.<br />"You've never done this before huh?"<br /><br />Frankypun tertunduk lesu, sementara Kirsten dengan sedikit kesal membenahi pakaiannya dan kembali bangkit berdiri. Saat itu aku mengambil keputusan untuk menerjang masuk ke dalam. Pintu ternyata tidak terkunci, dan mereka tampak kaget melihat aku masuk membawa video camera.<br /><br />"What the hell are you doing?!!" tanyaku.<br />"Oh anu Oom.. Nggak kok.. Anu.." Franky tampak terbata-bata tidak bisa menjawab.<br />"It is not what it looks like. Nothing happened, sir.." Kirstenpun tampak agak sedikit ketakutan.<br />"Hey.. I got all the proof here" sahutku.<br />"I am going to tell your Mom and your parents too, Kirsten"<br />"Please don't.. Sir" tampak Kirsten mulai panik dan mencoba merayuku agar menyimpan rahasia ini. Sementara Franky tampak pucat pasi sambil mengenakan kembali pakaiannya.<br />"Stay here.. I want to talk with both of you" kataku sambil keluar membawa videocam meninggalkan mereka berdua. Kusimpan baik-baik barang bukti ini.<br /><br />Sekembalinya ke ruangan itu, Franky dan Kirsten tampak gelisah duduk di tepi ranjang. Persis seperti maling yang tertangkap di tayangan Buser SCTV He. He..<br /><br />"You won't tell anybody, will you sir? " tanya Kirsten berharap.<br />"Well.. It depends. If you let me fuck you.. I won't" jawabku.<br /><br />Aku memang horny sekali melihat Kirsten saat itu. Dengan rok mini dan tank top-nya, tampak kesegaran tubuh ranum ABG bule ini.<br /><br />"Lho kok.." tanya Franky kaget.<br />"Iya Frank. Oom pengen ngerasain pacarmu ini. Ngerti!! Sekalian kamu bisa belajar gimana lelaki sejati make love. Biar nggak malu-maluin" jawabku.<br />"You want to taste real indonesian cock, don't you? You little slut" kataku sambil meremas-remas rambut pirang Kirsten.<br /><br />Akupun lalu duduk di samping gadis remaja bule ini di ranjang. Kuremas-remas pundaknya yang mulus.<br /><br />"Pindah sana.. Duduk di kursi!!" perintahku pada Franky.<br /><br />Kutarik wajah cantik Kirsten, dan kukulum bibirnya. Sementara tanganku meremas-remas buah dadanya dari balik tank topnya. Pertama kali dia tak memberikan reaksi, akan tetapi setelah beberapa lama, dia mulai mengerang nikmat.<br /><br />"Hmm.. Hmm" erangnya ketika tanganku merogoh ke balik tanktopnya dan memilin puting <a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">buah dada</a>nya yang telah mengeras.<br /><br />Kuangkat ke atas tank topnya sehingga buah dadanya yang tak tertutup BH mencuat menantang di depan wajahku.<br /><br />"You want me to suck your breast?" tanyaku.<br />"Hmm.. Yeah.. Please sir.." jawabnya mendesah.<br />"Ahh.. Sstt.. Oh yeah.." erangnya lagi ketika buah dadanya aku hisap sambil tanganku memainkan puting buah dadanya yang lain.<br />"Ini namanya nipple, Frank. Cewek biasanya suka kalau bagian ini dijilat dan dihisap. Ngerti?" kataku sambil menunjukkan cara menjilat dan menghisap puting buah dada kekasih cantiknya ini. Sementara Kirsten makin mengerang tak karuan menerima kenikmatan yang diberikan mulutku di dadanya.<br />"Ok now it is your turn to suck my cock. You want it, right?" tanyaku sambil berdiri menghadapnya yang duduk di atas ranjang.<br />"Come on open your present, you naughty girl!!" perintahku lebih lanjut.<br /><br />Tangan halus Kirstenpun mulai membuka retsleting celanaku. Karena tak sabar, akupun membantunya membuka celana itu berikut celana dalamnya. Tampak kemaluanku sudah berdiri tegak dengan gagahnya di depan wajah cantik Kirsten.<br /><br />"Is it big enough for you, Kirsten?" tanyaku sambil meremas-remas rambut pirangnya.<br />"Yes, sir.. Very big.." jawabnya sambil tangannya mengelus-elus kemaluanku. Matanya yang biru indah tampak sedang mengagumi kemaluanku yang besar.<br />"What are you waiting for? Come on suck my big Indonesian cock. Let your boyfriend watch!!" perintahku sambil sedikit mendorong kepalanya ke arah kemaluanku.<br /><br />Kirstenpun mulai mengulum kemaluanku. Sesekali dijilatinya batang kemaluanku sambil matanya menatapku menggoda.<br /><br />"You like it, huh?" tanyaku sambil meremas remas rambutnya gemas.<br />"Yes.. Very much, sir" katanya sambil tersenyum manis.<br /><br />Tangannya yang halus mengocok-ngocok kemaluanku. Dijilatinya kepala kemaluanku, dan kemudian dikulumnya lagi senjata pamungkasku. Mulutnya yang berbibir tipis khas orang bule tampak penuh disesaki kemaluanku. Kusibakkan rambutnya yang jatuh menutupi, sehingga pipinya yang menonjol menghisapi kemaluanku tampak jelas tertampang di hadapan Franky.<br /><br />"Lihat Frank.. Cewekmu suka banget kontol Oom. Makanya kalau punya kontol yang besar.." kataku menggoda Franky.<br /><br />Di atas kursi, Franky terdiam bengong melihat pacar bulenya yang cantik sedang dengan lahap menghisapi kemaluanku. Tampak Franky mulai terangsang karena dia mulai memegang-megang kemaluannya sendiri.<br /><br />"OK.. It's time to fuck you" kataku sambil melepas baju yang kukenakan sehingga aku sekarang sudah telanjang bulat.<br /><br />Aku duduk di kursi di hadapan Franky dan kuminta Kirsten untuk menghampiriku. Kusuruh dia duduk dipangkuan membelakangiku. Kuciumi pundak Kirsten yang masih mengenakan tank topnya, dan kuraba pahanya yang putih menggairahkan itu. Sesampai di celana dalamnya, kusibakkan celana itu ke samping sehingga tampak vaginanya yang bersih tak berbulu, merekah mengundang. Kupermainkan jariku di vaginanya, dan kuusap-usap klitorisnya. Tubuh Kirsten agak sedikit melonjak sambil dia mengerang-erang kenikmatan.<br /><br />"Yeaah.. That's it.. That's it" desahnya sambil menggelinjang.<br />"Ini namanya klitoris, Frank. Ini daerah paling sensitif. Catat itu!" kataku. Franky tampak masih mengusap-usap kemaluannya sendiri melihat kekasih bulenya kukerjai.<br />"You want me to fuck you now?" tanyaku pada Kirsten yang terus menerus mengerang dan mendesah.<br />"Please.. Please.." jawabnya.<br />"But your boyfriend is looking" kataku lagi.<br />"I don't care. Please fuck me, sir.." Kirsten menjawab sambil meraba-raba buah dadanya sendiri. Tanganku masih mengusap-usap kemaluan gadis remaja cantik ini sementara mulutku menciumi pundaknya yang bersih mulus.<br /><br />Franky tiba-tiba berdiri dari kursi dan menuju Kirsten. Tangannya mengusapi rambut Kirsten sementara tangannya yang lain mulai membuka retsleting celana yang dikenakannya.<br /><br />"Hey!! Mau ngapain kamu? Nggak usah ikut-ikut. Balik duduk sana. Kamu lihat saja dulu!!" perintahku. Dengan menurut Frankypun kembali duduk menatap pacarnya yang sedang akan disetubuhi Oomnya.<br /><br />Kirsten mengarahkan kemaluanku ke vaginanya. Ketika dia merendahkan tubuhnya, sedikit demi sedikit kemaluanku pun memasuki tubuhnya.<br /><br />"Hmm.. Oh my god.. Ohh.." erangnya ketika vaginanya disesaki kemaluanku.<br />"You like that?" tanyaku.<br /><br />Kirsten tak menjawab, akan tetapi dia mulai menaik turunkan tubuhnya di atas pangkuanku. Badannya agak aku condongkan ke belakang hingga aku dapat menciumi bibirnya, tatkala kemaluanku memompa vagina ABG bule cantik ini. Tanganku menarik tanktopnya ke atas sehingga buah dadanya yang berayun-ayun menggemaskan dapat aku remas sepuas hati.<br /><br />"Perhatikan baik-baik Franky. Begini caranya memuaskan pacarmu!!" kataku di sela-sela erangan Kirsten.<br /><br />Setelah beberapa lama, aku turunkan tubuh Kirsten dari pangkuanku, dan kutarik dia menuju ranjang. Kurebahkan tubuhku di ranjang dan Kirsten kemudian menaiki tubuhku.<br /><br />"I want to ride your big dick. Is it Ok, sir?" tanyanya.<br />"Yes.. Do it. Let your boyfriend watch and learn!" kataku.<br /><br />Kembali vagina sempit Kirsten menjepit nikmat kemaluanku. Tubuh padatnya tampak naik turun menikmati kelelakianku, terkadang digesek-gesekkannya pantatnya maju mundur menambah sensasi nikmat yang aku rasakan.<br /><br />"Oh my god.. So big.. Yes.. Yess.. Oh yess.." erang Kirsten sambil terus memompa kemaluanku.<br /><br />Kulihat Franky sekarang sedang mengocok kemaluannya sendiri. Mungkin sudah tidak tahan dia melihat pacarnya aku setubuhi.<br /><br />"Ohh.. I am cumming.. Yeahh.." jerit Kirsten sambil menjatuhkan tubuhnya dipelukanku.<br /><br />Tampak butiran keringat membasahi keningnya. Kuusap rambutnya dan kuciumi wajahnya yang cantik itu.<br /><br />"OK I want to cum in your pretty face. Suck it again" perintahku.<br /><br />Kirstenpun kemudian menciumi wajahku, leherku kemudian menghisap puting dadaku. Kemudian dengan gaya menggoda, dia menjilati perutku dan terus menuju ke bawah. Tak lama kembali mulutnya menghisapi kemaluanku dengan bernafsu.<br /><br />"Look at your boyfriend while you are sucking my cock!!" perintahku.<br /><br />Kirsten pun menoleh ke kiri ke arah Franky sementara kemaluanku masih menyesaki mulutnya. Tangannya menyibakkan rambutnya sendiri, sehingga pacarnya dapat melihatnya dengan jelas ketika dia mengulum kemaluanku.<br /><br />"Ehmm.. Ehmm.." erangnya sambil tangannya mengocok bagian bawah batang kemaluanku yang tidak muat masuk ke dalam mulutnya.<br /><br />Aku memandang Franky sambil mengelus-elus rambut pirang pacarnya yang cantik ini. Tampak makin cepat Franky mengocok kemaluannya sendiri sambil menatap Kirsten yang sedang menghisapi kemaluanku.<br /><br />"Ahh" Tak lama Frankypun menjerit ketika dia mengalami orgasme. Sementara Kirsten, pacarnya, masih menikmati kemaluanku dengan lahap.<br />"Oh shit.. I am cumming.." jeritku.<br /><br />Kirsten membuka mulutnya ketika cairan ejakulasiku tersembur keluar mengenai wajah dan mulutnya.<br /><br />*****<br /><br />Mengenang kejadian itu, terasa nafsu birahiku timbul. Terlebih setelah melihat gambar di notebookku dimana seorang laki-laki sedang dihisap kemaluannya oleh seorang wanita, sementara dia melahap <a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">buah dada wanita</a> yang lain dengan rakusnya.<br /><br />"Masih ada waktu untuk melakukan seperti itu", pikirku setelah melihat jam tanganku. Memang sore itu aku ada janji untuk latihan driving dengan seorang teman.<br />"Lia.. Tadi bapak sudah pulang belum?" tanyaku lewat telepon pada sekretarisku.<br />"Sudah Pak.. Sehabis meeting tadi langsung pulang" jawabnya.<br />"Kalau gitu kamu kemari sebentar. Ajak Dian juga", perintahku lebih lanjut. Memang enak punya karyawati cantik.Sayanhttp://www.blogger.com/profile/05848885852258227008noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8758859776697967104.post-30676279109001628062009-10-07T21:34:00.000+07:002009-10-07T21:35:46.200+07:00Sex Education Homework - 2Aku segera melepaskan sabukku, Kathy menyusupkan jarinya memegang elastik celana pendeknya dan berhenti menungguku. Aku segera melepaskan kancing celana dan terus melepas celana jeanku. Penisku yang tegang langsung tampak mencuat dari dalam celana dalamku. Tiba-tiba mukaku merah padam, ternyata Kathy belum melepas celana pendeknya.<br /><a name='more'></a><br />"Hey! Ayoi! Kamu kan janji bersama-sama!"<br />"Oh, maaf. Aku lupa," kata Kathy sambil sorot matanya tidak lepas dari tonjolan penisku di celana dalamku.<br /><br />Kathy kemudian berbaring sambil melepas celena pendeknya melewati pinggulnya yang bulat indah. Tubuh kami berdua sekarang tinggal dibalut oleh <a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">celana dalam</a>. Aku benar-benar kagum dengan kemulusan kulit tubuhnya bagaikan kulit bayi, kuning kemerahan dan halus sekali.<br /><br />"Siap," kata Kathy.<br />"OK," kataku mantap.<br /><br />Aku benar-benar sudah tidak sabar lagi melihat tubuh seorang gadis yang telanjang bulat di depanku. Dan.. Hal itu benar-benar menjadi kenyataan ketika Kathy pelahan-lahan melepas celana dalamnya, bersamaan dengan kuturunkan celana dalamku melewati kakiku.<br /><br />Dan kemudian kami berdua sama-sama terbengong-bengong melihat tubuh telanjang di depannya. Kulit tubuh Kathy benar-benar mulus, lekukan tubuhnya benar-benar mempesona. Ketika sudut mataku melihat ke Kathy, kulihat wajahnya merah padam dan sorot matanya menjelajahi seluruh tubuhnya. Sepertinya wajahnya jadi semakin cantik dan oohh.. Sepasang bukit dadanya benar-benar mengagumkan dan menggetarkan hatiku, tapi.. Bagian bawahnya.. Kulihat rambut kecil-kecil halus berwarna pirang menutupi cembungan dipangkal pahanya. Tapi tidak ada lagi yang bisa kulihat, sepertinya semuanya tersembunyi dibalik rambut halus itu.<br /><br />"Wow," seru Kathy.<br />"Berbaringlah terlentang, aku ingin bisa melihatnya dengan jelas."<br /><br />Aku tidak bisa menolaknya, aku terlentang sambil memperhatikan Kathy. Dia bergeser mendekati diriku. Sepasang bukit dadanya ikut bergoyang, pemandangan yang menakjubkan sekali. Aku tidak memperhatikan tangannya sampai ketika jari-jarinya mengelus batang penisku dengan lembut."Oh besar sekali, keras, tapi kulitnya lembut sekali." kata Kathy sambil tangannya menjelajahi seluruh bagian penisku, meremas dan mengusap-usapnya dengan lembut.<br /><br />"Ouchh!" erangku. Sepertinga tubuhku melambung tinggi..<br />"Benar-benar luar biasa," desis Kathy benar-benar terpesona menyaksikan penisku yang tegang kukuh dan keras. Kurasakan jari-jari Kathy mengocok-kocok batang penisku naik turun dengan penuh gairah. Aku tidak pernah melihat penisku menjadi sebesar itu, sepertinya penisku telah mengembang secara maximum. Mataku tertutup rapat-rapat.. Mulutku mendesah-desah tanpa dapat kukendalikan lagi,<br /><br />"Ooohh.. Aaahh.." aku benar-benar tidak pernah merasakan senikmat ini.<br />"Kau senang aku beginikan?" bisik Kathy dengan suara genit.<br /><br />Gerakan tangannya naik-turun semakin cepat sampai pinggulku terangkat-angkat menahan nikmat dan geli luar biasa. Akhirnya aku tak dapat menahan lagi, dengan diiringi teriakkan nyaringku, spermaku meledak dan menyembur kuat keudara beberapa kali. Inilah untuk pertama kalinya aku mengalami orgasme. Kathy juga berteriak tertahan dan meloncat menjauhiku, gadis ini benar-benar terkejut melihat spermaku yang begitu dasyat menyembur keudara dan sebagian jatuh menimpa tangan, paha dan dadanya.<br /><br />Beberapa saat aku terkulai lemas. Sepertinya aku sempat tak sadar beberapa detik. Begitu pula Kathy, gadis ini terbengong-bengong melihat kejadian yang benar-benar tak pernah terbayangkan olehnya.<br /><br />"Apa.. Apa yang terjadi??" kata Kathy terbata-bata.<br />"A.. A.. Aku tidak tahu. Aku tidak pernah mengalami seperti ini sebelumnya." kataku tergagap-gagap.<br /><br />Setelah berpikir beberapa saat Kathy berkata pelan.<br /><br />"Aku tahu. Kau mengalami orgasme." katanya sambil mengusap-usap cairan kental spermaku yang berhamburan kemana-mana.<br />"Ini adalah sperma. Tapi aku benar-benar tidak menduga proses keluarnya begitu luar biasa."<br />"Yeah, memang sangat luar biasa. Aku merasakan kenikmatan yang luar biasa dan sulit kugambarkan." kataku.<br />Kathy tertawa genit.<br />"Itu karena aku! Aku yang membuatmu sampai orgasme! Tadinya aku khawatir, kau mengerang-erang seperti kesakitan."<br />"Yeah. Benar-benar luar biasa. Jari-jari tanganmu juga luar biasa" kataku sambil melihat tubuh moleknya yang telanjang bulat. Dan akupun tak ingin membuang tempo lagi.<br /><br />"Hey. Sekarang gantian aku!! Cepat kamu berbaring" kataku.<br />"Tapi.. Tapi kau pelan-pelan ya??" kata Kathy."Aku takut."<br />"OK, jangan khawatir, aku tak akan menyakitimu."<br /><br />Ya Tuhan, inilah hari bersejarahku sebagai seorang laki-laki. Dihadapanku berbaring terlentang sesosok tubuh gadis yang luar biasa cantiknya telanjang bulat. Mataku benar-benar termanjakan dengan pemandangan yang benar-benar menakjubkan.<br /><br />Pelahan-lahan kuusap cairan spermaku yang menempel di bukit kecil di dada Kathy. Tanganku sampai gemetaran meraba kulit kenyal dan halus di sepasang bukit indah itu. Puttingnya yang kecil jadi mengeras ketika tanganku mengelus-elusnya. Apalagi ketika puting itu kepegang dan kupilin-pilin lembut, Kathy mengerang lembut. Hatiku sampai berdesir mendengar erangan aneh itu. Sepertinya mengandung kekuatan magis yang membangkitkan kembali gairahku.<br /><br />Kuturunkan tanganku menelusuri perutnya kebawah sampai daerah pangkal pahanya. Kuusap-usap rambut halus pirang disana. Rambut yang panjangnya sekitar 1/4 inci itu sangat lembut. Aku tidak menduga didaerah itu bisa tumbuh rambut. Ujung jariku kususupkan ke celah-celah yang membelah vertikal gundukan kecil di pangkal pahanya. Daerah itu ternyata basah oleh cairan lendir.<br /><br />"Buka lagi pahamu, aku tidak bisa melihat apa-apa disini."<br /><br />Ketika Kathy membuka lagi pahanya, tampaklah celah-celah yang berwarna pink yang mengkilat basah oleh cairan lendir.<br /><br />"Wow!!"<br /><br />Benar-benar pemandangan yang luar biasa, aku tidak pernah membayangkan seperti itu bentuk vagina seorang gadis. Kudekatkan wajahku agar bisa melihat lebih jelas daerah misterius yang sudah lama ingin kulihat. Kucium aroma khas yang segar dan juga cukup harum. Kukita Kathy sangat rajin membersihkan daerah itu. Tapi kembali aku tak bisa melihat apa-apa selain celah vertikal yang tertutup. Dengan hati-hati kususupkan jari-jariku kebibir vertikal yang cukup tebal itu, kurasakan kebasahan dan kehangatan didaerah itu.<br /><br />Pinggul Kathy terjungkit-jungkit setiap kali kugosok celah-celah itu, bibirnya setiap kali juga mengeluarkan desahan-desahan aneh yang merangsang pendengaran, apalagi ketika ujung jariku menyentuh tonjolan clitorisnya. Sepertinya daerah tersebut sangat sensitif seperti juga sulit penisku, dan Kathy juga merasakan nikmat yang tak kalah bebatnya seperti ketika Kathy mengusap penisku. Aku jadi semakin bersemangat menggerakkan jariku menyusuri celah-celah itu.<br /><br />Akhirnya mataku melihat lubang kecil berwarna merah muda dibawah tonjolan clitorisnya. Dari lubang itulah cairan bening itu keluar. Lubang itu cuma sebesar ujung jari kelingkingku. Aku yakin itulah yang disebut vagina yang tadi ditunjuk oleh Kathy, dan di buku dikatakan bahwa penis dimasukkan ke lubang itu. Tapi koq begitu kecil? Kumasukkan ujung jariku ke lubang itu, terasa hangat dan ketika kugerak-gerakkan tiba-tiba aku sangat terkejut, sepertinga ujung jariku terhisap oleh lubang itu. Aku jadi penasaran sekali, ketika akan kumasukkan lagi tiba-tiba Kathy membentakku.<br /><br />"Hey! Apa yang kamu lakukan?!" katanya sambil melompat ketika ujung jariku kumasukkan lebih dalam.<br />"I just want to see what it feels like.", I said, still pushing. Now, it was past the first knuckle.<br />"Aku hanya ingin tahu lubang apa itu.", kataku sambil terus mau memasukkan ujung jariku lagi.<br />"Cut it out!" she was squirming. I kept pushing. She moaned and said again, but more softly,<br />"Keluarkan cepar keluarkan." kata Kathy panik.<br /><br />Ujung jariku seperti menabrak suatu dinding dan ketika kudorong lagi.<br /><br />"Auw.. aduh stop!!" Jerit Kathy kesakitan. Dengan gugup kutarik ujung jariku keluar lubang kecil dan sempit itu.<br />"Itukan lubang dimana penis dimasukkan bukan??" kataku mencari kepastian.<br />"Mungkin."<br /><br />I started pushing my finger into her again,"Does it feel like a penis?"<br /><br />Aku memulai mendorong lagi jariku ke dalam lubang itu,<br />"Apakah seperti dimasukkan penis?" tanyaku lagi. Pinggul Kathy kembali menggeliat-geliat.<br />"Aduuhh stop, stop please!" Rintih Kathy.<br /><br />Aku ingat ketika singa jantan memasukkan penisnya kevagina singa betina. Tapi Kathy sepertinya merasa kesakitan dan keenakan sekaligus. Kini jariku kugerakkan keluar masuk. Lubang itu begitu sempit dan ketat menjepit ujung jariku. Cairan lendir semakin banyak keluar. Kulihat Kathy tidak lagi kesakitan, cuman mulutnya tak henti-hentinya mendesis keenakan dan tubuhnya menggeliat-geliat begitu menggairahkan.. Sampai tiba-tiba tubuhnya menggigil dan mengejang,<br /><br />"Aaahh.. Ooohh," jeritnya nyaring sambil menarik tanganku dari liang itu.<br />"Apa yang terjadi??" tanyaku keheranan.<br />"Entah, ahh." Desah Kathy dengan nafas tersegal-segal.<br />"Mungkin aku orgasme," bisik Kathy sambil tersenyum manis sekali.<br />"Ohh, kupikir memang benar penis harus dimasukkan ke lubang itu," kataku, "Tapi aku tidak yakin lubang itu terlalu kecil untuk ukuran penis."<br />"Kenapa tidak?" kata Kathy sambil melihat penisku yang mulai membesar dan menegang lagi.<br />"Penis terlalu besar. Ujung jariku saja sudah sulit masuk, apalagi penis yang ukurannya jauh lebih besar dan panjang."<br /><br />Kathy meraih kembali penisku.<br /><br />"Yeah aku tahu maksudmu."<br /><br />Dia memperhatikan penisku dengan seksama sambil mengusap-usapnya. Sepertinya dia sangat sangat tertarik dan menyukai penisku itu, seperti barang antik yang sangat berharga.<br /><br />"Jika tidak cukup, paling tidak kita bisa mencobanya untuk meyakinkan samapi sejauh mana." kata Kathy sambil melirik ke arahku, senyuman genis tersungging dibibirnya.<br />"Apa kau pikir cukup aman?" tanyaku ragu-ragu. Tentunya aku sangat senang melakukannya, tapi aku khawatir Kathy akan kesakitan.<br />Kathy kembali berbaring terlentang dan pahanya dibuka lebar.<br />"Yakin. Bila tidak muat dimasukkan ke dalam milikku, maka kita akan mencari cara lainnya. Apapun juga kamu bisa ejakulasi, dan itu tidak akan menbuatku hamil karena tidak masuk ke dalam."<br /><br />Aku segera menempatkan pinggulku diantara kedua pahanya. Terasa hangat, basah dan lembut. Kugerak-gerakkan ujung penisku untuk menemukan lubang itu, begitu menyentuh lubangnya, kutekan sedikit, kemudian kugerakkan pinggulku sambil terus menekan. Sepasang bukit dadanya mengeras, putingnya menusuk dadaku. Kedua tangannya merangkul leherku. Kami kembali berciuman. Tubuh kamu saling menekan dan menggesek.<br /><br />Kathy ketawa genit sambil berbisik, "Aku sangat senang kamu ada disini, dalam posisi seperti ini," katanya sambil memelukku dengan mesra sekali.<br /><br />Kami terus saling menggesek dan menekan, tangan kami juga saling mengelus dan meremas-remas. Nafas kami semakin cepat dan tubuh kami juga semakin panas, peluh kami mulai membasahi tubuh kami. Ini benar-benar luar biasa. Gesekan-gesekan itu demikian nikmatnya. Tapi usaha penisku untuk masuk ke lubang itu selalu gagal.<br /><br />"Masih belum bisa masuk?" Bisik kathy.<br />"Coba kutekan agak keras lagi," kuangkat sedikit pinggulku, kemudian kutekan keras, tapi ternyata malah meleset kesamping.<br />"Uhh.." desis Kathy.<br />"Coba kubantu," bisik Kathy sambil tangannya meraih batang penisku, kemudian ditempatkan tepat di gerbang liang vaginanya.<br />"Tekan!!" kata Kathy.<br />"Yeah," kataku sambil menekan pinggulku cukup kuat.<br /><br />Kuangkat sedikit lagi, kembali kutekan lebih keras sambil tangan Kathy mengarahkan penisku. Kurasakan liang itu semakin mengembang dan tiba-tiba sebagian ujung penisku berhasil melesak ke dalam.<br /><br />"Stop!" teriak Kathy.<br />"Ohh.." keluhku, sambil menghentikan gerakanku.<br /><br />Kepala penisku yang bulat sudah berhasil masuk keliang vagina Kathy. Begitu ketatnya liang itu seperti mengunci ujung penisku.<br /><br />"Ujung penisku sudah berhasil masuk," bisikku.<br />"Ya, aku tahu. Aku dapat merasakannya." kata Kathy.<br /><br />Pelahan kutarik sedikit penisku pelan-pelan, kemudian kutekan lagi dengan tekanan lebih kuat. Begitu kulakukan berulang-ulang sampai ujung penisku tiba-tiba menabrak kuat dinding penghalang disana.<br /><br />"Ahh, stop, kita sebaiknya berhenti, ohh jangan!" kata Kathy terbata-bata.<br /><br />Meskipun mulutnya mengatakan jangan, tapi kurasakan pelukan Kathy malah semakin erat, dan pinggulnya pun bergerak mengimbangi tusukannku.<br /><br />"Kita sebaiknya berhenti.. Kita, ohh stop!" rintih Kathy.<br />"Yeah." kataku, tapi penisku tidak mau berhenti. Tekanan pinggulku makin lama makin kuat sehingga akhirnya..<br />"Aaahh.. ADUH!! Ohh.. Aaahh," jeritan Kathy melengking kuat ketika penisku berhasil menembus benteng penghalang itu. Batang penisku tenggelam seluruhnya ke dalam liang yang sudah tidak perawan lagi, sampai bola testicle-ku menekan pangkal pahanya. Jeritan Kathy dan cengkeraman kukunya mencengkeram kuat di pundakku dan pahanya memeluk kuat kuat pinggulku membuatku benar-benar terkejut.<br /><br />"Aduh! stop, stop!" jerit Kathy.<br /><br />Kurasakan jepitan liang vagina Kathy yang begitu kuat dan ketat sekali, kurasakan juga denyutan-denyutan dinding liang itu seperti menyedot penisku, dan kurasakan kehangatan disana.<br /><br />"Kathy. Penisku sudah masuk semua." kataku sambil terengah-engah.<br />"I can tell. It hurt. A lot."<br />"Aku bilang stop! Sakit sekali tahu!" bentak Kathy. Kulihat wajahnya merah padam dan air matanya mengalir membasahi pipinya.<br />"Maafkan aku Kathy. Aku tidak bisa mengendalikan diriku."<br />"OK. Bisa kamu tarik keluar sekarang?"<br />"OK.." Aku cabut penisku pelan-pelan, Kathy merintih, kutekan lagi pelan-pelan dan kembali kutarik lagi sedikit. Kurasakan sesasi gesekan antara penisku dan dinding liang vagina Kathy begitu luar biasa nikmatnya. Tubuhku sampai menggigil menahan geli dan nikmat yang teramat sangat.<br /><br />"Kathy, sebaiknya jangan dilepas," bisikku.<br />"Ya, aku tahu.." desah Kathy sambil menggerakkan pinggulnya keriri-kanan mengikuti gerakan pinggulku. Tangan Kathy kembali memelukku erat-erat. Seperti juga aku, sepertinya Kathy juga merasakan sensasi kenikmatan yang sangat luar biasa. Dia ingin menghentikannya, tapi kenikmatan itu sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Dan tiba-tiba kembali tubuh Kathy mengejang sambil mengerang cukup keras, ketika Kathy mencapai orgasmenya yang kedua kali. Kathy sepertinya mengatakan sesuatu kepadaku, tapi tidak jelas, akhirnya ia menggigit pundakku.<br /><br />Diding liang vaginanya berdenyut-denyut kuat, membuat penisku tersedot-sedot dan sepertinya aku juga tidak kuat lagi menahan diri. Kutekan penisku dalam-dalam dan..<br /><br />"Aaahh.." spermaku menyembur kuat berkali-kali didasar liang vagina Kathy.<br /><br />Entah berapa lama kami terkulai sambil berpelukan, penisku masih tertanam diliang vagina Kathy..<br /><br />Ketika kami sadar, segera kutarik penisku yang sudah mengecil itu. Kulihat cairan spermaku bersama cairan vagina Kathy berhamburan dimana-mana. Dan cairan itu berwarna merah.. Memang benar-benar darah Kathy yang bercampur cairan sperma.<br /><br />"Ya ampun, Kathy, aku benar-benar melukaimu, maafkan aku Kathy," seruku panik.<br />"Ohh tidak!" jerit Kathy sambil melihat ke vaginanya.<br />"Kamu ejakulasi di dalam lubang vaginaku!! Kau masukkan spermamu di dalam! Aduh, kamu bisa membuatku hamil!!"<br /><br />Cepat-cepat kuperiksa vagina Kathy. Tidak kelihatan ada luka disana, tapi darah keluar dari liang vaginanya. Aku yakin, pasti bagian dalam liang vagina itu ada yang luka.<br /><br />Akhirnya kami memutuskan untuk tidak menceritakan kepada orang lain kalau Kathy sembuh nanti. Kami cuman bisa menunggu untuk melihat apakan Kathy hamil atau tidak. Kami segera berpakaian dan aku segera lari pulang kerumah. Sampai beberapa minggu kami berdua dihinggapi perasaan takut. Dan Kathy pun sepertinya takut untuk menemuiku. Dia selalu menghindar kalau melihatku.<br /><br />Kami memang tidak pernah menceritakan kejadian itu kepada orang lain, dan kami juga tidak pernah melakukan <a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">hubungan sex</a> lagi, tapi kami masih berteman sampai beberapa tahun, sampai akhirnya aku pindah ke Denver. Tapi aku tidak pernah melupakan hari bersejarah yang sangat menakjubkan itu!!Sayanhttp://www.blogger.com/profile/05848885852258227008noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8758859776697967104.post-88131302514854878912009-10-07T21:33:00.000+07:002009-10-07T21:34:19.281+07:00Sex Education Homework - 1Kami kehilangan keperjakaan dan keperawanan kami bersama-sama. Hal itu terjadi ketika usiaku baru menginjak 11 tahun, pada akhir sekolahku di kelas 5. Memang tidak terlalu mengejutkan kalau dipelajari karena pasanganku adalah tetanggaku Kathy, yang usianya setahun diatasku, dan duduk dikelas 6.<br /><a name='more'></a><br />Kita berdua satu sekolah di pinggir kota Chicago dan kami sudah bersahabat sejak tiga tahun sebelumnya. Sampai kemudian aku menganggapnya lebih dari sahabatku lainnya. Kathy agak tomboy, dia biasa bermain mainan yang biasanya dikerjakan anak laki-laki. Sampai kemudian tubuhnya berkembang seperti selayaknya seorang gadis, dan akupun mulai kikuk kalau sedang bersamanya, tanpa kuketahui dengan jelas apa sebabnya.<br /><br />Ibu Kathy telah cerai dan harus bekerja siang hari pada suatu rumah makan. Keadaan ini semakin menyenangkan buat kami, karena kami berdua biasa ditinggalkan sendirian berjam-jam pada siang hari. Biasanya kami hanya sebatas duduk bersama sambil berbincang-bincang seperti anak-anak lain pada umumnya. Tapi sore ini terjadi keadaan yang berbeda.<br /><br />Hari itu kami baru mendapatkan pelajaran pendidikan-sex di sekolah. Pada jaman itu, setahun sekali anak laki-laki dan perempuan dipisahkan untuk mendapatkan 'pendidikan seks'. Sebenarnya pelajaran itu berupa pelajaran biologi dengan sedikit tambahan informasi tentang masalah sex. Informasi tersebut cukup rinci dengan dilengkapi pula dengan buku saku dengan judul 'Apa yang harus diketahui anak laki-laki' atau 'Apa yang harus diketahui anak perempuan'.<br /><br />Disana tidak dijelaskan secara gamblang tentang aktivitas sex. Secara alami anak laki-laki selalu ingin tahu apa yang telah diajarkan kepada teman-teman perempuannya, demikian pula sebaliknya anak-anak perempuan ingin tahu apa yang telah diajarkan ke teman-teman laki-lakinya. Demikian pula yang kami perbincangkan hari itu.<br /><br />Kami berdua berada di dalam kamar Kathy, di atas tempat tidurnya yang berukuran besar, terbuat dari kayu jati yang nyaman. Kami duduk berhadapan, Kathy membaca buku sakuku sedang aku membaca buku sakunya.<br /><br />"Kathy, kamu mendapatkan bahan banyak banyak dari yang kuperoleh. Contohnya lihat ini, ada proses haid dan Kotex!"<br />"Tapi mereka tidak benar-benar menceritakan secara jelas. Aku pikir kita telah memiliki gambar atau semacam anu."<br /><br />Aku benar-benar sangat mengharapkan, karena aku belum pernah melihat tubuh perempuan yang telanjang dan seperti apa bentuk anunya dibawah sana. Kathy memakai T-Shirt dan celana pendek, aku bisa melihat betuk lengkungan bukit dadanya yang kecil, dan samar-samar aku juga bisa melihat garis celah-celah diantara pahanya yang tertutup oleh celana ketatnya.<br /><br />"Aku tidak mengetahui mengapa mereka menyebutnya pendidikan-seks. Padahal disini tidak menerangkan bagaimana cara melakukannya."<br />"Siapa bilang? Mari kutunjukan kepadamu," kata Kathy sambil membungkukkan punggung dan meletakkan buku dihadapanku.<br /><br />Kucium keharuman shampo rambutnya yang membuatku terangsang. Aku pun merasakan ketegangan anuku didalam celanaku. Tapi aku mengharapkan semoga dia tidak menyadari apa yang sedang kurasakan.<br /><br />"Lihat! Disini dikatakan penis laki-laki akan tegang kaku dan keras. Sehingga bisa dimasukkan ke vagina perempuan, yang lembut dan mudah mengembang. Ketika dia ejakulasi, cairan sperma yang berisi jutaan sel masuk ke vagina perempuan dan membuahi telur."<br />"Itu sudah ceritakan banyak kepadaku," katanya dengan menyindir,"Seperti dimana letak liang vagina itu? Bagaimana cara penis memasukinya?"<br /><br />Sebenarnya aku agak malu mendengar secara fulgar kata-kata itu di depan seorang gadis, sehingga wajahku menjadi merah padam dan penisku semakin menonjol keluar celanaku. Kathy membuka lagi lembar lainnya dan menunjukkannya kepadaku suatu baris gambar.<br /><br />"Disini tempatnya," katanya sambil menunjuk kesuatu gambar.<br />"Sudah jelas apa yang kumaksudkan? Tidakkah sudah cukup jelas yang kamu cari?" kata Kathy.<br /><br />Tiba-tiba sebuah ide masuk keotakku dan aku harus memutuskan untuk mengambil resiko.<br /><br />"Dimana milikmu?"<br /><br />Aku hampir tidak percaya bahwa aku benar-benar berani mengucapkannya. Aku tahu aku telah melakukan sesuatu yang bodoh, yang bisa diceritakan Kathy kepada teman-temanku disekolah.<br />Kathy melirikku dengan ekor matanya beberapa saat. Dia kibaskan rambutnya kebelakang dan menyisihkan rambut yang menutupi wajahnya. Kemudian merebahkan punggungnya dan tangannya digerakkan ketempat diantara kedua pahanya. Aku hampir tidak berani memandang ke arah bagian tersebut. Kemudian disusupkannya disuatu tempat di celananya.<br /><br />"Disini tempatnya."<br /><br />Waktu terus berjalan dengan cepat dan aku tidak tahu harus berbuat apa lagi. Aku Cuma tertawa dan berkata, "Itu bukan sangat dekat seperti apa yang dikatakan di buku!"<br /><br />Kathy juga tertawa, dan aku bisa merasakan 'anuku' semakin membesar. Kami berdua melanjutkan membuka lembar lainnya sambil memperbincangkan lebih lanjut. Aku jadi grogi ketika Kathy kemudian berkata,"Jadi bagaimana penis bisa muat kalau dimasukkan kesana? Seperti yang dikatakan buku ini. Apa betul?"<br /><br />Ya ampun! Dia sedang memperbincangkan 'anuku'! Aku menelan ludah beberapa kali sambil berkata,<br /><br />"Kecuali, ketika penis sudah keras dan tegang."<br /><br />Aku merasa jantungku berdebar semakin keras. Aku hampir tidak percaya apa yang sedang terjadi! Itu tidak seperti yang sering aku impikan. Aku belum mulai onani, dan proses ke arah sana terus berlangsung dengan cepat.<br /><br />"Aku masih tidak paham bagaimana caranya penis bisa masuk kesana. Si perempuan mestinya tidur di atas meja atau apa saja sedang laki-laki dalam posisi berdiri."<br />"Aku sempat menyaksikan 'Wild Kingdom' semalam dan melihat dua singa melakukan itu. Cukup menarik."<br />"Bagaimana cara mereka melakukan itu?" Tanya Kathy penasaran.<br />"Singa betina duduk sana dan singa jantan duduk dibelakangnya. Kukira ia menaruh penisnya dari belakang."<br />"Mana bisa?" kata Kathy dengan nada meremehkan yang membuatku marah. Kami memang selalu bersaing dan saling mencintai.<br />"Benar, Aku melihatnya dengan jelas."<br />"Tidak masuk akal, lihat" kata Kathy sambil tubuhnya memberangkang dengan perut menyentuh kasur.<br />"Dengan posisi seperti ini bagaimana bisa masuk?"<br />"Singa betina bukan berbaring seperti itu. Kakinya ada dibawahnya," kataku sambil memperagakan posisi singa betina setengah berjongkok dengan tangan bertumpu pada kasur.<br />"Sama saja tetap tidak bisa. Lihat?" Kathy memposisikan kakinya dan sikutnya berada dibawah dadanya. Pantatnya diangkat, sehingga bulatan pinggulnya nampak jelas dibungkus celananya yang ketat.<br />"<a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">Vagina</a>ku tepat disini." Tangannya digerakkan diantara kedua pangkal pahanya dan kulihat cembungan ditempat tersebut.<br />"Jika penis ditusukkan kesini, tidak akan bisa menjangkaunya."<br /><br />Aku yakin bahwa aku yang benar, dan aku harus membuktikannya.<br />"Kenapa tidak, coba lihat," kataku sambil memposisikan tubuhku dibelakang Kathy seperti singa jantan, dan penisku kutempelkan dibulatan pantatnya.<br />"Hey, apa yang kau lakukan??" tanya Kathy dengan wajah merah padam.<br />"Membuktikan bahwa aku benar. Begini." kataku sambil mendorong dan menggesekan tonjolan penisku pada bulatan pantatnya. Kurasakan sensasi kehangatan menyentuh bagian tonjolan penisku.<br />"Penis akan ditusukkan dari sini, begini." Kuletakkan jari telunjukku mengacung diposisi penisku, kemudian kugerakkan pinggulku kedepan sehingga ujung telunjukku menusuk kepangkal pahanya.<br /><br />"Ya, tapi tetap saja tidak bisa," kata Kathy tidak puas.<br />"Hey, aku tahu! Tunggu, jangan bergerak. Pindahkan posisi kakimu diantara kakiku, nah sekarang gerakkan maju."<br /><br />Dengan berlandaskan lutut aku berdiri diantara kedua paha Kathy, kugerakkan pinggulku kedepan sehingga ujung jari telunjukku menyentuh cembungan dipangkal paha Kathy.<br />"Ohh," desah Kathy. Pinggulnya terjungkit ketika ujung jariku menusuk tepat di vaginanya.<br />"Begitu sudah tepat di vaginanya, singa jantan kemudian menindih tubuh singa betina, sambil menusukkan penisnya kedepan."<br /><br />Kurebahkan tubuhku dipunggung Kathy sambil menggerakkan pinggulku maju mundur. Jariku kutusuk-tusukkan ke vagina Kathy. Aku hampir tidak percaya dengan apa yang kulakukan, kenyataannya jari telunjukku sedang menusuk dan menggosok bagian paling rahasia Kathy! Penisku jadi semakin tegang dan kalau diteruskan lagi sepertinya aku bisa orgasme. Aku tak tahu apa yang Kathy rasakan, yang pasti tubuhnya ikut menggeliat-geliat setiap kali kusentuh vaginanya. Akhirnya Kathy sadar akan keadaan kami, tubuhnya kemudian dibalikkan dan menjauh.<br /><br />"OK, aku tahu yang kau maksudkan. Kau mungkin benar. Tapi kupikir manusia tidak melakukan dengan cara seperti itu."<br /><br />Aku terduduk dengan wajah merah padam, sejenak kutenangkan diriku agar Kathy tidak tahu apa yang sedang bergolak pada diriku."Aku tidak mengatakan begitu, aku hanya mengatakan bahwa dengan cara seperti itu bisa dilakukan. Disamping itu apa ada cara lain untuk melakukan itu.<br /><br />"Aku pernah melihat sesuatu di TV dengan Mamaku, tapi dia segera merubah channel sebelum aku sempat melihatnya dengan jelas." kata Kathy<br />"Apa itu?"<br />"Mereka berada dibawah selimut sehingga aku tidak bisa melihatnya dengan jelas. Tetapi perempuannya jelas sedang berbaring terlentang, seperti ini," kata Kathy sambil berguling terlentang, dengan kedua pahanya direnggangkan.<br />"Dan ada seorang laki-laki menindihnya dari atas."<br />"Tidak, dia tidak akan bisa berbuat sesuatu!" kataku penasaran.<br />"Kenapa tidak? Mari kita coba!"<br /><br />Aku benar-benar khawatir. Aku tidak ingin melukai Kathy. Tapi aku ingat katika bermain bola, kathy pernah ditindih beberapa anak laki-laki yang ternyata tidak apa-apa. Tapi ada sesuatu yang membuatku berdebar-debar, dengan posisi itu aku akan bisa bergesekan lebih banyak dengan gundukan kecil di pangkal paha Kathy. Daerah itu terasa hangat dan telah menghipnotisku sehingga sempat bembuatku hampir orgasme.<br /><br />"Sekarang berbaringlah di atasku," kata Kathy.<br /><br />Aku merebahkan diri menindih tubuhnya dengan bertumpu pada kedua tanganku. Kurasakan sepasang bukit di dadanya menusuk dadaku! Desah nafasnya menyapu wajahku dan kucium keharuman rambutnya, demikian juga kehangatan yang terpancar dari pangkal pahanya. Aku benar-benar terangsang berat, apalagi ketika kedua tangannya merangkul leherku sehingga tubuh kami berhimpitan.<br /><br />"Kamu menyukai posisiku seperti ini?" bisikku dengan suara bergetar.<br />"Yeah. Sepertinya nyaman," bisik Kathy. Mata kami saling pandang, 1001 perasaan bercampur aduk. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan sampai Kathy berbisik,<br />"Kamu pernah mencium seorang gadis?"<br />"T.. Tidak pernah," jantungku berdebar keras, aku tidak pernah sedekat ini dengan Kathy. Wajahnya yang manis sekali tampak merah padam, tapi malah kelihatan semakin cantik. Tubuhnya yang harum, padat tapi lembut sekali.<br />"Aku juga," kata Kathy, kemudia kita tertawa bersama.<br />"Maksudku aku tidak pernah mencium seorang laki-laki, tapi.."<br /><br />Tiba-tiba Kathy menarik wajahku dan.. Bibirku bersentuhan dengan bibirnya.. Kami berciuman sambil menutup mata, bibir kami saling bergesekan, saling menghisap dan lidah kami saling menyentuh dan membelai.. Wow, sesuatu yang sangat luar biasa!! Getaran sentuhan bibir kami sampai terasa kesekujur tubuh kami, terasa niimaat sekali, sulit kami gambarkan dengan kata-kata. Ciuman itu terhenti karena kami kehabisan napas.<br /><br />"Ohh, luar biasa, manis sekali," desahku.<br />Tapi tiba-tiba aku terkejut ketika Kathy malah tetawa genit.<br />"Mnn.. Mmmhmm." tawanya yang genit lagi.<br />"Apa yang sangat lucu?" tanyaku penuh tanda tanya.<br />"Aku dapat merasakan kamu." kata Kathy sambil tersenyum manis.<br />"Tapi? Aku dapat merasakan kamu juga." kataku masih bingung.<br />"Tidak, maksudku aku dapat merasakan anumu.. Um.. Penismu. Aku merasakan benar-benar sangat keras."<br /><br />Aduh! Aku benar-benar telah melupakan! Aku benar-benar bodoh luar biasa, dan Kathy bisa ceritakan teman-temanku! Aku bisa sangat malu, tapi hal itu terjadi tanpa dapat kukendalikan.<br /><br />"Oh.. Aku.. Minta maaf, aku benar-benar tidak sengaja, itu terjadi dengan sendirinya, tanpa dapat kucegah." kataku terbata-bata, sambil bergerak mengangkat pinggulku.<br />"Hey, Aku tidak keberatan koq." kata Kathy, sambil melipat kakinya memeluk pinggulku, sehingga aku tidak bisa bangun, dan kurasakan tonjolan penisku semakin merapat erat dengan cembungan vaginanya.<br />"Aku.. Aku tidak tahu. Itu kadang-kadang terjadi dengan sendirinya." kataku mencoba untuk menerangkan keadaanku.<br />"Benar? Bagus sekali." kata Kathy sambil menggerak-gerakkan pinggulnya sehingga aku semakin terangsang.<br />"Seberapa besarnya?" bisik Kathy.<br />"Apanya?!" tanyaku agak panik.<br /><br />Kathy tertawa genit, dia senang melihat kebingunganku.<br /><br />"Seberapa besarnya mm penismu? Aku merasakan cukup besar. Aku hanya tidak bisa memahami apakah anunya seorang gadis bisa dimasuki yang sebesar itu?<br />"Aku tidak tahu, aku juga tidak pernah memikirkan seberapa besarnya."<br />"Coba kulihat," kata Kathy.<br /><br />Hatiku semakin berdebar-debar, Kathy ingin melihat penisku! Apakah aku harus telanjang bulat di depan seorang gadis? Tidak!<br /><br />"Ayolah, biarkan aku melihatnya, please?"<br /><br />Tunggu dulu. Ini adalah kesempatanku untuk melihat seorang gadis telanjang. Ini benar-benar sesuatu yang luar biasa! Tapi aku tidak yakin Kathy membolehkan aku melihatnya. Tapi ternyata Kathy mau! Kathy juga benar-benar ingin melihatku telanjang. Hanya untuk melihat, tanpa berbuat apa-apa lagi!<br /><br />"OK, kamu dulu." kataku.<br />"Tidak, kita sama-sama." katanya.<br /><br />Ini memang adil. Aku segera membuka bajuku, demikian pula Kathy. Detak jantungku terasa semakin cepat. Aku pernah melihat Kathy dalam pakaian renang, tapi ini benar-benar luar biasa. Sambil melepas bajuku, mataku tidak pernah lepas dari bra-nya yang berwarna putih, dan juga kulit tubuhnya yang kuning mulus. Aku benar-benar tidak pernah membayangkan begitu luar biasa, apalagi ketika Kathy membuka kaitan bra-nya dan melepaskannya.. Jantungku seakan berhenti bertetak..<br /><br />Akhirnya aku benar-benar melihat buah dada seorang gadis!! Bulat, putih bagai cream, puting kecil berwarna pink yang mencuat indah sekali. "Mmm." Guman Kathy menyadarkanku. Kathy tersenyum-senyum malu melihatku terbengong-bengong melihat kemulusan buah dadanya.Sayanhttp://www.blogger.com/profile/05848885852258227008noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8758859776697967104.post-54671471814092473702009-09-30T10:18:00.000+07:002009-09-30T10:19:54.724+07:00Surabaya IndahPagi ini aku sedang membereskan pakaianku untuk dimasukkan ke dalam koper. Ayahku memperhatikan dengan wajah sedih karena aku satu-satunya anak lelakinya harus pergi demi meraih masa depanku. Aku akan tinggal di Surabaya bersama Tante dan Oomku.<br />"Papa harap kamu bisa menjaga diri dan berbuat baik, menurut pada Oom Benny dan TanteLenny.." kata papaku.<br />Aku hanya diam menoleh menatap papaku yang nampak kurang bersemangat karena kepergianku, lalu kupeluk papaku.<br />"Saya tidak akan mengecewakan Papa.." kataku sambil menuju ke pintu.<br /><a name='more'></a><br />Aku naik angkot menuju ke terminal bus. Ketika sudah di atas bus, aku membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya sambil berharap semoga cita-citaku dapat tercapai. Sesampainya di terminal, aku melanjutkan dengan naik angkot menuju perumahan mewah di daerah Darmo.<br />"Apa ini rumahnya..?" kataku dalam hati.<br />Nomornya sih bener. Maklum aku belum pernah ke rumahnya.<br />"Gila.., ini rumah apa istana..?" gumamku bicara pada diriku sendiri.<br /><br />Aku segera menekan bel yang ada pada pintu gerbang. Beberapa saat kemudian pintu gerbang dibuka. Seorang satpam berbadan gemuk mengamatiku, lalu menegurku.<br />"Cari siapa ya..?" tanyanya.<br />"Apa betul ini rumah Oom Benny..?" tanyaku balik.<br />"Ya betul.. sampean siapa?" tanyanya lagi.<br />"Saya keponakan Oom Benny dari Jember."<br />"Kenapa nggak bilang dari tadi, Sampean pasti Den Welly, kan..? Tuan sedang keluar kota, tapi Nyonya ada lagi nungguin."<br /><br />Sekejap aku sudah berada di ruangan dalam rumah mewah yang diisi perabotan yang serba lux. Tak lama kemudian seorang wanita cantik berkulit putih bersih dan bertubuh seksi muncul dari ruang dalam. Kalau kutebak usianya sekitar 35 tahunan, tapi bagikan seorang gadis yang masih perawan.<br />Dia tersenyum begitu melihatku, "Kok terlambat Well..? Tante pikir kamu nggak jadi datang.." ucap wanita seksi itu sambil terus memandangiku.<br />"Iya Tante.. maaf.." jawabku pendek.<br />"Ya sudah.., kamu datang saja Tante sangat senang.. Pak Bowo.., antarkan Welly ke kamarnya..!" perintah Tante Lenny pada Bowo.<br /><br />Lalu aku mengikuti Pak Bowo menuju sebuah kamar yang ada di bagian bawah tangga. Aku cukup senang menempati kamar itu, karena aku langsung tertidur sampai sore hari. Ketika bangun aku segera mandi, lalu berganti pakaian. Setelah itu aku keluar kamar hendak jalan-jalan di halamanbelakang yang luas. Ketika sedang asik menghayal, tiba-tiba suara lembut dan manja menegurku. Aku agak kaget dan menoleh ke belakang. Ternyata tanteku yang sore itu mengenakan kimono dengan rokok di tangannya, rupanya ia baru bangun tidur.<br /><br />"Oh Tante.." sapaku kikuk.<br />Tante tersenyum, dan pandangan yang nakal tertuju pada dadaku yang bidang dan berbulu lebat. Badanku memang cukup atletis karena sering berenang, fitness, dan aku memang mempunyaiwajah yang lumayan ganteng.<br />"Kamu sudah mandi ya, Wel..? Tampan sekali kamu.." kata tanteku memuji.<br />Aku kaget bukan main ketika ia mendekatiku, tangannya langsung mengelu-elus penisku, tentu saja aku jadi salah tingkah.<br /><br />"Saya mau ke kamar dulu Tante.." kataku takut kalau nanti dilihat Oom Benny.<br />"Tunggu sebentar Wel, Tante ingin minta tolong mijitin kaki Tante.., soalnya keseleo waktu turun tadi.." kata Tante Lenny sambil merengek.<br />Lalu dia duduk seenaknya, hingga kimono yang tidak dikancing seluruhnya tersingkap, dan bagian dalam tante terlihat olehku. Gila.., ternyata ia tidak memakai CD, sempat juga kulihat bulu-bulu tipis di sekitar kemaluannya seperti habis dicukur.<br /><br />Aku menahan nafas dan mencoba mengalihkan pandangan, tapi Tante Lenny yang tahu hal itu malah menarik lenganku dan mengangkat kaki kanannya menunjukkan bagian yang sakit. Aku terpaksa melihat betis dan paha tante yang mulus dan padat itu.<br />"Tolong diurut ya Wel.., tapi pelan-pelan aja ya.." ucapnya lembut.<br />Terpaksa aku memijit betis tanteku, meskipun hatiku cemas dan bingung. Apalagi ketika aku mencuri pandang melihat paha dan selangkanganya, sehingga nampak sekilas bagian yang berwarna merah muda itu. Tanteku melirik ke arahku sambil tersenyum genit, aku semakin bingung dan malu.<br /><br />Itu pengalamanku di hari pertama di rumah Oom Benny. Sudah tiga Hari Oom Benny belum pulang juga, padahal aku ingin bertemu dengannya, sedangkan tiap malam aku diminta oleh tante untuk menemaninya ngobrol, bahkan tidak jarang disuruh menemani menonton VCD porno. Benar-benar gila.Hingga pada suatu malam tanteku merintih kesakitan. Waktu itu tante sedang nonton TV sendirian.<br /><br />Tiba-tiba wanita itu memekik, "Achh.., aduh.., tolong Wel..!" keluhnya sambil memegangi keningnya.<br />"Kenapa Tante..?" tanyaku kaget dan khawatir.<br />"Kepala Tante agak pusing.., aduh.. tolong bawa Tante ke kamar Wel..!" keluh tante sambilmemegangi kepalanya.<br />Aku jadi kebingungan dan serba salah.<br />"Saya panggil Pak Bowo dulu ya Tante..?" usulku sambil ingin pergi.<br />Tapi dengan cepat tanteku melarangnya, "Nggak usah, lagi pula Pak Bowo Tante suruh ke Pasuruan ngawal barang."<br /><br />Aku jadi bertambah bingung. Terpaksa kutuntun tanteku untuk naik ke ruang atas. Tante merebahkan kepalanya pada pelukanku, aku jadi gemeteran sambil terus menaiki tangga.Sesampainya di dalam kamar, tante merebahkan tubuhnya yang seksi itu dengan telentang. Aku menarik napas lega dan bermaksud meninggalkan kamar. Baru saja kubalikkan tubuh, suara lembut itu melarangku.<br />"Kamu mau kemana..? Jangan tinggalkan Tante.., tolong pijitin Tante.. Wel..!"<br />Mendengar itu seluruh tubuhku jadi teringat pesan papa agar menuruti perkataan Oom dan Tanteku.<br /><br />Perlahan kubalikkan badan, ternyata tanteku telah melepas kimononya. Dan kini hanya tinggal CD saja. Tubuhnya yang masih padat membuat nafsuku naik, payudara yang masih montok dan menantang itu membuat penisku mulai tegang, karena aku belum pernah melihat keindahan tubuh wanita dalam keadaan telanjang seperti ini, apalagi tanteku menggeliat perlahan. Desahan bibirnya yang tipis mengundang nafsu dan birahiku, dan penisku semakin dibuatnya tegang. Kuberanikan diri melangkah menuju ranjang.<br /><br />Begitu sampai, tanteku yang pura-pura pusing itu tiba-tiba bangkit, lalu memelukku dan mencium bibirku dengan penuh nafsu. Wanita yang hipersex itu dengan cepat melucuti seluruh pakaianku.<br />"Jangan Tante.., jangan, saya takut.." pintaku sambil mau memakai pakaianku kembali.<br />"Kalo kamu menolak, Tante akan teriak dan mengatakan pada semua orang bahwa kamu mau memperkosa Tante.." ancam tanteku.<br />Aku hanya terdiam dan pasrah. Wanita itu kembali mencumbuku, diciuminya dan dijilatinya tubuhku. Begitu tangan halusnya mengenggam penisku, aku langsung membalas ciumannya dan mulai menjilati payudaranya, lalu kukulum putingnya yang berwarna merah agak kecoklatan itu. Tanteku mendesah perlahan.<br /><br />Selanjutnya kami memainkan posisi 69, sehingga penisku dihisap dan dikemutnya. Nikmat sekali, kurenggangkan kedua pahanya sambil kujilat-jilat kemaluannya yang mulai basah itu.<br />"Ahh.., aahh.., ayo terus jilat Wel..! Jangan berhenti..!" erang tanteku keenakan.<br />Rupanya tanteku mengeluarkan cairan dari dalam liang kewanitaannya. Cairan itu memuncrat di wajahku, lalu kuhisap dan kutelan semua. Aku semakin terangsang, kujilati lagi kali ini lebih dalam, bahkan sampai ke duburnya. Kemudian kami berganti posisi, kali ini aku berdiri dan tante jongkok sambil mengulum penisku yang sudah sangat tegang.<br /><br />Ternyata tanteku pandai sekali <a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">menjilat penis</a>, tidak sampai lima menit aku sudah keluar.<br />"Ahh.., ayo Tante.., terus jilat sayang.., acchh..!" desahku sambil kudorong keluar masuk di mulutnya penisku yang besar ini.<br />"Tante mau keluar nih.., achh.. yeahh..!" erangku sambil kumuncratkan maniku di mulutnya.<br />Tante menelan semua maniku, bahkan masih mengocoknya berharap masih ada sisanya.<br /><br />Setelah beberapa saat penisku mulai bangun kembali. Setelah tegang dibimbingnya penisku masuk ke liang kewanitaannya. Kali ini aku di atas dan tante di bawah. Agak susah sih, mungkin sudah lama tidak service oleh Oom Benny. Setelah kepalanya masuk, kudorong perlahan hingga masuk semuanya ke dalam.<br />"Ayo Wel..! Gerakin dong Sayang..!" pinta tanteku sambil menggerakkan pantatnya ke atas dan ke bawah karena ia sekarang berada di bawah.<br />Akhirnya kudorong keluar masuk penisku dengan gerakan yang cepat, sehingga semakin keras erangan tanteku.<br /><br />Beberapa saat kemudian aku sudah ingin keluar, "Aahh..! Tante.., Welly udah mau keluar.., ahh..!" kataku.<br />"Sabar Sayang.., Tante sebentar lagi nih..! Yeahh.. ohh.. ahh.., fuck me Wel..! Kita barengan ya Sayang..? Oh.. yeah..!"<br />Rupanya tanteku juga hampir orgasme. Rasanya seperti ada yang memijat-mijat penisku dan kakinya dilingkarkan ke pantatku. Tante bergetar hebat dan memelukku sambil kemaluannya mengeluarkan cairan yang menyemprot penisku. Tidak lama aku juga mengeluarkan air mani dan spermaku di dalam vaginanya. Terasa begitu nikmatnya dunia ini. Akhirnya kami berdua terkapar lemas.<br /><br />"Hebat bener kamu Wel.., Tante nggak nyangka baru kali ini Tante merasakan kenikmatan yang luar biasa..!" tuturnya dengan nafas terengah-engah.<br />Aku diam tak menjawab, tapi dalam hati aku merasa bersalah telah berhubungan dengan tanteku dan takut ketahuan Oom Benny. Tante turun dari ranjang tanpa busana, lalu dia menyalakan sebatang rokok.<br /><br />"Bagaimana kalau Oom Benny sampai tahu, Tante..? Saya takut.., saya merasa berdosa.." kataku lemah.<br />Tapi tanteku malah tersenyum dan memelukku dengan mesra.<br />"Asal kamu tidak memberitahu orang lain, perbuatan kita aman. Lagi pula Oommu itu udah nggak bisa melakukan hubungan badan sejak lama. Dia itu impotent, Wel..!" tutur wanita tanpa busana yang penuh daya tarik itu.<br />"Jadi semua ini Tante lakukan karena Oom Benny tidak bisa menggauli Tante lagi, ya..?" tanyaku.<br />"Ya. Bukan sekali ini saja Tante melakukan hal seperti ini.., sebelum sama kamu, Tante pernah melakukannya dengan beberapa teman bisnis Oommu. Terus terang Tante nggak tahan kalau seminggu tidak disentuh atau dipeluk laki-laki.." tutur Tante.<br /><br />Aku jadi geleng kepala mendengar penjelasan tanteku. Lalu aku bergerak mau pergi, tapi dengan cepat tante menahanku dan mengusap-usap dadaku yang berbulu.<br />"Well.., kamu harus bersihkan badanmu dulu.., mandilah supaya segar..!" ucapnya lembut.<br />Aku tak menjawab hanya menarik nafas panjang, lalu melangkah ke kamar mandi. Tubuhku terasa letih namun puas juga.<br /><br />Begitulah pengalaman di Surabaya yang kualami 6 tahun yang lalu. Dan sampai saat ini aku telah mempunyai istri dan seorang anak.Sayanhttp://www.blogger.com/profile/05848885852258227008noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8758859776697967104.post-63141106477927903292009-09-30T10:17:00.000+07:002009-09-30T10:18:51.653+07:00Tante Vida yang SintalNama saya Dodi. Sekarang saya masih kuliah di Universitas dan Fakultas paling favorit di Yogyakarta. Saya ingin menceritakan pengalaman saya pertama kali berkenalan dengan <a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">permainan seks</a> yang mungkin membuat saya sekarang haus akan seks.<br /><br />Waktu itu saya masih sekolah di salah satu SMP favorit di Yogyakarta. Hari itu saya sakit sehingga saya tidak bisa berangkat sekolah, setelah surat ijin saya titipkan ke teman terus saya pulang. Ketika sampai di rumah Papa dan Mama sudah pergi ke kantor dan Mama pesan supaya saya istirahat saja di rumah dan Mama sudah memanggil Tante Vida untuk menjaga saya. Tante Vida waktu itu masih sekolah di sekolah perawat. Sehabis minum obat, mata saya terasa mengantuk. Ketika mau terlelap Tante Vida mengetuk kamarku.<br /><a name='more'></a><br />Dia bilang, "Dod, sudah tidur?"<br />Saya jawab dari dalam, "Belum, tante!"<br />Tante Vida bertanya, "Kalau belum boleh tante masuk."<br />Terus saya bukakan pintu, waktu itu saya sempat kaget juga melihat Tante Vida. Dia baru saja pulang dari aerobik, masih dengan pakaian senam dia masuk ke kamar. Walau masih SMP kelas 2 lihat Tante Vida dengan pakaian gitu merasa keder juga. Payudaranya yang montok seperti tak kuasa pakaian senam itu menahannya. Kemudian dia duduk di samping. Dia bilang, "Dod, kamu mau saya ajari permainan nggak Dod?" Tanpa pikir panjang, saya jawab, "Mau tante, tapi permainan apa lha wong Dodi baru sakit gini kok!"<br /><br />Tante Vida berkata, "Namanya permainan kenikmatan, tapi mainnya harus di kamar mandi. Yuk" Sambil Tante Vida menggandeng tanganku masuk ke kamar mandi saya. Saya sih mau-mau saja. Kemudian mulai dia melorotkan celana saya sambil berkata, "Wah, burungmu untuk anak SMP tergolong besar Dod." Tante Vida terkagum-kagum. Waktu itu saya cuma cengengesan saja, lha wong hati saya deg-degan sekali waktu itu.<br /><br />Terus dia mulai membasahi kemaluan saya dengan air, kemudian dia beri shampo, terus digosok. Lama-lama saya merasa kemaluan saya semakin lama semakin keras. Setelah terasa kemudian dia melucuti pakaiannya satu demi satu. Ya, tuhan ternyata tubuhnya sintal banget. Payudaranya yang montok, dengan pentil yang tegang, pantat yang berisi dan sintal kemudian vaginanya yang merah muda dengan rambut kemaluan yang lebat. Kemudian dia berjongkok, setelah itu dia mengulum penis saya, dadanya yang montok ikut bergoyang. Dada dan nafasku semakin memburu. Saya cuma bisa memejamkan mata, aduh nikmatnya yang namanya permainan seks. Kemudian, saya nggak tahu tiba-tiba saja naluri saya bergerak. Tangan saya mulai meremas-remas dadanya, sementara tangan saya yang satu turun mencari liang vaginanya. Kemudian saya masukkan jari saya, dia meritih, "Akhh, Dodi!" Saya semakin panas, saya kulum bibirnya yang ranum, saya nggak peduli lagi. Setelah bibir, kemudian turun saya ciumi leher dan akhir saya kulum punting susunya. Dia semakin merintih, "Aakhh, Dodi terus Dod!" Saya nggak tahu berapa lama kami di kamar mandi, terus tahu-tahu dia sudah di atas saya. "Dodi sekarang tante kasih akhir permaianan yang manis, ya?" Dia meraih kemaluan saya yang sudah tegang sekali waktu itu. Kemudian dimasukkan ke dalam vaginanya. Kami berdua sama-sama merintih, "Akhh! Lagi tante.. lagi tantee." Terus dia mulai naik turun, sampai saya merasa ada yang meletus dari penis saya dan kami sama-sama lemas. Setelah itu kami mandi bersama-sama. Waktu mandi pun kami sempat mengulangi beberapa kali.<br /><br />Setelah itu kami berdua sama-sama ketagihan. Kami bermain mulai dari kamar saya, pernah di sebuah hotel di kaliurang malah pernah cuma di dalam mobil. Rata-rata dalam satu minggu kami bisa 2-3 kali bermain dan pasti berakhir dengan kepuasan karena Tante Vida pintar membuat variasi permainan sehingga kami tidak bosan. Setelah Tante Vida menikah saya jadi kesepian. Kadang kalau baru kepingin saya cuma bisa dengan pacar saya, Nanda. Untung kami sama-sama tegangan tinggi, tapi dari segi kepuasan saya kurang puas mungkin karena saya sudah jadi "<a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">Hiperseks</a>" atau mungkin Tante Vida yang begitu mahirnya sehingga bisa mengimbangi apa yang saya mau. Nah, buat cewek-cewek atau tante-tante bermukim di Yogya yang sama-sama tegangan tinggi, kapan-kapan kita bisa saling berkenalan dan berhubungan. Mungkin kita bisa bermain seperti Tante Vida.Sayanhttp://www.blogger.com/profile/05848885852258227008noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8758859776697967104.post-85209931467926396972009-09-30T10:16:00.000+07:002009-09-30T10:17:36.744+07:00Tante Yohana<a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">Kisahku dengan Tante Mira</a> terus berlanjut dengan gaya permainan cinta yang semakin seru karena baik Tante Mira maupun aku saling mengeluarkan fantasi masing-masing (akan saya ceritakan lain waktu), hingga pada suatu saat Tante Mira mengenalkan salah satu temannya yang kebetulan ketemu disebuah restoran dimall daerah jakarta pusat. Sebut saja dia Tante Yohana, dia juga wanita chinese yang berumur hampir 50, sebaya dengan Tante Mira hanya beda 1 atau 2 tahun saja yang sudah ditinggal suaminya karena wanita lain. Postur tubuhnya juga tidak jauh dengan Tante Mira, agak gemuk hanya saja Tante Yohana lebih pendek dari Tante Mira dan wajahnya juga lebih kelihatan tua karena tampak kerutan-kerutan diwajahnya mungkin terlalu banyak pikiran.<br /><a name='more'></a><br />Waktu itu dia sedang jalan sendirian akan makan dan kebetulan ketemu dengan kami yang akhirnya dia diajak bergabung oleh Tante Mira, dan aku dikenalkan oleh Tante Mira kepadanya sebagai keponakan jauhnya. Setelah makan kami melanjutkan perbincangan sambil jalan melihat-lihat barang di toko-toko yang ada dimall itu. Entah apa yang dibicarakan oleh mereka berdua secara bisik-bisik karena aku lihat lirikan Tante Yohana yang melihat aku sambil senyum-senyum, dan setelah itu dia sering mencuri-curi pandang melihatku. Setelah lelah jalan-jalan dan hari mulai sore Tante Yohana akhirnya pulang.<br /><br />"Oke, Mir. Aku pulang dulu ya, hampir sore nih. Sampai ketemu lagi Ferry" kata Tante Yohana sambil tersenyum penuh arti kepadaku yang membuat aku tambah bingung dan dia melenggang menuju carcall untuk memanggil sopirnya.<br />Sepeninggal Tante Yohana kami menuju food court untuk membeli minum dan istirahat.<br />"Fer, menurut kamu Tante Yo gimana?" tanye Tante Mira padaku setelah membeli minum dan duduk ditempat yang agak memojok dan meminum minumannya.<br />"Mmm.. gimana apanya Tante?" jawabku bingung mendengar pertanyaan Tante Mira sambil menyedot minuman ringan yang aku pesan.<br />"Ah kamu ini, pura-pura nggak ngerti apa emang nggak ngerti? Ya sifat orangnyalah, bodynyalah, facenyalah dan lain-lainnyalah" jawab Tante Mira agak sewot.<br />"Oo, kalo sifatnya sih saya belum tau bener, kan baru sekali ketemu, tapi keliatannya orangnya baik dan ramah, terus kalo face dan bodinya mm.. biasa-biasa aja tuh" jawabku sambil tersenyum.<br />"Emang kenapa Tante, kok Tante tanya gitu? Bikin aku bingung aja. Terus tadi ngomongin apa sih? Kok pake bisik-bisik terus Tante Yohana jadi aneh sikapnya" tanyaku pada Tante Mira.<br />"Fer, kamu tahukan kalo Tante Yo itu sudah lama hidup sendiri sejak pisah sama suaminya. Nah tadi waktu Tante Yo lihat kamu dia langsung tertarik sama kamu, dan dia nanyain tentang kamu terus ke Tante sebab dia nggak percaya kalo kamu itu keponakan jauh Tante, jadi Tante terpaksa cerita dech kedia siapa kamu sebenernya. Kamu jangan marah ya, abis Tante Yo itu suka maksa kalo keinginannya belum kesampaian" jawab Tante Mira.<br />"Terus.. mm.. dia pengen sama kamu Fer.. gimana? Kamu mau nggak?" tanya Tante Mira dengan wajah serius.<br />"Wah gimana ya, repot juga nich kalo sampai dia ngomong-ngomong ke orang lain, bisa tercemar nama Tante. Kalo menurut Tante dia bisa jaga rahasia kita dengan cara gitu ya sudah, saya akan layani dia" jawabku serius juga.<br />"Tapi nanti kamu jangan lupain Tante ya kalo sudah dekat sama dia" kata Tante Mira was-was.<br />"Ah Tante ini ada-ada saja, nggak mungkinlah saya lupa sama Tante, sayakan kenal Tante dulu baru Tante Yo" jawabku menghibur Tante Mira yang terlihat agak sedih dari ekspresi mukanya.<br />"Yah.. sapa tahu kamu bisa dapet lebih dari Tante Yo dan lupain Tante deh" katanya lagi sambil menghembuskan nafas.<br />"Jangan kuatir Tante, saya bukan tipe orang yang gampang ngelupain jasa baik orang kepada saya, jadi Tante tenang saja" jawabku kemudian.<br />"Okelah kalo gitu nanti Tante hubungi Tante Yo, biar dia nanti hubungi kamu" kata Tante Mira kemudian.<br />Setelah itu Tante Mira lebih banyak diam entah apa yang ada dalam pikirannya dan tak lama kemudian kamipun pulang.<br /><br />Malamnya Tante Yo menghubungi aku lewat telepon.<br />"Hallo Ferry, ini Tante Yo masih ingatkan?" tanya Tante Yo dari seberang.<br />"O iya masih, kan baru tadi siang ketemu, ada apa Tante?" jawabku sambil bertanya.<br />"Tadi Tante Mira sudah cerita belum sama kamu tentang Tante?" tanyanya lagi.<br />"Sudah sih, mm.. memang Tante serius?" tanyaku lagi pada Tante Yo.<br />"Serius dong, gimana kamu okekan?" tanya Tante Yo lagi.<br />"Kalo gitu oke dech" jawabku singkat.<br />Lalu kami bercakap-cakap sebentar dan kami akhirnya kami janjian besok pagi dilobby hotel "XX" didaerah jakarta barat dan dia akan datang lebih awal karena akan check-in dulu, setelah itu teleponpun ditutup. Keesokannya seperti biasa aku memakai baju rapi seperti orang kerja supaya tidak terlalu menyolok dan aku menunggu di lobby hotel tersebut karena aku juga datang lebih awal, tak lama aku menunggu teleponku berdering.<br /><br />"Hallo Ferry, ini Tante Yo. Tante sudah ada diatas, kamu langsung naik aja di kamar 888 oke? Tante tunggu ya" kata Tante Yomemberitahukan kamarnya.<br />"Oke Tante saya segera kesana, saya juga sudah di lobby" jawabku singkat dan menutup pembicaraan.<br />Setelah mematikan teleponku agar tidak diganggu, aku naik lift menuju kamar Tante Yo. Sampai didepan pintu kutekan bel dan Tante Yo membukakan pintu.<br />"Ayo masuk, udah daritadi Tante sampai dan langsung check-in. O ya, kamu mau minum atau mau pesan makan apa? tadi sih Tante sudah pesan makan dan minum untuk dua orang, tapi kalau kamu mau pesan yang lain pesan saja, jadi sekalian nanti diantarnya" kata Tante Yo sambil mempersilahkan aku masuk dan menutup pintu.<br />"Yah sudah kalau Tante sudah pesan, nggak usah pesan lagi, nanti kebanyakan makanan malah bingung" jawabku.<br />"Kok bingung kan buat gantiin tenaga kamu he he he" jawab Tante Yo bercanda.<br /><br />Kemudian Tante Yo duduk di sofa besar yang ada didalam kamar itu dan aku duduk di sebelahnya, kami berbincang-bincang sambil menonton TV lalu aku mendekati Tante Yo dan memeluk pundaknya, kemudian Tante Yo merebahkan kepalanya kepundakku, kubelai rambutnya dan kukecup kening Tante Yo.<br />"Mmm.. kamu romantis ya Fer, pantes Mira suka sama kamu. hh.. sudah lama Tante nggak merasakan suasana romantis seperti ini" kata Tante Yo sambil menghembuskan nafas.<br />"Ya sudahlah Tante, yang penting hari ini Tante akan merasakan hangat dan romantisnya cinta, karena hari ini aku milik Tante sepenuhnya" jawabku menghibur dia sambil kukecup lagi keningnya.<br />Tante Yo menatapku sendu sambil tersenyum.<br />"Terima kasih sayang" kata Tante Yo.<br />Dan kutatap matanya yang sendu dalam-dalam lalu kukecup bibirnya.<br /><br />Kecupanku dibibirnya perlahan berubah menjadi ciuman lembut yang dibalas Tante Yo dengan lembut juga, sepertinya Tante Yo benar-benar ingin merasakan nikmatnya berciuman yang sudah lama tidak dirasakannya. Kami saling cium, saling kulum, dan saling memainkan lidah kemulut pasangan kami. Kugelitik lidah Tante Yo dengan lidahku dan kusapu langit-langit mulutnya sambil kupeluk tubuhnya dan kuraba wajah dan tengkuk serta lehernya dengan tanganku yang lainnya.<br />"Ahh sayang, aku suka sekali ciuman kamu, mm.. ciuman kamu lebut dan merangsang, mm.. kamu memang pintar berciuman, ahh.. ayo sayang beri Tante yang lebih dari ini" kata Tante Yo disela-sela ciuman kami dan berciuman lagi.<br /><br />Tanganku mulai bergerak meremas kedua payudara milik Tante Yo bergantian. Tapi aksi kami terganggu oleh pelayan yang mengantar makanan yang dipesan oleh Tante Yo. Setelah pelayan keluar dan Tante Yo memberikan tip, tiba-tiba Tante Yo menabrak aku dan mendorong aku hingga terjatuh diatas tempat tidur dan dengan buas dia langsung memelorotkan celana dan celana dalamku, hingga penisku yang masih tidur terbebas dari sarangnya dan langsung diterkam olehnya. Disedot, dikulum dan digigitnya penisku yang mulai bangkit dengan napsu dan buas, dan kedua tangannya tak henti-henti mengocok dan memainkan kedua bolaku.<br /><br />"Ahh Tante.. pelan-pelan Tante.. ahh.. enak sekali Tante.. ohh" desahku menahan nikmat yang diberikan oleh Tante Yo padaku.<br />Tanganku hanya bisa meremas rambut Tante Yo dan seprei kasur yang sudah mulai berantakan, tak lama kemudian kulepaskan kepala Tante Yo dari penisku, kuangkat Tante Yo dan kurebahkan dikasur.<br />"Sekarang giliranku, Tante diam saja dan nikmati permainan ini ya" kataku sambil mengecup bibir Tante Yo dan mulai mencumbu Tante Yo sementara Tante Yo hanya diam saja sambil menatapku dengan sendu.<br /><br />Kumulai cumbuanku dengan menciumi bibirnya dan perlahan turun kelehernya sambil kubuka kancing baju Tante Yo satu persatu sambil terus turun kedadanya. Setelah kancing bajunya terbukan semua, kuraih pengait BH yang ada dibelakang dan kubuka sehingga ikatan BHnya terbuka dan ku lepaskan BH Tante Yo lewat kedua tangannya tanpa melepas baju Tante Yo, setelah lepas langsung kuciumi kedua payudara Tante Yo, kuciumi seluruhnya kecuali putingnya yang sudah berdiri mengacung minta dikulum tapi tidak pernah kukulum, setiap kali ciuman dan jilatanku sudah dekat dengan putingnya ciuman dan jilatanku turun lagi kepangkal payudaranya dan terus turun sampai ke perut dan bermain-main dipusar sambil kujilati lubang pusar Tante Yo lalu naik lagi terus berulangkali, kusingkap rok yang dipakai oleh Tante Yo kemudian tanganku mulai bekerja meraba-raba paha dan lutut Tante Yo lalu mulai melepaskan celana dalam yang dipakai oleh Tante Yo.<br /><br />Ketika permainan mulutku mencapai perutnya kutarik celana dalam Tante Yo, dan Tante Yo mengangkat pantatnya sehingga celana dalamnya dengan mudah lepas dari tempatnya. Kupelorotkan celana dalam Tante Yo sampai sebatas lutut lalu ciumanku naik lagi kearah payudaranya, dan ketika jilatanku mendekati puting Tante Yo tangankupun mendekati vagina Tante Yo dan ketika bibir dan lidahku mulai memainkan puting Tante Yo tangan dan jari-jariku juga mulai bermain dibibir vagina Tante Yo yang ternyata sudah basah. Ketika kukulum puting Tante Yo yang sudah berdiri dari tadi kumainkan juga kelentitnya dengan jari-jari tanganku yang seketika itu juga membuat tubuh Tante Yo melengkung keatas.<br /><br />"Akhh.. Ferry.. kamu benar-benar gila sayang, kamu kejam sekali mempermainkan Tante.. akhh.. ferry enak sekali sayang.. akhh.. gila.. kamu bener-bener gila sayang" teriak Tante Yo histeris sambil tangannya meremas seprei dan rambut kepalaku bergantian.<br />Tak kuhiraukan teriakan Tante Yo dan aku terus mengulum kedua puting dan menjilati kedua payudara Tante Yo bergantian. Tak lama kemudian kurasakan vagina Tante Yo bertambah basah dan tubuhnya mulai bergetar keras yang disertai erangan-erangan, akhirnya Tante Yo mendapatkan orgasme pertamanya.<br /><br />Pada saat tubuhnya mulai tenang, kulepaskan cumbuanku di payudaranya dan langsung kuangkat kedua kakinya sehingga kepalaku dengan mudah menuju kevaginanya dan langsung kujilat dan kukulum serta kusedot-sedot vagina dan kelentit Tante Yo.<br />"Akhh.. ahh.. gila.. ini namanya penyiksaan kenikmatan.. ahh.. kamu memang gila sayang.. ahh.. aku nggak kuat lagi sayang.. ahh.. terus sedot yang kuat sayang.. ahh.. tusuk dengan jarimu sayang.. ahh.. tusuk yang kuat.. ahh sayang.. Tante mau.. ahh.. mau dapet lagi sayang.. ahh.. kamu benar-benar gila" teriak Tante Yo histeris memohon, lalu tubuhnya mulai bergetar lagi merasakan orgasme kedua yang datang menghampirinya.<br /><br />Kuturuti permintaanya dengan menusukan jariku dan kumainkan jariku dengan menyentuhkan jariku kedinding vaginanya yang berkedut-kedut sambil terus bibir dan lidahku memainkan perannya dikelentit Tante Yo. Tubuh Tante Yo bergetar keras dan pinggulnya bergoyang-goyang mengikuti irama tusukan jariku sambil tak henti-hentinya menjerit-jerit histeris sambil kedua tangannya meremas dan menjambak-jambak rambutku.<br /><br />"Ahh.. Ferryy.. sayang.. ahh.. enak sayang.. ahh.. sodok yang keras sayang.. ahh.. sedot itilku yang kuat.. ahh.. yang kuatt.. " jerit histeris Tante Yo mengantar orgasmenya yang kedua itu.<br />Dan ketika tubuh Tante Yo sudah hampir tenang lagi, kuhentikan juga semua aktivitasku dan kulepas celana dalam Tante Yo yang masih sebatas lulut sehingga lepas semua, lalu kuatur posisiku dan kutusukkan penisku kedalam lubang vagina Tante Yo.<br />"Okhh.. jangan dulu sayang.. jangan.. ahh.. stop sayang.. stop.. biar Tante istirahat dulu" pinta Tante Yo padaku, tapi aku tidak menghiraukan permintaanya sambil terus kutusukan penisku sampai masuk seluruhnya dan mulai kugoyang, kuputar dan kukocok penisku dalam vagina Tante Yo.<br /><br />Tak lama kemudian kuangkat tubuh Tante Yo hingga posisi Tante Yo kini dalam pangkuanku, dan dalam posisi Tante Yo sedang menaik turunkan pantat dan menggoyangkan pinggulnya kulepas baju Tante Yo yang masih melekat dan kulemparkan entah kemana lalu kubuka pengait dan resleting rok Tante Yo dan kulepas rok Tante Yo dari atas dan kulemparkan juga entah kemana hingga kini tidak ada selembar benangpun yang menempel ditubuh Tante Yo lalu akupun melepaskan bajuku sendiri dan kulemparkan sembarangan. Setelah melepaskan baju mulai kuputar-putar pantatku hingga penisku lebih menggesek dinding vagina Tante Yo.<br />"Akhh.. sayang.. ahh.. kamu memang gila sayang.. ahh.. kamu.. ahh.. kamu memang gila.. ohh.. penis kamu benar-benar.. ahh.. kamu pintar sekali sayang.. pintar dan gila.. ahh.. Tante mau.. ahh.. mau keluar lagi.. ahh.. Tante nggak kuat lagi sayang.. ahh" jerit Tante Yo histeris dan tubuhnya mulai bergetar mendapat orgasmenya yang ketiga, kurasakan cairan diliang vagina Tante Yo bertambah banyak dan kurasakan juga kedutan-kedutan dari dinding vagina Tante Yo.<br /><br />Lalu kurebahkan tubuh Tante Yo dan terus kugenjot penisku didalamnya yang sekali-kali kuputar-putar pinggulku, tubuh Tante Yo tambah bergetar dengan kencang, goyangan dan kocokan penisku juga tambah kencang, lalu kumainkan tanganku dikelentitnya sambil kurebahkan kepalaku kedadanya dan kusedot dan kukulum dengan kuat juga kedua puting Tante Yo bergantian dan kedutan-kedutan dinding vagina Tante Yo juga bertambah kuat sehingga penisku merasakan sensasi yang membuat aku merasakan sesuatu yang akan segera meledak keluar.<br />"Akh.. Tante aku mau keluar Tante.. akhh.. aku keluar Tante" kataku disela-sela kuluman mulutku diputingnya sambil terus mengocok penisku dengan cepat dan kuat dalam liang vagina Tante Yo.<br />"Ahh.. iya sayang.. ahh.. keluarkan saja.. ahh.. Tante juga.. ahh.. sudah nggak kuat lagi.. ahh" teriak Tante Yo dan memelukku dengan erat sambil tubuhnya terus bergetar, kurasakan kuku-kukunya mencakar punggungku.<br /><br />Lalu meledaklah cairan kenikmatan yang kukeluarkan dalam vagina Tante Yo yang sudah basah sehingga bertambah basah lagi, ketika kenikmatanku meledak dan tubuhku bergetar kenikmatan kukocok dengan keras dan kuat penisku dalam vagina Tante Yo sehingga ada cairan yang keluar dari dalam vagina Tante Yo yang kurasakan dari tanganku yang basah karena masih memainkan kelentit Tante Yo. Tubuh kami sama-sama bergetar dengan kencang, keringat kami bersatu dan seluruh ruangan dipenuhi oleh suara erangan dan jeritan kenikmatan yang kami dapatkan pada saat bersamaan.<br /><br />Setelah tubuhku dan Tante Yo mulai tenang kembali, kulepaskan penisku dari vaginanya yang sudah sangat basah, lalu kubersihkan vagina yang penuh dengan cairan kenikmatan kami berdua dengan sedotan dan jilatanku, kujilati sampai bersih dan sayup-sayup kudengan erangan pelan Tante Yo yang memejamkan matanya merasakan kenikmatan yang baru saja dia dapatkan. Setelah bersih kurebahkan tubuhku disamping Tante Yo, lalu kupeluk dia dan kukecup pipi Tante Yo.<br /><br />"Ahh.. terima kasih sayang.. terima kasih daun mudaku.. uhh.. rasanya tubuhku ringan sekali bagaikan kapas yang masih terbang diawang-awang, ahh.. nikmat sekali tadi kurasakan, kamu memang pintar sayang, baru sekali ini kurasakan orgasme beruntun seperti tadi, sampai lemas tubuh Tante" kata Tante Yo sambil membuka matanya dan tersenyum padaku.<br />"Ah Tante Yo bisa aja.. aku juga tadi nikmat sekali, kedutan dinding vagina Tante Yo membuat penisku merasakan seperti diremas-remas, nikmat sekali" balasku sambil kuusap keringat yang ada di keningnya dan kukecup kening Tante Yo, lalu aku bangkit dan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuh yang penuh dengan keringat dan disusul oleh Tante Yo dan kamipun saling membersihkan tubuh.<br /><br />Selesai membersihkan tubuh dan dalam keadaan <a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">masih bugil</a> kami lalu menyantap makanan yang tadi dipesan oleh Tante Yo sambil bercakap-cakap dan bercanda, sedangkan tangan Tante Yo tidak pernah lepas dari selangkanganku. Selesai makan kami melanjutkan percakapan kami diatas tempat tidur sambil saling memeluk hingga akhirnya kamipun tertidur untuk memulihkan tenaga yang akan membuat pertarungan berikutnya lebih seru lagi. Dan mulai sejak itu jadilah aku daun muda kesayangan Tante Yohana dan Tante Mira.Sayanhttp://www.blogger.com/profile/05848885852258227008noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8758859776697967104.post-29595723869767104552009-09-30T10:13:00.002+07:002009-09-30T10:20:33.137+07:00Teman ChattingkuSebelumnya, kuperkenalkan diriku dulu. Namaku Yeni. Aku lahir dan dibesarkan di kota Bandung. Usiaku 33 tahun, aku bekerja di sebuah bank swasta di Jalan Asia Afrika, Bandung. Saat ini aku hidup sendiri. Aku pernah menikah, kurang lebih selama empat tahun. Pernikahanku tidak dikaruniai anak. Aku bercerai, karena suamiku berselingkuh dengan rekan bisnisnya.<br /><a name='more'></a><br />Untuk mengusir kejenuhan dalam kesendirianku selama kurang lebih satu tahun setengah, aku selalu menghibur diriku dengan membaca. Kadang aku chatting, akan tetapi aku tidak berharaf untuk bertemu dengan teman chatting-ku. Aku masih trauma akibat perlakuan suamiku terhadapku.<br /><br />Aku kenal beberapa orang teman chatting yang asyik untuk diajak bercanda ataupun berdiskusi, salah satunya adalah Ferdy. Dia anak kuliahan, semester akhir di perguruan tinggi swasta di Bandung. Ferdy merupakan teman chatting-ku yang pertama kali yang pernah bertemu denganku.<br /><br />Pada awal perkenalannya aku kurang respek terhadapnya, karena email-nya saja menyeramkan, dapat pembaca bayangkan, cari_ce_maniax@***.** (edited). Tapi entah angin apa yang membuatku penasaran untuk bertemu dengannya, padahal aku baru sekali chatting dengannya. Cerita selanjutnya adalah pertemuan pertamaku dengan Ferdy yang berakhir ke sebuah hotel di sekitar jalan Setiabudi.<br /><br />Hari itu, Sabtu tanggal 16 Juni 2001, aku berjanji untuk bertemu dengan Ferdy di sebuah cafe di belakang BIP pukul 16.00. Aku sengaja datang lebih awal sekitar pukul 15.45, dan memilih tempat yang agak ke pojok agar aku dapat melihat dia terlebih dahulu. Aku memesan minuman, dan mataku tertuju terus ke arah pintu masuk cafe.<br /><br />Sambil menunggu Ferdy datang, aku memperhatikan orang di sekelilingku. Aku merasa risih sekali, karena ada anak muda (usianya sekita 25 tahunan) yang duduk sendirian di meja sebelahku memperhatikan terus sejak pertama aku masuk cafe. Tapi aku cuek saja. Tepat pukul 16.00, anak muda itu menghampiri diriku dan memperkenalkan dirinya. Namanya Ferdy.<br /><br />Aku kaget sekali, karena tidak pernah kubayangkan sebelumnya bahwa Ferdy itu masih muda. Dia masih sangat muda, padahal ketika chatting, dia mengaku berusia 35 tahun. Dan tentunya juga, selama aku berkomunikasi melalui telepon, suara Ferdy kelihatan seperti seorang bapak-bapak dan sangat dewasa sekali. Aku sangat grogi. Untuk menghilangkan rasa grogi, kupersilakan Ferdy duduk dan memesankan minuman.<br /><br />"Maaf Bu Yeni, saya berbohong kepada Ibu. Saya mengaku berusia 35 tahun, padahal usia saya tidak setua itu. Tentunya juga, saya mohon maaf tidak memakai pakaian yang saya janjikan. Saya harus panggil siapa nih? Ibu atau Mbak atau Tante atau siapa ya?"<br />"Yeni saja deh, biar lebih akrab," jawabku.<br />Selanjutnya Ferdy bercerita, kenapa dia berbohong usia, juga aktifitasnya sehari-hari, begitu juga aku menceritakan aktifitasku dan kehidupan sehari-hariku. Aku tidak menyangka dari cara dia berkomunikasi sangat dewasa dan banyak dibumbui dengan kata-kata humor, sehingga aku dibuat terpingkal-pingkal olehnya.<br /><br />Tidak terasa, waktu bergulir dengan cepat. Sekitar pukul 5 sore, Ferdy mengajak nonton bioskop di BIP. Aku tidak sungkan-sungkan, langsung mengiyakan saja. Sepulang nonton sekitar jam 7 malam, aku mengantarkan Ferdy pulang dengan Baleno-ku ke daerah Cihampelas. Ditengah perjalanan Ferdy mengajakku main ke Ciater. Aku sih tidak masalah, karena di rumah pun aku hanya tinggal sendirian.<br /><br />Di daerah Lembang kami beristirahat dulu dan bercengkrama sambil menghabiskan minuman dan jagung bakar. Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 11.30 malam. Akhirnya niat ke Ciater kubatalkan saja. Aku mengajak Ferdy pulang saja. Dia pun mengiyakannya.<br /><br />Sepanjang perjalanan pulang ke Bandung, Ferdy mulai agak-agak nakal. Sambil bercerita, dia sudah berani mengelus-elus tanganku ketika aku sedang memindahkan perseneling. Pada awalnya kutepis, tapi bandel juga ini anak. Dia tidak pernah kapok, walau kutepis berkali-kali. Karena bosan dan tidak ada hasilnya kalau kularang, maka kubiarkan dia mengelus-elus tanganku.<br /><br />Aku akui, elusannya itu membuat hatiku berdebar lebih cepat dari biasanya. Bahkan semakin lama elusannya semakin ganas, dan sudah mulai berani mengelus pahaku. Kubiarkan saja, dan aku tetap konsentrasi menyetir mobil. Entah karena suasana yang mendukung, karena kami hanya berdua-duaan, ataukah karena kesepianku selama ini, karena sudah lama tidak dielus laki-laki. Aku membiarkan tangannya beraksi lebih jauh. Aku mulai merinding, dan darahku serasa panas menjalar seluruh tubuhku. Semakin lama, Aku semakin menikmati elusan tangannya.<br /><br />Sekarang Ferdy sudah sangat berani! Dia sudah berani memegang payudaraku. Aku mulai terangsang. Aku sudah tidak kuat lagi merasakan elusan tangannya. Akhirnya mobil kupinggirkan. Aku tanyakan Ferdy, kenapa dia berani memperlakukanku seperti itu, padahal dalam hati aku pun menginginkannya. Dia minta maaf, tapi tangannya tetap tidak mau lepas dari payudaraku. Aku tak kuasa menahan rangsangannya. Akhirnya kubalas elusan tangannya dengan sebuah ciuman di keningnya. Aku tidak menyangka dia menarik tubuhku, dan menciumi bibirku. Dia melumat bibirku, sampai-sampai aku sulit untuk bernafas.<br /><br />Dia mulai berani menyelusupkan tangannya di kaos ketat unguku. Aku biarkan saja. Sungguh permainan yang indah, mulutku sudah tersumpal oleh lidah Ferdy, dan tangannya pun begitu terampil mengelus-elus payudaraku. Bahkan putingku pun sudah dia elus.<br />Aku melenguh, "Sh.. ah.. sh.. ah.. sh.. ah.."<br /><br />Tangan kirinya mulai turun ke arah pangkal pahaku. Aku geli sehingga menggerinjal. Tangannya mulai membuka reseletingku perlahan-lahan. Detik demi detik kurasakan tangannya mulai mengelus kemaluanku. Aku semakin keras mengeluarkan suara. Dan akhirnya aku kaget, ketika ada sebuah mobil dengan kecepatan tinggi dari arah berlawanan, menyorotkan sinar lampunya. Konsentrasiku buyar. Aku lalu membereskan reseletingku dan kaos ketat unguku. Begitu juga Ferdy. Akhirnya permainan yang berlangsung sekitar setengah jam itu harus berakhir karena sorotan lampu mobil yang lewat tadi. Di sekitar selangkanganku terasa basah.<br /><br />"Yeni, maafin Ferdy ya. Telah berlaku kurang ajar sama Yeni."<br />"Nggak apa-apa koq Fer. Tapi saya bingung, kenapa koq kamu berani berbuat seperti itu kepada saya. Padahal kamu kan 8 tahun lebih muda dari saya."<br />"Nggak tahu deh, Yen. Mungkin saya mulai menyukaimu sejak pertemuan kita di Cafe."<br />"Gombal ah.." kataku agak manja.<br />"Aku geli banget lho, waktu kamu elus tadi. Mungkin karena aku baru merasakan lagi sentuhan pria, ya Fer. Kalau boleh aku jujur, baru kali ini, ada cowok yang menyentuh aku lho Fer. Sejak perceraian aku dengan suami satu setengah tahun yang lalu."<br />"Sudahlah Yen, jangan ngomongin perceraian, nanti kamu sedih. Mendingan kita melanjutkan perjalanan deh.."<br /><br />Aku melanjutkan perjalanan dengan berbagai gejolak perasaan dan kenikmatan yang baru aku raih bersama Ferdy. Sambil aku menyetir mobil, Ferdy tidak lupa mengelus pahaku juga payudaraku.<br />"Yen, bagaimana kalau kita berhenti dulu di hotel. Biar kita bisa lebih tenang melakukannya."<br />Aku bingung, antara mengiyakan dan tidak. Jujur saja, aku ingin merasakan lebih jauh lagi dari elusan lembutnya itu. Tapi aku ragu dan malu. Akhirnya kuputuskan, mengiyakan ajakkannya.<br /><br />Sesampainya di kamar Hotel "S" di sekitar Setiabudi, Ferdy tidak memberikan kesempatan untukku beristirahat. Dia langsung memelukku dan melumat bibirku. Aku gelapan dan tidak kuasa menolaknya ketika Ferdy mulai mebuka kaos ketat unguku dan membuka celana panjangku. Aku disuruhnya duduk di atas meja. Dengan elusan tangannya, Ferdy telah membuka bra-ku yang berukuran 36B dan celana dalamku. Dia semakin beringas, bagaikan macan kelaparan. Ferdy mulai menciumi lubang kewanitaanku.<br />"Ah.. uh.. ah.. uh.. ah.. teru..s Fer.. Ah.. Enaa..k ah.. uh shh.. shh.. uh.."<br />Rasanya tidak terlukiskan, badanku menggeliat-geliat bagai ulat kepanasan. Lidah Ferdy merojok-rojok vaginaku dan <a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">menjilat klitoris</a>ku yang sebesar kacang kedelai.<br /><br />Lalu kubuka kemeja dan celana jeansnya Ferdy. Kaget! Ternyata "barang"-nya Ferdy sudah keluar melewati celana dalamnya. Kelihatan ujungnya memerah. Aku takut, apakah lubang kewanitaanku muat untuk "barang"-nya Ferdy.<br /><br />Sudah terasa satu jari dimasukkan ke dalam lubang kewanitaanku. Dikeluar-masukkannya jari itu dan diputar-putar. Digoyang ke kanan dan kiri. Satu jari dimasukkannya lagi. Terasa sakit, tapi nikmat. Mungkin masih penasaran, Ferdy memasukkan jarinya yang ketiga. Dikeluar-masukkan, digoyang kiri kanan. Nikmat sekali. Sedangkan tangan kirinya membantu membuka lubang kewanitaanku untuk mempermudah memasukkan jari-jari kanannya.<br />"Ah.. uh.. ah.. sh.. uhh.. shh.. terus Fer.. aduh.. nggak kuat Fer.. Aku mau keluar nih.."<br />Akhirnya aku basah. Aku tersenyum puas.<br /><br />"Sekarang gantian ya, jilatin punyaku dong Yen.." Ferdy memohon kepadaku.<br />"Iya Fer, tapi punyamu panjang, muat nggak ya..?" jawabku.<br />"Coba saja dulu, Yen. Nanti juga terbiasa."<br />"Auh.. aw.. jangan didorong dong Fer, malah masuk ke tenggorokkanku, pelan-pelan saja ya. Punyamu kan panjang."<br /><br />Sekitar lima belas menit kemudian erangan Ferdy semakin menjadi-jadi.<br />"Ah.. uh.. oh.. ah.. sh.. uh.. oh.. uh.. ah.. uh.."<br />Kuhisap semakin kuat dan kuat, Ferdy pun semakin keras erangannya. Ferdy mulai ingat, tangannya bekerja lagi mengelus vaginaku yang mulai mengering, basah kembali. Mulutku masih penuh kemaluan Ferdy dengan gerakan keluar masuk seperti penyanyi karaoke.<br /><br />"Sudah dulu Yen, aku nggak tahan.., masukkin saja ke punyamu ya..?" pinta Ferdy.<br />Aku hanya menganggukkan kepala saja, sambil berharaf-harap cemas apakah punyaku muat atau tidak dimasuki kepunyaannya Ferdi. Kedua kakiku diangkat ke pundak kiri dan kanannya, sehingga posisiku mengangkang. Dia dapat melihat dengan jelas kemaluanku yang kecil namun kelihatan gemuk seperti bakpau.<br /><br />Kulihat dia mengelus kemaluannya, dan menyenggol-nyenggolkan pada kemaluanku, aku kegelian. Dibukanya kemaluanku dengan tangan kirinya, dan tangan kanan menuntun kemaluannya yang besar dan panjang menuju lubang kewanitaanku. Didorongnya perlahan, "Sreett..," dia melihatku sambil tersenyum dan dicobanya sekali lagi. Mulai kurasakan ujung kemaluan Ferdy masuk perlahan. Aku mulai geli, tetapi agak sakit sedikit. Mungkin karena lubang kewanitaanku tidak pernah lagi dimasuki kemaluan laki-laki. Ferdy melihat aku meringis menahan sakit, dia berhenti dan bertanya.<br />"Sakit ya..?"<br />Aku tidak menjawab, hanya kupejamkan mataku ingin cepat merasakan kemaluan besarnya itu.<br /><br />Digoyangnya perlahan dan, "Bleess.." digenjotnya kuat pantatnya ke depan hingga aku menjerit, "Aaauu.."<br />Kutahan pantat Ferdy untuk tidak bergerak. Rupanya dia mengerti kemaluanku agak sakit, dan dia juga ikut diam sesaat. Kurasakan kemaluan Ferdy berdenyut dan aku tidak mau ketinggalan. Aku berusaha mengejang, sehingga kemaluan Ferdy merasa kupijit-pijit. Selang beberapa saat, kemaluanku rupanya sudah dapat menerima semua kemaluan Ferdy dengan baik dan mulai berair, sehingga ini memudahkan Ferdy untuk bergerak. Aku mulai basah dan terasa ada kenikmatan mengalir di sela pahaku. Perlahan Ferdy menggerakkan pantatnya ke belakang dan ke depan. Aku mulai kegelian dan nikmat. Kubantu Ferdy dengan ikut menggerakkan pantatku berputar.<br /><br />"Aduuhh.., Yeni..," erang Ferdy menahan laju perputaran pantatku.<br />Rupanya dia juga kegelian kalau aku menggerakkan pantatku. Ditahannya pantatku kuat-kuat agar tidak berputar lagi, justru dengan menahan pantatku kuat-kuat itulah aku menjadi geli dan berusaha untuk melepaskannya dengan cara bergerak berputar lagi, tapi dia semakin kuat memegangnya. Kulakukan lagi gerakan berulang dan kurasakan telur kemaluan Ferdy menatap pantatku licin dan geli. Rupanya Ferdy termasuk kuat juga, berkali-kali kemaluannya mengocek kemaluanku masih tetap saja tidak menunjukkan adanya kelelahan bahkan semakin meradang.<br /><br />Kucoba mempercepat gerakan pantatku berputar semakin tinggi dan cepat, kulihat hasilnya Ferdy mulai kewalahan, dia terpengaruh iramaku yang semakin lancar. Kuturunkan kakiku menggamit pinggangnya, dia semakin tidak bergerak berputar lagi, tapi dia semakin kuat memegangnya. Kuturunkan kakiku menggamit pinggangnya, dia semakin tidak leluasa untuk bergerak, sehingga aku dapat mengaturnya. Aku merasakan sudah 4 (empat) kali kemaluanku mengeluarkan cairan untuk membasahi kemaluan Ferdy, tetapi Ferdy belum keluar juga.<br /><br />Kupegang batang kemaluan Ferdy yang keluar masuk liang kewanitaanku, ternyata masih ada sisa sedikit yang tidak dapat masuk ke liang senggamaku.<br />Aku pun terus mengerang keasyikan, "Auh.. auh.. terus Fer.. auh.. Ena..k Fer.. Ugh.. ah.. lebih cepat lagi Fer.. ugh.. ah.. sshh.. uh.. oh.. uh.. ash.. sshh.."<br />"Kecepek.., kecepek.., kecepek..," bunyi kemaluanku saat kemaluan Ferdy mengucek habis di dalamnya.<br />Aku kegelian hebat, "Yeni.. aku mau keluar, Tahan ya..," pintanya menyerah.<br /><br />Tanpa membuang waktu, kutarik kemaluanku dari kemaluannya, kugenggam dan dengan lincah kumasukkan bonggol kemaluan tersebut ke dalam mulutku, kukocok sambil kuhisap kuat-kuat, kuhisap lagi dan dengan cepat mulutku maju mundur untuk mencoba merangsang agar air maninya cepat keluar. Mulutku mulai payah tapi air mani yang kuharapkan tidak juga keluar. Kutarik kemaluan dari mulutku, Ferdy tersenyum dan sekarang telentang. Tanpa menunggu komando, kupegang kemaluannya, kutuntun ke lubangku dengan aku mendudukinya. Aku bergerak naik turun, dan dia memegang susuku dengan erat. Tidak lama kemudian ditariknya tubuhku melekat di dadanya, dan aku juga terasa panas.<br /><br />"Sreet.., sreett.., sreett..," kurasakan ada semburan hangat bersamaan dengan keluarnya pelicin di kemaluanku, dia memelukku erat demikian pula aku.<br />Kakinya dijepitkan pada pinggangku kuat-kuat seolah tidak dapat lepas. Dia tersenyum puas.<br />"Yeni.., aku baru merasakan kemaluan seorang wanita. Kamu adalah wanita pertama yang merenggut bujanganku. Aku selama ini paling banter hanya melakukan peting saja. Sungguh luar biasa, enak gila, kepunyaanmu memijit punyaku sampai nggak karuan rasanya, aku puas Yen.."<br />"Aahh kamu bohong, masa seusiamu baru pertama kali melakukan kayak beginian," manjaku.<br />Dia hanya tersenyum dan kembali mengulum bibirku kuat-kuat.<br /><br />"Sumpah, Yen..! Apakah kamu masih akan memberikannya lagi untukku..?" tanyanya.<br />"Pasti..! Tapi ada syaratnya..," jawabku.<br />"Apa dong syaratnya, Yen..?" tanyanya penasaran.<br />"Gampang saja, asal kamu bisa kuat seperti tadi. Atau nanti saya kasih pil untuk kamu ya, biar lebih kuat lagi..!"<br />"Oke deh.. Mandi bareng yuk, Yen.." ajaknya.<br />Dan kami pun mandi bersama, dan sekali lagi Ferdy memberikan kepuasan yang selama ini tidak kudapatkan selama kurang lebih satu setengah tahun.<br /><br />Aku bersiap-siap pulang. Tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi. Aku langsung check out menuju Cihampelas mengantarkan Ferdy pulang. Mobil keluar hotel dengan berjalan perlahan.<br />Sepanjang perjalanan aku berfikir, "Kok bisa-bisanya aku mmberikan sesuatu hal yang aku jaga selama ini, padahal Ferdy baru pertama kali bertemu denganku. Sekaligus juga aku membayangkan kapan lagi aku dapat memperoleh kepuasan dari Ferdy."<br /><br />Kini tangan Ferdy menempel pada pahaku, dan tanganku menempel di celananya. Sesekali Ferdy menyandarkan wajahnya ke dadaku dan jari nakal Ferdy mulai beraksi dengan manja. Kurasakan gumpalan daging kemaluan Ferdy mulai mengeras lagi, dia tersenyum melihatku. Akhirnya tidak terasa aku sudah sampai di Cihampelas, dan menurunkan Ferdy. Selanjutnya aku pulang ke rumahku di sekitar Sukarno-Hatta.<br /><br />Terakhir, khusus bagi Anda WANITA (----KHUSUS WANITA----) yang sebaya ataupun senasib dengan saya (saya janda, berusia 33 tahun), sudi kiranya Anda membagikan tips-nya untuk saya, agar saya dapat membahagiakan dan memuaskan Ferdy lebih lama.., dan la..ma lagi. Karena saya sepertinya mulai menyukai dia, dan tidak mau melepaskan dia. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih atas perhatiannya. Silakan Anda (----KHUSUS WANITA----) kontak saya. Terima kasih.Sayanhttp://www.blogger.com/profile/05848885852258227008noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8758859776697967104.post-38269608304694487232009-09-30T10:11:00.000+07:002009-09-30T10:13:48.411+07:00TetanggakuSaya adalah seorang mahasiswa yang sedang pulang untuk liburan. Di suatu hari yang cerah, saya sedang berbaring untuk mencoba tidur siang. Ternyata ibu memanggilku dari luar. Segera saya beranjak dari tempat tidur untuk menemuinya, dan ternyata ibu memintaku untuk mengantarkan sebuah bungkusan untuk diserahkan ke teman arisannya. Tanpa banyak tanya saya segera bergerak ke alamat yang dituju yang tidak berbeda jauh dari rumahku. Sesampainya di sana aku melihat sebuah rumah yang besar dengan arsitektur yang menawan.<br /><a name='more'></a><br />Aku segera memijit bel di pintu pagar rumah tersebut. Tidak beberapa lama keluarlah seorang <a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">gadis manis</a> yang memakai kaos bergambar tweety kedodoran sehingga tidak terlihat bahwa gadis itu memakai celana, walaupun akhirnya saya melihat dia memakai celana pendek.<br /><br />Singkat kata saya segera bertanya tentang keberadaan teman ibu saya.<br />"Hmm.., sorry nih, Ibu Raninya ada?, saya membawa kiriman untuk beliau", tanyaku.<br />"Wah lagi pergi tuh, Kak.., Kakak siapa ya?", tanyanya lagi.<br />"Oh saya anaknya Ibu Erlin", jawabku.<br /><br />Tiba-tiba cuaca mendung dan mulai gerimis. Sehingga gadis manis itu mempersilakan saya masuk dahulu.<br />"Kakak nganterin apaan sih?", tanyanya.<br />"Wah.., nggak tahu tuh kayaknya sih berkas-berkas", jawabku sambil mengikutinya ke dalam rumahnya.<br />"Memang sih tadi Mama titip pesen kalo nanti ada orang yang nganterin barang buat Mama.., tapi aku nggak nyangka kalo yang nganter cowo cakep!", katanya sambil tersenyum simpul.<br />Mendengar pernyataan itu saya menjadi salah tingkah.<br /><br />Saat saya memasuki ruang tengah rumah itu, saya menjumpai seorang gadis manis lagi yang sedang asyik nonton TV, tapi melihat kami masuk ia seperti gugup dan mematikan TV yang ditontonnya.<br />"Ehmm.., Trid siapa sih?", tanya gadis itu.<br />"Oh iya aku Astrid dan itu temanku Dini, kakak ini yang nganterin pesanan mamaku..", jawab gadis pemilik rumah yang ternyata bernama Astrid.<br />"Eh iya nama gue Ian", jawabku.<br /><br />Tidak lama kemudian aku dipersilakan duduk oleh Astrid. Aku segera mencari posisi terdekat untuk duduk, tiba-tiba saat aku mengangkat bantal yang ada di atas kursi yang akan aku duduki aku menemukan sebuah VCD porno yang segera kuletakkan di sebelahku sambil aku berkata, "Eh.., kalo ini punya kamu nyimpannya yang bener nanti ketahuan lho".<br />Dengan gugup Astrid segera menyembunyikan VCD tersebut di kolong kursinya, lalu segera menyalakan TV yang ternyata sedang menayangkan adegan 2 orang pasangan yang sedang bersetubuh. Karena panik Astrid tidak dapat mengganti gambar yang ada.Untuk menenangkannya tanpa berpikir aku tiba-tiba nyeletuk.<br />"Emang kalian lagi nonton begini nggak ada yang tahu?".<br /><br />Dengan muka memerah karena malu mereka menjawab secara bersamaan tapi tidak kompak sehingga terlihat betapa paniknya mereka.<br />"Ehh.., kita lagi buat tugas biologi tentang reproduksi manusia", jawab Astrid sekenanya. Dapat kulihat mimik mukanya yang ketakutan karena ia duduk tepat di sampingku.<br />"Tugas biologi?, emangnya kalian ini kelas berapa sih?", tanyaku lagi.<br />"Kita udah kelas 3 SMP kok!", jawab Dini. Aku hanya mengangguk tanda setuju saja dengan alasan mereka.<br />"Kenapa kalian nggak nyari model asli atau dari buku kedokteran?", tanyaku.<br />"Emang nyari dimana Kak?", tanya mereka bersamaan.<br />"Hi.., hi.., hi.., siapa aja.., kalo gue jadi modelnya mo dibayar berapa?", tanyaku becanda.<br />"Emang kakak mau jadi model kita?", tanyanya.<br />Mendengar pertanyaan itu giliran aku yang menjadi gugup.<br />"Siapa takut!", jawabku nekat.<br /><br />Ternyata, entah karena mereka sudah 'horny' gara-gara film BF yang mereka tonton itu, Astrid segera mendekatiku dengan malu-malu.<br />"Sorry Kak boleh ya 'itunya' kakak Astrid pinjem", bisiknya.<br />Dengan jantung yang berdegup kencang aku membiarkan Astrid mulai membuka retsleting celanaku dan terlihat penisku yang masih tergeletak lemas.<br />"Hmm.., emangnya orang rumah kamu pada pulang jam berapa?", tanyaku mengurangi degup jantungku. Tanpa dijawab Astrid hanya memegangi penisku yang mulai menegang.<br />"Kak, kalo cowok berdiri itu kayak gini ya?", tanyanya.<br />"Wah segini sih belum apa-apa", jawabku.<br />"Coba kamu raba dan elus-elus terus", jawabku.<br />"Kalo di film kok kayaknya diremas-remas terus juga dimasukin mulut namanya apa sih?", tanyanya lagi.<br />Ketegangan penisku hampir mencapai maksimal.<br />"Nah ukuran segini biasanya cowok mulai dapat memulai untuk bersetubuh, gimana kalo sekarang aku kasih tahu tentang alat kelamin wanita, Emm.., vagina namanya", mintaku.<br /><br />Tanpa banyak tanya ternyata Astrid segera melepaskan celananya sehingga terlihat vaginanya yang masih ditutupi bulu-bulu halus, Astrid duduk di sampingku sehingga dengan mudah aku mengelus-elus bibir vaginanya dan mulai memainkan clitorisnya.<br />"Ahh.., geli.., Kak.., ahh.., mm..", rintihnya dengan mata yang terpejam.<br />"Ini yang namanya clitoris pada cewek (tanpa melepaskan jariku dari clitorisnya) nikmat kan kalo aku beginiin", tanyaku lagi. Dan dijawab dengan anggukan kecil.<br /><br />Tiba-tiba Dini yang sudah telanjang bulat memasukkan penisku ke mulutnya.<br />"Kok kamu sudah tahu caranya", tanyaku ke Dini.<br />"Kan nyontoh yang di film", jawabnya.<br /><br />Tiba-tiba terjadi gigitan kecil di penisku, tapi kubiarkan saja dan mengarahkan tangan kiriku ke vaginanya sambil kuciumi dan kujilati vagina Astrid. Vagina Astrid mulai dibasahi oleh lendir-lendir pelumas yang meleleh keluar.<br />Tiba-tiba Astrid membisiku, "Kak ajarin bersetubuh dong..?".<br />"Wah boleh", jawabku sambil mencabut penisku dari mulut Dini.<br />"Tapi bakal sedikit sakit pertamanya, Trid. Kamu tahan yah..", bisikku.<br /><br />Aku mengangkangkan pahanya dan memainkan jariku di lubang vaginanya agar membiasakan vagina yang masih perawan itu. Dan aku pelan-pelan mulai menusukkan penisku ke dalam liang vagina Astrid, walau susahnya setengah mati karena pasti masih perawan. Ketika akan masuk aku segera mengecup bibirnya, "Tahan ya sayang..".<br />"Aduh.., sakit..", teriaknya.<br />Kubiarkan <a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">penisku di dalam vagina</a>nya, beberapa menit baru kumulai gerakan pantatku sehingga penisku bergerak masuk dan keluar, mulai terlihat betapa menikmatinya Astrid akan pengalaman pertamanya.<br />"Masih sakit nggak, Trid", tanyaku.<br />"mm.., nggak.., ahh.., ahh.., uhh.., geli Kak".<br /><br />Hampir 30 menit kami bersetubuh dan Astrid mulai mencapai klimaksnya karena terasa vaginanya basah oleh lendir.<br />"Kak Astrid pingin pipis!", tanyanya.<br />"Jangan ditahan keluarin aja", jawabku.<br />"Ah.., ahh.., emm.., e..mm", terasa otot vaginanya menegang dan meremas penisku.<br />"Nah Trid kamu kayaknya udah ngerasain ejakulasi tuh".<br /><br />Aku merebahkan tubuh Astid di sampingku dan segera menarik Dini yang sedang onani sambil melihat film porno di TV.<br />"Sini kamu mau nggak?", tanyaku.<br />Tanpa banyak tanya Dini segera bergerak mendekatiku, kuhampiri dia dan segera mengangkat kaki kirinya dan kumasukkan penisku ke vaginanya dan tampaknya ia menahan sakit saat menerima hunjaman penisku di lubang vaginanya sambil memejamkan matanya rapat-rapat, tapi sekian lama aku mengocokkan penisku di vaginanya mulai ia merintih keenakan. Aku terus melakukannya sambil berdiri bersender ke tembok.<br />"aahh.., Kak.., Dini.., Dini", jeritnya dan tiba-tiba melemas, ia sudah kelur juga pikirku.<br /><br />Aku bopong gadis itu ke kursi dan rupanya Astrid sudah di belakangku dan menyuruhku duduk dan memasukkan penisku ke vaginanya dengan dibimbing tangannya. Aku telah berganti tempat dan gaya, yang semua Astrid yang memerintahkan sesuai adegan di film sampai akhirnya Astrid memberitahuku bahwa ia akan keluar.<br />"Trid tahan yah.., aku juga udah mau selesai nih.., ahh.., aahh.., croot.., creett.., creet", aku muntahkan beberapa cairan maniku di dalam vaginanya dan sisanya aku semprotkan di perutnya.<br />"Enak.., yah Kak.., hanget deh memekku.., hmm.., ini sperma kamu?", bisiknya dan kujawab dengan ciuman di bibirnya sambil kubelai seluruh tubuh halusnya.<br /><br />Setelah itu kami mandi membersihkan diri bersama-sama sambil kuraba permukaan payudara Astrid yang kira-kira berukuran cukup besar untuk gadis seusianya, karena terangsang mereka menyerangku dan memulai permainan baru yang di sponsori gadis-gadis manis ini, yang rupanya mereka telah cepat belajar.Sayanhttp://www.blogger.com/profile/05848885852258227008noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8758859776697967104.post-84417984577261211092009-09-27T19:43:00.001+07:002009-09-27T19:45:33.267+07:00Ambisi Wijaya - Special EditionCerita ini merupakan cerita fiksi tambahan setelah Raden Wijaya membangun kerajaan Majapahit yang dikenal diseluruh dunia sebagai satu-satunya kerajaan yang berhasil menahan serangan dari tentara terkuat di dunia, Mongolia.<br /><a name='more'></a><br />*****<br /><br />Setahun setelah Raden Wijaya mendirikan kerajaan Majapahit, kerajaan raksasa Mongolia mengalami keruntuhan dimana pasukannya dikalahkan diseluruh dunia. Puluhan kerajaan baru bangkit dan berlomba untuk menjadi yang terkuat. Salah satunya adalah kerajaan Ming dari China yang berhasil menjajah kembali negeri Mongolia serta menciptakan kekuatan yang ditakuti diseluruh kawasan Asia timur maupun Asia tengah. Raden Wijaya sebagai penguasa negeri terkuat di Asia tenggara diundang oleh Kaisar Cu Len Zhang dari kerajaan Ming untuk menghadiri pesta besar atas keberhasilannya dalam membangun kembali negeri China yang kuat.<br /><br />Raden Wijaya ditemani oleh jendral besar Chen Mien dan dua ratus tentara karena Chen Mien lebih mengenal situasi daerah di negeri China dibanding denga siapapun juga. Sedangkan kerajaan Majapahit sendiri dijaga oleh tangan kiri Raden Wijaya, jendral Suwongso. Setelah rombongan Raden Wijaya tiba di pelabuhan Nanjing, ia disambut oleh panglima Lee dengan hormat. Raden Wijaya dibawa ke kota Ce Jing Zhen atau disebut juga kota terlarang (kota ini sekarang menjadi Beijing). Terlihatlah sebuah istana yang sangat besar dan menyerupai sebuah kota. Saat pintu gerbang dibuka terlihatlah rumah-rumah besar. Saat itu juga banyak rombongan lain yang tiba seperti rombongan dari negeri Korea, Jepang, India, Persia, Thailand, Burma, Annam (negeri Vietnam dulu), Srilanka, dan Tibet.<br /><br />Pada malam harinya pesta pun dirayakan. Banyak penari cantik dipanggil untuk menari dengan selendang tipis dan setengah tembus pandang. Arak dan makanan dihidangkan. Para tamu berpesta sampai lupa waktu. Sebagian tamu berdiri dan ikut menari bersama para penari itu. Selain cantik, para penari itu mempunyai tubuh yang elok, dan hanya memakai selendang sutra tipis, buah dada mereka terlihat menonjol besar dan ada bayangan <a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">pentil payudara</a>. Garis pantat pun terlihat sedikit.<br /><br />Setelah lama berpesta akhirnya para tamu kembali ke kamar masing-masing. Pada keesokan harinya diadakanlah negoisasi damai antar negara. Kerajaan Korea, Burma, Annam, India, Thailand dan Tibet menyatakan kesetujuan mereka untuk mengakui kerajaan Ming sebagai kerajaan yang terkuat dan mereka akan memberi upeti berupa sandang dan pangan setiap tahunnya. Sedangkan kerajaan Persia dan Jepang menyatakan untuk melupakan dendam lama antar negara dan menjadi sahabat baik negeri Ming. Sedangkan untuk kerajaan Majapahit, Kaisar Cu Len Zhang sendiri menawarkan Raden Wijaya untuk menjadi sekutunya dalam menghadapi musuh. Raden Wijaya menyetujuinya dan membuka hubungan dagang antar negara. Keesokan harinya para tamu semua pulang ke negeri masing-masing.<br /><br />Pada saat Raden Wijaya tiba di pelabuhan Nanjing hari sudah gelap, maka ia menunda kepulangannya dan berniat untuk menetap di pelabuhan itu semalam. Panglima Lee sendiri memohon pamit dan kembali ke posnya sendiri. Malam pun tiba, Raden Wijaya dijamu dengan makanan terkenal di negeri Ming pada waktu itu yaitu Bebek Pe King. Setelah selesai menghabiskan bebek panggang. Raden Wijaya kembali ke kamarnya untuk tidur sedangkan jendral Chen Mien memesan sebuah rangkaian kerangka dari besi besar dan tiga wanita cantik untuk menari tarian erotis didalamnya.<br /><br />Wanita pertama adalah wanita dari Shanghai, badannya tinggi, dan hampir setinggi jendral Chen Mien, rambutnya panjang dan ukuran dada sedang, atau agak kecil. Wanita kedua berasal dari wilayah Quang Dong dan merupakan keturunan orang Kong Hu, wajahnya cantik dan berdada besar tingginya sepundak Chen Mien. Yang ketiga adalah wanita dari kota Chang An (atau sekarang adalah kota Xi-an) tinggi badannya sedada Chen Mien dan pantatnya padat berotot. Lalu musik pun dimainkan dan jendral Chen Mien menyaksikan keindahan tarian erotis itu sambil minum arak.<br /><br />Wanita pertama langsung menyingkap roknya dan terlihatlah celana dalam berwarna merah tipis dan kecil. Ia langsung memeluk salah satu jeruji besi dan mengosok-gosokkan vaginanya ke besi itu, ke arah atas dan bawah. Wanita dari Quang Dong dan Chang An melakukan tarian lesbian, kemudian mereka saling berciuman. Setelah itu badan mereka saling menempel dan bergoyang kiri kanan secara erotis. Sedangkan wanita Shanghai melakukan gesekan ke tiang besi dengan pantatnya yang seksi sehingga ke pantatnya terlihat begitu montok. Chen Mien sudah tidak tahan lagi, ia langsung berdiri, berjalan menghampiri kerangka besi itu dan menuangkan arak ke besi dan melewati pantat wanita Shanghai itu. Wanita Quang Dong menjulurkan pahanya keluar dan menggoda Chen Mien. Paha seksi itu dituangkan arak, lalu dijilati. Wanita Shanghai itu langsung membuka pintu kerangka besi itu dan menarik Chen Mien untuk masuk ke dalam.<br /><br />Didalam kerangka besi yang sempit, tiga wanita seksi menari dan mengapit Chen Mien ditengah. Dalam sekejap semua pakaian Chen Mien ditanggalkan. Tangan Chen Mien lalu bergerak kiri, kanan, atas dan bawah untuk merasakan ketiga wanita cantik itu. Lalu perlahan-lahan baju mereka semua ditarik turun oleh Chen Mien. Para wanita itu langsung menempelkan tubuh seksi mereka ke Chen Mien dan menanggalkan pakaian dalam mereka. Wanita Chang An lalu berlutut di depan Chen Mien dan mengulum penisnya. Wanita itu tidak mengulum batang penis, namun kedua bola penis yang dikunyah dengan ganasnya. Lidahnya membuat bola penis itu terkunyah kesana kemari, lalu setelah itu wanita itu menjilati kulit <a href="http://ceritadewasablogs.blogspot.com/">batang penis</a> bagian belakang.<br /><br />Penis Chen Mien bertambah panjang, dan lebih panjang dari biasanya. Teknik rangsangan wanita China memang lain daripada wanita Nusantara. Lalu wanita Shanghai berdiri di depan Chen Mien dan melakukan ciuman. Lidah saling beradu dan liur saling bercampur. Wanita Guang Dong memeluk Chen Mien dari belakang, dan payudara besarnya menekan punggung Chen Mien. Hal itu dilakukan selama lima menit, lalu mereka bertukar tempat. Sekarang wanita Shanghai bergantian memeluk dari belakang lalu menjilati punggung Chen Mien. Wanita Chang An membungkuk dan pantatnya yang berotot dicumbui Chen Mien. Wanita Guang Dong duduk diatas punggung wanita Chang An. Kaki dan pahanya yang putih kekuningan memeluk pinggang Chen Mien, dan payudaranya diremas-remas.<br /><br />Tak lama kemudian Chen Mien berorgasme dan spermanya memuncrat dalam pantat wanita Chang An. Lalu ia melemas dan duduk. Wanita Guang Dong itu lalu duduk dipangkuan dan menghadap ke Chen Mien. Mereka lalu berpelukan dan payudara besarnya menempel di dada Chen Mien yang kekar. Lalu vaginanya dimasukkan ke penis Chen Mien, mereka lalu berciuman, setelah itu wanita Shanghai berdiri ditengah mereka, sehingga lubang pantatnya dijilati wanita Guang Dong, dan lubang vaginanya dijilati Chen Mien, dan setelah itu mereka bergantian. Setelah itu Chen Mien berorgasme kedua kalinya. Setelah itu ia bertambah capek dan terlentang dilantai. Wanita Shanghai lalu memasukan penis Chen Mien ke vagina hangatnya. Sedangkan wanita Guang Dong menduduki wajah Chen Mien dan pantatnya dijilati. Wanita Chang An tidur terlentang diperut Chen Mien sehingga mereka membentuk huruf X, tangan kanan Chen Mien meremas payudara wanita itu, dan tangan kirinya meremas vaginanya. Tak lama kemudian Chen Mien berorgasme ketiga kalinya dan cairan hangatnya tersemprot ke dalam vagina wanita Shanghai lalu mereka semua tidur bersama.<br /><br />Pada malam itu juga Raden Wijaya tidak bisa tidur, ternyata ia merasakan ada bahaya di depannya. Tiba-tiba muncullah pembunuh bertopeng. Raden Wijaya berhasil kabur dari pelabuhan itu bersama seratus tentara. Chen Mien dan seratus tentara lainnya masih tertidur. Pada pagi harinya Raden Wijaya pergi bersama tentaranya ke pelabuhan yang disebelah timur. Setelah lama berjalan akhirnya mereka memutuskan untuk beristirahat disiang hari. Pada siang itu juga tiba-tiba terlihat seorang satria berkuda menuju arah mereka. Ternyata dia adalah Chen Mien yang berhasil lolos. Namun ia melaporkan bahwa seratus tentara lainnya terbunuh.<br /><br />Lalu Chen Mien pun berkuda untuk melihat situasi sekitar. Saat berkuda sampai daerah sungai didalam hutan, terlihatlah seorang wanita yang mencuci baju disungai, namun ia malah jatuh ke dalamnya. Chen Mien segera menolongnya. Pada saat Chen Mien menariknya ke atas, terlihatlah payudara yang besar dari wanita itu karena bajunya basah dan sedikit terbuka. Chen Mien langsung memeluknya dan tangannya meremas payudara wanita itu. Wanita itu lalu memegang penis Chen Mien dan mengocoknya. Mereka lalu saling berpandangan dan setelah itu mereka berciuman. Lalu mereka menelanjangkan diri dan wanita itu berbaring di batu kali. Chen Mien lalu menarik paha wanita itu dan mencumbuinya tanpa diperintah. Sementara itu terlihatlah ratusan pasukan berkuda tentara Ming yang dipimpin panglima Lee datang menuju arah Raden Wijaya.<br /><br />"Hey itu panglima Lee, kita selamat" kata seorang tentara.<br /><br />Namun panglima Lee datang dan membantai pasukan Majapahit itu. Raden Wijaya tidak dapat menemukan Chen Mien, maka ia langsung kabur. Tak lama kemudian ia bersembunyi didalam hutan. Tiba-tiba ia melihat Chen Mien berdiri ditengah hutan, namun disebelahnya ada panglima Lee, dan mereka sedang berbincang-bincang.<br /><br />Ternyata kerajaan Ming ingin membantu Chen Mien menjadi raja Majapahit berikutnya dengan membunuh Raden Wijaya. Apabila Chen Mien menjadi raja, maka hasil kekayaan Nusantara akan dibagi dengan kerajaan Ming. Raden Wijaya langsung kabur saat mendengar hal itu. Namun hal itu diketahui oleh Chen Mien. Panglima Lee dan jendral Chen Mien segera membagi pasukan menjadi dua untuk mengejar Raden Wijaya.<br /><br />Pada hari berikutnya Raden Wijaya pergi menyamar sebagai pedagang dan berbaur untuk kabur kembali ke kerajaan Majapahit. Namun karena pemeriksaan sangat ketat maka Raden Wijaya gagal dan kabur ke hutan. Didalam hutan terlihatlah seorang wanita mencuci baju didekat pancuran air terjun kecil. Lalu wanita itu melihat Raden Wijaya sedang kesusahan. Raden Wijaya menceritakan siapa dirinya dan semua kejadiaan yang ia alami. Wanita itu ikut prihatin, lalu terdengar suara kuda.<br /><br />Ternyata panglima Lee datang. Raden Wijaya melanjutkan kaburnya, sedangkan wanita itu menelanjangkan dirinya dan berpura-pura mandi untuk memancing panglima Lee. Pancingan itu berhasil. Tubuh montok dan seksi wanita itu memancing perhatian panglima. Kemudian wanita itu melihat sang panglima dan mengajaknya untuk ikut bergabung. Panglima Lee langsung menelanjangkan diri dan bergabung untuk mandi. Ia langsung mendorong tubuh wanita itu menempel ke dinding batu. Air terjun deras membasahi mereka. Salah satu paha wanita itu diangkat dan dielus, lalu vaginanya langsung dicoblos. Air deras membuat cumbuan mereka makin ganas. Tak lama kemudian sperma dan ovum pun bermuncratan bercampur air dan mengalir di sepanjang sungai.<br /><br />Lalu pada saat itu juga wanita itu mengambil batu besar dan melemparnya ke kepala panglima Lee. Panglima itu kesakitan dan membunuh wanita itu. Panglima itu segera memerintah tentaranya untuk mengejar sang Raden, namun air terjun yang deras itu menyerang kepalanya yang bocor, sehingga darahnya mengalir deras keluar dari kepala. Beberapa menit kemudian ia jatuh ke dalam sungai dan mati karena kehabisan darah.<br /><br />Melihat temannya mati Chen Mien langsung berkuda dan mengejar dengan secepat kilat. Sesampainya ia dipelabuhan bagian timur, ia tidak melihat tanda-tanda Raden Wijaya. Maka ia pun bermalam didaerah itu. Pada malam itu juga ia melihat seorang wanita sedang membuat kue. Terlihatlah tepung bubuk yang sudah menyatu dan mengeras, dan seorang wanita cantik sedang mengiling tepung itu. Keringat wanita itu membasahi tubuh dan payudaranya sehingga gundukannya terlihat jelas.<br /><br />Tiba-tiba Chen Mien dari belakang memeluknya dan menciumnya. Secara perlahan-lahan kancing baju wanita itu dilepas satu per satu, dan akhirnya mereka bugil berdua, dan saling menempel. Chen Mien lalu membungkukkan wanita itu dan mencumbui pantatnya.<br /><br />"Auw.. Uh.. Ah.." desah wanita itu dan payudaranya menekan tepung yang sudah digiling.<br /><br />Setelah melakukan hal itu agak lama, maka Chen Mien membaringkan tubuh wanita itu ke meja dan mencumbui vaginanya. Tubuh wanita itu dipenuhi tepung dan menjadi putih. Setelah beberapa saat mereka mencapai tahap orgasme dan sperma serta ovum bermuncratan dan membasahi tepung kue itu. Setelah itu Chen Mien merasa lemas dan tidur di tempat itu.<br /><br />Pada pagi harinya tentaranya melapor bahwa Raden Wijaya telah kabur sejak tengah malam. Ternyata wanita yang membuat kue itu adalah pelacur yang disewa Raden Wijaya untuk memancing Chen Mien, agar ia dapat kabur dengan mudah. Chen Mien bangun pada siang hari. Setelah mengetahui bahwa ia hanya ditipu, maka wanita itu langsung dipenggal dan sebuah kapal kecil diluncurkan untuk membunuh Raden Wijaya. Raden WIjaya menjadi takut. Tiba-tiba Raden Wijaya melihat adanya harapan hidup untuknya. Kapal kecil Ming yang melesat cepat itu, berhasil menemukan kapal Raden Wijaya, namun hal itu sudah terlambat. Suwongso memimpin ratusan kapal berhasil menjemput Raden Wijaya dan mengantarnya kembali ke negeri Majapahit.<br /><br />Raden Wijaya langsung memutuskan hubungan dengan kerajaan Ming. Pedagang China diusir, dan barang-barang seperti teh, makanan, kopi, dan sebagainya dibatalkan untuk dijual di negeri China. Seminggu berikutnya terlihatlah tiga ratus kapal raksasa negeri Ming di pantai utara Jawa. Kerajaan Majapahit menyatakan kondisi darurat, dan keadaan tegang. Setiap kapal raksasa itu berisi lima ratus tentara. Kerajaan Ming mengirim lima belas ribu tentara menuju kerajaan Majapahit.<br /><br />Rapat militer pun diadakan, namun tidak ada orang yang bisa menghasilkan ide bagus untuk mempertahankan negara. Sebagian penasehat menginginkan damai dan negoisasi, sebagian jendral mengingikan perang. Kerajaan Majapahit sempat mengalami kekacauan ekonomi karena para penduduk bermigrasi ke negeri lain untuk mencari perlindungan sementara. Pada hari berikutnya tidak ada kabar bahwa tentara Ming menyerang penduduk maupun mendarat dipelabuhan kerajaan Majapahit. Suwongso langsung memimpin tiga belas ribu tentara ke daerah itu bersama Raden Wijaya.<br /><br />Setelah mereka sampai maka utusan Ming dari kapal itu pun datang. Orang itu membawakan kepala Chen Mien. Orang itupun membacakan surat dari Kaisar Cuo Len Zhang bahwa aksi pembunuhan itu diluar sepengetahuan Kaisar negeri Ming. Maka Kaisar itu memerintah untuk memenggal Chen Mien dan mempersembahkannya sebagai hadiah permintaan maaf atas kekurangan sistem keamanan. Selain itu Kaisar Ming juga memberi hadiah berupa emas, permata, mutiara, sutra, dan budak sebagai pernyataan maaf dan harapan untuk kembali membuka hubungan dagang dan militer.<br /><br />Raden Wijaya akhirnya setuju dengan perjanjian itu dan membuka hubungan kembali dengan kerajaan Ming. Akhirnya persekutuan disambung kembali. Banyak orang pada saat itu berkata bahwa kerajaan Ming sedang mendapat masalah akibat perang dengan negeri Jepang. Akhirnya dengan bersekutu dengan Majapahit, akan membuat kerajaan lain takut dan tidak bermasalah dengan kerajaan Ming untuk sementara waktu. Raden Wijaya memerintah ahli sejarahwan untuk menutup hal ini sebagai rahasia agar tidak terjadi percekcokan di masa depan.<br /><br />Oleh sebab itu kejadian yang menegangkan itu tidak tercatat dalam sejarah, dan dilupakan oleh kita semua sampai sekarang ini. Didalam sejarah dunia hanya mencatat bahwa kerajaan Majapahit berhubungan baik dengan negeri Ming selama ratusan tahun. Namun cerita tentang aksi pembunuhan Raden Wijaya oleh tangan kanannya dilupakan, dan nama Chen Mien sendiri tidak dihapus dari sejarah.Sayanhttp://www.blogger.com/profile/05848885852258227008noreply@blogger.com0